Konten dari Pengguna

Gap Year vs Stigma Masyarakat

Putri Kunaefi
Mahasiswi Unpad yang suka mengeksplor tempat-tempat hidden gem di setiap sudut kota
21 Juni 2023 7:54 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Kunaefi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gambar (Sumber: iStock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gambar (Sumber: iStock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pertengahan tahun menjadi momen yang paling ditunggu bagi mereka yang sedang memperjuangkan mimpi menuju perguruan tinggi. Menjelang pengumuman UTBK-SNBT 2023 beredar twit yang sempat viral beberapa hari yang lalu di akun base @sbmptnfess.
ADVERTISEMENT
Twit tersebut mengunggah screenshoot salah satu komen yang berbicara mengenai betapa nahasnya jika seseorang memilih gap year. Lebih dari 4 ribu likes dan 2 ribu komen, twit ini menjadi perbincangan hangat oleh netizen.
Tangkapan layar twit viral salah satu pengguna di base @sbmptnfess pada 16 Juni 2023 (Sumber: Twitter)
Lantas, apa yang membuat orang memandang gap year sebagai sebuah kesalahan atau sesuatu yang seharusnya dihindari?
Dilansir dari situs indeed.com, gap year adalah waktu di mana seseorang terlibat dalam aktivitas non-akademik. Biasanya terjadi saat seseorang sebelum melanjutkan pendidikan.
Istilah ini juga tidak hanya merujuk ke kegiatan akademik, tetapi juga di dunia kerja. Diistilahkan sebagai tahun istirahat, di mana seseorang dapat melakukan aktivitas yang diinginkannya, misal travelling, menjadi sukarelawan, mendalami hobi, atau aktivitas lainnya.
Masyarakat Indonesia kerap menganggap gap year sebagai suatu hal yang membuang-buang waktu atau kasarnya menghabiskan umur. Sebab, ada yang namanya pandangan tidak tertulis pada masyarakat Indonesia yang selalu menganggap kehidupan layaknya arena balap.
Ilustrasi mahasiswa ujian. Foto: exam student/Shutterstock
Misalnya, setelah lulus SMA langsung kuliah kemudian lanjut kerja dan menikah. Bahkan, sampai menikah pun tetap diburu dengan pertanyaan kapan punya anak.
ADVERTISEMENT
Tentu arena balap kehidupan ini menjadi tekanan tersendiri, apalagi bagi mereka yang sedang berjuang ujian masuk perguruan tinggi.
Twit tersebut semakin ramai saat selebtwit Aurelia Viza dengan akunnya @senjatanuklir yang memiliki lebih dari 200 ribu followers ikut mengomentari,
ADVERTISEMENT
Hal yang dikatakan Aurel memang mencerminkan apa yang terjadi di masyarakat kita saat ini. Masyarakat kita akan cepat menganggap bahwa yang muda lah yang ‘laku’.
Sehingga, patokan umur ini menjadi tekanan tersendiri bagi mereka yang memilih gap year. Padahal, setiap orang merencanakan hal berbeda-beda dalam hidupnya. Mereka tidak perlu dikejar oleh stigma umur yang sayangnya masih kental di masyarakat kita.
Bahkan sekelas Harvard University pun, universitas dengan terbaik ranking 5 di dunia menurut QS World University Rankings 2023, menyarankan seseorang untuk gap year sebelum memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya.
Hal itu ditulis pada laman situs mereka bahwa We encourage admitted students to defer enrollment for one year to travel, purse a special project or activity, work, or spend time in another meaningful way - provided they do not enroll in a degree-granting program at another college.
Ilustrasi mahasiswa sedang mengerjakan tugas. Foto: BongkarnGraphic/Shutterstock
Salah satu pejuang PTN, Ridwan Luhur Pambudi (21) mengungkap pendapatnya soal pandangan masyarakat Indonesia tentang gap year. Yang mana dirinya pun sempat mengambil keputusan gap year saat sedang mengejar jurusan impian.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, tidak semua masyarakat kita menganggap gap year sebelah mata. Apalagi bagi orang yang dapat berempati karena tahu bahwa proses masuk perguruan tinggi itu tidak semudah yang dibayangkan dan dapat merasakan bahwa berat rasanya untuk memilih keputusan gap year di tengah stigma masyarakat.
ADVERTISEMENT
Setiap pilihan pasti ada baik-buruknya, ada risiko dan tanggung jawabnya. Akan tetapi, bukan berarti gap year menjadi pilihan yang mutlak salah.
Melalui gap year, seseorang dapat mempelajari hal atau skill baru yang sebelumnya tidak pernah dicoba, dapat beristirahat sejenak dari segala kerumitan, dan dapat memahami diri lebih mendalam. Gap year dapat menjadi pilihan yang bijak jika seseorang dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.