Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Pembiayaan Bank Syariah dan Konvensional terhadap Nilai Tukar Petani
31 Juli 2024 9:02 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Putri Ayu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Studi di Sulawesi Selatan
ADVERTISEMENT
oleh Putri Ayu
Dosen Ekonomi Pembangunan Payakumbuh
ADVERTISEMENT
Universitas Andalas
Salah satu indikator kesejahteraan secara makro bisa diukur dari tingkat pendapatan sebuah daerah/negara (Mankiw, 2010). Semakin tinggi pendapatan suatu daerah/negara akan semakin sejahtera suatu negara berupa PDRB ( Produk Domestik Regional Bruto). PDRB sektor lapangan usaha menjadi daya tarik karena dengan ini bisa melihat sisi penerimaan dari 9 sektor yang ada. Masing-masing daerah akan memprioritaskan sektor-sektor yang menjadi unggulan agar semakin cepat pengganda multiplier untuk meningkatkan pertumbuhan PDRB suatu daerah.
Sulawesi Selatan merupakan salah satu Provinsi yang ada di Indonesia yang memiliki konstribusi yang cukup besar terhadap PDB di Indonesia. Pada tahun 2021, Sulawesi Selatan menurut BPS 2022 laju pertumbuhan ekonomi berada pada peringkat 6 dari 34 provinsi yang ada di Indonesia yaitu sebesar 4.65%. berdasarkan data BPS Sulawesi Selatan, selama terjadi kontraksi akibat pandemik Covid-19 pada tahun 2020, kinerja Sulawesi Selatan sudah menunjukkan kinerja yang membaik pada tahun 2021, hal ini bisa terlihat dari posisi laju pertumbuhan secara nasional dan 16 dari 17 sektor penyumbang PDRB di lapangan Usaha menunjukkan hasil yang tumbuh positif. Satu satunya sektor yang mengalami kontraksi atau nilai negatif yaitu sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh sebesar -0,59%. Jika dilihat berdasarkan data PDRB harga berlaku tahun 2021, sektor lapangan usaha Pertanian berada pada posisi terbesar penyumbang PDRB Sulawesi selatan yaitu sebesar (22.25%), diikuti Perdagangan (14,58%), konstruksi (14,41%), posisi keempat yaitu Industri pengolahan (12.50%).
ADVERTISEMENT
Besarnya peranan sektor unggulan sebagai peyumbang terbesar PDRB Sulawesi selatan maka ini mengindikasikan semakin baiknya sektor pertanian. Hal ini tentu tidak terlepas salah satunya dari petani Indonesia. Salah satu indikator yang bisa melihat kesejahteraan petani, bisa diukur dengan Nilai Tukar Petani. Semakin tinggi Nilai Tukar Petani (NTP) maka semakin sejahtera tingkat penghidupan petani. Gambar 1 menunjukkan bahwa sebelum masa pandemi COVID 19 (Januari 2018–Desember 2019) NTP gabungan mengalami slope dengan tren positif
dimana nilainya berada di atas 100%. Artinya sebelum COVID 19, Petani Sulawesi Selatan sangat sejahtera. Hal menarik adalah pada bulan Januari 2022 sebelum pandemic COVID 19 masuk ke Indonesia tetapi sudah masuk di negara lain NTP Gabungan Sulawesi Selatan turun dratis menjadi 98%. Selanjutnya pada periode parah pandemi Covid 19 dari Februari 2020 sampai dengan Desember 2021 NTP Gabungan mengalami penurunan beberapa bulan dan beranjak naik di akhir Desember 2020. Pada masa pemulihan, NTP Gabungan sudah menunjukkan tren positif hingga Januari 2022 kemudian dari Februari 2022 –Juli 2022 mengalami penurunan.
ADVERTISEMENT
Gambar 1. Pergerakan NTP Gabungan Sulawesi Selatan Januari 2018 – Juli 2022
Nilai Tukar Gabungan (NTP) Gabungan terdiri dari beberapa 5 subsektor. Hal menarik dari lima subsector terlihat bahwa Sektor Tanaman Pangan memiliki nilai NTP yang semakin saat pemulihan (Januari 2021 – Juni 2022) dengan nilai indeks kurang dari 100. Walaupun NTP sektor lain nilainya belum bisa setinggi dari sebelum pandemic Covid-19 tetapi menunjukkan tren positif, bahkan sektor perikanan bisa mencapai nilai yang lebih tinggi dari sebelum pandemi Covid
19. Pentingnya NTP mengukur kesejahteraan petani menurut Keumala & Zainuddin, (2018) dan Essa, Burhany, & Syarief (2022) dan fenomena yang terjadi menjadi daya tarik penulis menganalisis faktor apa yang mempengaruhi Nilai Tukar Petani Sektor Tanaman Pangan di Sulawesi Selatan.
ADVERTISEMENT
Menurut Ashari & Saptana (2016) sektor Pembiayaan sangat berperan dalam kesejahteran petani yang dikur dari NTP. Mereka mengungkapkan pembiayaan syariah berpospektif untuk meningkatkan NTP. Hasil kualitatif ini di dukung oleh penelitian Essa et al., (2022) yang menguji pembiayaan BPRS terhadap NTP menunjukkan hasil bahwa pembiayaan BPRS signifikan mempengaruhi kesejahteraan petani tetapi tidak signifikan dalam resiko pembiayaan. Senada dengan itu Jamil (2018) meneliti di Jawa Timur dan Purwanto (2018) di Pulau Sumatera menunjukkan bahwa pembiayaan sektor pertanian pada BUS dan UUS signifikan mempengaruhi sedangkan pembiayaan pada BPRS tidak signifikan mempengaruhi nilai Tukar Petani. Selain itu, Hasil tidak signifikan ditunjukkan oleh Maulana (2018) dengan menggunakan VECM, terlihat bahwa pembiayaan Perbankan syariah sektor Pertanian, NPF (Net Performing Financing) menunjukkan hasil tidak signifikan dalam jangka pendek, tetapi terdapat hubungan jangka panjang terhadap Nilai tukar Petani di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Penelitian yang berfokus kepada NTP sektor Tanaman Pangan di antaranya adalah (Riyadh, 2015) dengan menggunakan cob doglas fungsi sebagai faktor yang mempengaruhi. Masih minimnya penelitian mengenai NTP sektor khusus Sektor tanaman Pangan dengan variabel diduga adalah pembiayaan oleh bank menjadi alasan selanjutnya untuk bisa ditelusuri lebih dalam berdasarkan studi empiris yang sudah di dapatkan.
Gambar 2. Pergerakan Pembiayaan Bank Konvensional untuk DPK Sektor Pertanian dan NTP Sektor Tanaman Pangan Januari 2018 – Juli 2022
Gambar 2. Memperlihatkan hasil bahwa Pembiayaan Bank Konvensional sektor Tanaman Pangan selalu berslope positif dari periode sebelum Pandemi, periode pandemi dan periode pemulihan, bahkan proses pembiayaan saat pemulihan lebih cepat dari sebelumnya. Berbeda dengan itu, terlihat sebelum covid-19 NTP sektor Tanaman Pangan diatas 95 dan berflutuatif dnegan tren agak menurun, kemudian pada saat Covid 19, NTP Sektor tanaman pangan lebih rendah dari sebelumnya tetapi terlihat konstan, Saat Pemulihan (Januari 2021-Juli 2022) menunjukkan bahwa NTP Tanaman Pangan semakin menurun hingga mencapai 90%.
Gambar 3. Memperlihatkan hasil bahwa Pembiayaan Bank Syariah untuk sektor Tanaman Pangan. Pembiayaan Bank Syariah untuk Sektor pertanian berada pada rentang 10-15 Miliyar Rupiah dengan tren positif tetapi tidak cepat pergerakannya. Pada Saat Covid 19 parah ( Februari 2020-Desember 2020) bank syariah melakukan percepatan dalam pembiayaan sektor pertanian. Kemudian saat pemulihan juga menunjukkan nilai jauh lebih besar dari sebelumnya yaitu diatas 18 Miyar rupiah dnegan pergerakan fluktuatif.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan adanya fenomena NTP sektor tanaman pangan, dan gap empiris yang didapatkan penulis ingin menganalisis bagaimana pengaruh pembiayaan bank konvensional dan bank syariah terhadap Nilai Tukar Petani Sektor Tanaman Pangan pada masa Pemulihan Covid 19.
Metode Apa yang Digunakan dalam Analisis?
Metode yang digunakan adalah Metode Kuantitatif dengan model VECM (Vector Error Correction Model) dengan periode waktu bulanan dari Januari 2021- Juli 2022. Variabel yang digunakan adalah Pembiayan untuk Dana Pihak Ketiga oleh Bank konvensional dan Bank Syariah pada Sektor Pertanian, dan Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan di Sulawesi Selatan. Jenis Data adalah sekunder yang diperoleh dari BPS Sulawesi Selatan dan Otoritas Jasa Keuangan.
Bagaimana Pengaruh Pembiayaan Tersebut?
Berdasarkan hasil estimasi VECM menunjukkan bahwa NTP Tanapam pangan, Pembiayaan Pertanian Bank Konvensioanal dan Bank Syariah berhubugan jangka panjang yang di tandadi dengan hasil ECT(-1) negative dan bernilai antara 0 sampai -1. Selain itu saat menguji dengan Johansen Test juga menunjukkan kointegrasi atau hubungan jangka panjang antara variabel di tandai dengan nilai Trace Statistic yang besar dari Critical value.
Jika dilihat dalam jangka Pendek, dengan kelambanan variabel 2 periode (2 bulan), hanya NTP Tanaman Pangan dua periode sebelumnya yang signifikan mempengaruhi NTP Tanaman Pangan, sedangkan Pembiayaan Bank Konvesional dan Syariah Sektor Pertanain tidak signifikan berpengaruh dalam jangka pendek. Hal ini senada dengan penelitian Maulanan (2018).
ADVERTISEMENT
Hasil untuk jangka Panjang dilihat dari shock Impluse respon Function. Adapun hasilnya terlihat pada gambar 4. Pada gambar kolom 1, menujukkan respon dari NTP Tanaman Pangan Terhadap Tanaman Pangan untuk 10 periode ke depan masih menunjukkan tren yang negatif. Jika NTP Sektor Tanaman Pangan naik 1% maka NTP Sektor Tanaman Pangan akan menurun. Respon NTP Tanaman Pangan terhadap shock dari Pembiayaan Bank Konvensional di Sektor Pertanian adalah positif yang ditandai dengan nilai pertama periode di atas 0 dan shock tersebut memberikan dampak yang positif terus namun berfluktuatif hingga periode 5 sudah stabil tetapi masih diatas 0. Artinya pembiayaan Bank Konvensional saat pemulihan sudah sangat efektif kebijakannya untuk bisa menaikkan NTP Tanaman Pangan dalam Jangka Panjang. Selanjutnya, Respon NTP sektor Tanaman Pangan terhadap shock Pembiayaan Bank Syariah di Sektor Pertanian juga positif ditandai nilai shock diatas 0, shock pembiayaan ini memberikan dampak positif yang terus meningkat sampai 3 bulan saja, kemudian shock akan berdampak positif tapi lebih rendah dari bulan ketiga. Artinya pembiayaan Bank Syariah saat pemulihan sudah sangat efektif kebijakannya untuk bisa menaikkan NTP Tanaman Pangan dalam Jangka Panjang. selanjutnya pada kolom 2 dan 3 gambar 4 shock dari variabel endogen ini smeua berdampak positif kecuali antara Pembiayan Bank konvensional dengan Bank Syariah Sektor Pertanian yang berinteraksi.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan?
Dengan menggunakan data time series pasca pemulihan, yaitu melihat bagaimana variabel endogen dalam Kesejahteraan Petani menunjukkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang positif dan signifikan Shock Pembiayaan Bank Konvensional dan Bank Syariah sektor Pertanian terhadadp NTP Tanaman Pangan dan tidak signifikan dalam jangka pendek. Sehingga perlu upaya bank IndoNesia mendukung Bank Konvensional dan Bank Syariah untuk memebrikan pembiayaan agar bisa meningkatkan kesejahteraan petani.