Konten dari Pengguna

Mahasiswa UNDIP Kenalkan Revolusi Hijau di Petanjungan Lewat Pemanfaatan Sampah

Putri Zaidillah
Mahasiswa Universitas Diponegoro
19 Agustus 2024 8:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Zaidillah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mahasiswa KKN UNDIP Ajak Masyarakat Petanjungan mengolah sampah organik menjadi Ecoenzym
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa KKN UNDIP Ajak Masyarakat Petanjungan mengolah sampah organik menjadi Ecoenzym
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Petanjungan, Pemalang – Pada hari Sabtu, 3 Agustus 2024 Mahasiswa Universitas Diponegoro (UNDIP) sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Petanjungan, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, menginisiasi program inovatif yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan dan produktivitas pertanian. Salah satu program unggulan yang dilaksanakan oleh Putri Zaidillah, anggota Tim KKN Desa Petanjungan, adalah "Revolusi Pertanian Hijau: Optimalisasi Penggunaan Ecoenzym Berbasis EM4 untuk Meningkatkan Produktivitas dan Mengurangi Penggunaan Pupuk Kimia di Lahan Pertanian Organik."
ADVERTISEMENT
Program ini berfokus pada pemanfaatan sisa sampah organik, seperti sisa sayuran, buah-buahan, dan dedaunan, yang selama ini dianggap sebagai limbah untuk diolah menjadi ecoenzym menggunakan larutan EM4. Ecoenzym adalah cairan serba guna yang dihasilkan dari fermentasi limbah organik yang dapat digunakan sebagai pupuk organik alami. Tujuannya adalah untuk membantu petani di Desa Petanjungan beralih dari penggunaan pupuk kimia yang mahal dan berdampak negatif pada lingkungan ke solusi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Pemanfaatan sisa sampah organik menjadi ecoenzym tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga menghasilkan pupuk organik yang mampu meningkatkan kesuburan tanah dan hasil panen. Ini adalah langkah konkret untuk mendukung pertanian yang lebih sehat dan berkelanjutan serta meningkatkan pertumbuhan tanaman sekitar, ecoenzym ini juga dapat dimanfaatkan pada kehidupan sehari-hari seperti kesuburan tanah, menjaga kualitas air, sebagai pestisida alami dan juga disenfektan maupun anti-septik.
ADVERTISEMENT
Sasaran utama dari program ini adalah Kader Kesehatan Desa Petanjungan. Kami memilih mereka sebagai target utama karena peran mereka yang strategis dalam komunitas. Dengan membekali para kader dengan pengetahuan dan keterampilan dalam mengolah sisa sampah organik menjadi ecoenzym, kami berharap mereka dapat menjadi agen perubahan yang menyebarkan praktik ini ke seluruh masyarakat desa.
Dalam sesi pelatihan, kami juga membagikan sampel ecoenzym yang sudah jadi kepada para kader kesehatan. Ecoenzym ini dihasilkan dari fermentasi sisa sampah organik selama tiga bulan dengan tambahan EM4, yang merupakan bakteri pengurai. Para kader tampak antusias menerima sampel tersebut dan berencana untuk mencoba mengaplikasikannya di lahan pertanian mereka sendiri.
Pembagian dan pembuatan ecoenzym kepada warga Desa Petanjungan oleh Mahasiswa Undip
“Dengan adanya ecoenzym ini, kami tidak perlu lagi membeli pupuk kimia yang mahal. Selain itu, tanah juga menjadi lebih subur dan tidak rusak. Kami akan mencoba membuat ecoenzym sendiri di rumah dan mengajarkan cara ini,” ujar salah satu kader kesehatan yang ikut serta dalam pelatihan.
ADVERTISEMENT
Respons positif datang dari para Kader Kesehatan Desa Petanjungan yang merasa terbantu dengan adanya program ini. Mereka mengapresiasi inovasi yang ditawarkan terutama dalam hal pengelolaan sampah organik yang selama ini belum banyak dimanfaatkan serta mendukung penuh pelaksanaannya. Program ini sejalan dengan upaya desa untuk meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Program Revolusi Pertanian Hijau yang digagas oleh Putri Zaidillah ini menjadi contoh nyata bagaimana mahasiswa dapat berkontribusi langsung dalam upaya menjaga lingkungan dan meningkatkan perekonomian masyarakat melalui inovasi yang sederhana namun berdampak besar. Dengan adanya program ini, diharapkan Desa Petanjungan dapat menjadi pelopor dalam menerapkan praktik pertanian ramah lingkungan yang berbasis pada pengelolaan sisa sampah organik.