Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Cacar Monyet di Indonesia: Proyeksi Epidemiologis dan Strategi Pengendalian
19 Desember 2023 16:48 WIB
Tulisan dari raafi najwaan w tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Cacar monyet (monkeypox) adalah penyakit menular langka yang disebabkan oleh virus Orthopoxvirus dan biasanya terjadi di Afrika Tengah dan Barat. Namun, mulai Mei 2022, kasus cacar monyet dilaporkan di beberapa negara non-endemik termasuk Indonesia (WHO, 2022). Sampai 13 Desember 2022, Indonesia telah melaporkan 4 kasus konfirmasi cacar monyet (Kemenkes RI, 2022). Meskipun angka kematian rendah (3-6%), cacar monyet dapat menimbulkan dampak psikososial dan ekonomis yang signifikan jika penyebarannya tidak terkendali.
ADVERTISEMENT
Artikel ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan kasus cacar monyet di Indonesia dan memberikan rekomendasi strategi surveillance, pencegahan, dan pengendalian yang efektif untuk memutus rantai penularan. Data dan model epidemiologi digunakan untuk memproyeksikan kasus di masa mendatang sehingga respons yang tepat dapat dilakukan.
Cacar monyet pertama kali teridentifikasi di monyet laboratorium pada tahun 1958, kemudian pada manusia di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1970 (WHO, 2022). Penyakit ini disebabkan oleh virus zoonosis (ditularkan hewan ke manusia) dan ditandai gejala seperti demam, nyeri otot, bengkak kelenjar getah bening, dan ruam kulit yang dapat menjadi lesi.
Virus cacar monyet ditularkan dari hewan ke manusia (zoonosis) dan sekunder antar manusia melalui kontak langsung atau droplet pernapasan. Masa inkubasi rata-rata 5-13 hari (WHO, 2022). Angka kematian pada outbreak di Afrika dilaporkan sekitar 3-6% (Petersen et al, 2022). Komplikasi dapat berupa infeksi sekunder, pneumonia, atau gangguan penglihatan.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, 4 kasus cacar monyet telah dikonfirmasi di DKI Jakarta (2), Jawa Barat (1) dan Jawa Timur (1) per 13 Desember 2022 (Kemenkes RI, 2022). Kasus global juga terus bertambah dengan lebih dari 81.000 kasus di 110 negara per Desember 2022, didominasi di kawasan Eropa dan Amerika (WHO, 2022). Hal ini menunjukkan potensi peningkatan kasus zoonosis di masa mendatang.
Perkembangan Kasus Cacar Monyet di Indonesia
Saat ini Indonesia telah melaporkan total 4 kasus konfirmasi cacar monyet di tiga provinsi. Dua kasus pertama dilaporkan pada juni 2022 di DKI Jakarta, kemudian satu kasus di Jawa Barat dan terakhir satu kasus di Jawa Timur pada November 2022 (Kemenkes RI, 2022). Secara umum, kasus terkonfirmasi di Indonesia masih terbatas dan belum menunjukkan penularan sekunder yang signifikan antar manusia. Namun, meningkatnya mobilitas masyarakat dan kasus impor dapat berisiko memicu penularan lokal di komunitas.
ADVERTISEMENT
Jika mengacu pada data epidemiologi global, model matematika dapat digunakan untuk memproyeksikan perkembangan kasus cacar monyet di Indonesia dengan beberapa skenario. Misalnya, jika tingkat reproduksi efektif (Rt) sebesar 1,2 maka kasus dapat mencapai 200 kasus dalam 12 minggu ke depan. Sedangkan jika Rt mencapai 2, maka akan terjadi peningkatan kasus eksponensial mencapai 2000 kasus dalam rentang waktu yang sama. Namun proyeksi ini sangat dipengaruhi efektivitas upaya pengendalian dalam memutus rantai penularan.
Faktor Risiko Penularan Cacar Monyet
Cacar monyet memiliki faktor risiko penularan utama melalui kontak erat dan droplet pernapasan dari individu yang terinfeksi. Selain itu, aktivitas seksual dan perjalanan ke luar negeri juga dapat meningkatkan risiko penularan. Di negara-negara yang endemik, interaksi dengan hewan liar seperti rodensia juga dapat memainkan peran penting dalam penularan penyakit ini.
ADVERTISEMENT
Meskipun vaksin cacar dan eradikasi virus cacar telah dilakukan, imunitas populasi terhadap cacar monyet masih terbatas. Hal ini menciptakan kerentanan global terhadap potensi wabah cacar monyet di masa depan. Negara dengan pendapatan rendah dan keterbelakangan infrastruktur kesehatan diperkirakan memiliki risiko tertinggi menghadapi potensi wabah ini. Upaya perlindungan dan penanganan yang cermat perlu ditingkatkan untuk mengatasi kerentanan global terhadap cacar monyet.
Strategi Pengendalian Cacar Monyet di Indonesia
Untuk mencegah penyebaran cacar monyet di Indonesia, diperlukan strategi pengendalian yang komprehensif dengan fokus pada beberapa aspek kunci:
Surveilans Epidemiologi:
Melakukan surveilans epidemiologi secara aktif untuk melacak kasus-kasus baru.
Identifikasi kontak erat penderita untuk dilakukan karantina dan observasi gejala selama masa inkubasi standar selama 21 hari.
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan tracing kontak dan isolasi penderita menjadi langkah krusial untuk memutus mata rantai penularan penyakit.
Vaksinasi:
Penerapan vaksinasi menggunakan vaksin smallpox yang telah terbukti efektif dalam mencegah cacar monyet.
Pemberian vaksin dapat diarahkan kepada petugas kesehatan dan kontak erat sebagai strategi cincin/barrier, dengan tujuan menurunkan kerentanan dan melindungi populasi yang rentan.
Kampanye Edukasi:
Melakukan kampanye edukasi yang luas untuk meningkatkan kesadaran masyarakat umum dan kelompok risiko tinggi mengenai gejala dini cacar monyet, langkah-langkah pencegahan, dan upaya mengurangi risiko penularan.
Penanganan stigma terkait penyakit perlu menjadi fokus kampanye edukasi guna mendorong penderita untuk segera memeriksakan diri dan menghindari diskriminasi sosial.
Dukungan Psikososial:
Menyediakan dukungan psikososial, termasuk konseling dan bantuan mental, bagi pasien cacar monyet yang sering mengalami dampak depresi akibat kondisi fisik dan tekanan sosial, seperti stigma yang mungkin terjadi akibat penyakit tersebut.
ADVERTISEMENT
Koordinasi Global:
Membangun koordinasi global dengan melibatkan kolaborasi antara pihak berwenang Indonesia, WHO, dan negara-negara terdampak.
Berbagi informasi intelijen epidemiologi secara terbuka, serta berkoordinasi dalam upaya penanganan kasus, pengembangan vaksin, dan antivirus cacar monyet.
Dengan menerapkan strategi ini secara komprehensif, diharapkan dapat mengurangi risiko penyebaran cacar monyet di Indonesia serta meningkatkan kesiapsiagaan dan respons terhadap potensi wabah.
Kasus cacar monyet di Indonesia masih sporadis dengan sedikit kasus impor, namun potensi penularan lokal perlu diwaspadai. Model matematika memproyeksikan peningkatan kasus eksponensial jika tidak ditangani dengan baik. Oleh karena itu, surveilans epidemiologi, tracing kontak, vaksinasi, edukasi publik dan dukungan psikososial kasus perlu diterapkan secara komprehensif untuk mencegah penyebaran. Partisipasi aktif masyarakat dan koordinasi global juga vital bagi keberhasilan pengendalian. Dengan langkah-langkah ini, Indonesia berpeluang membatasi dampak penyakit cacar monyet bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
DAFTAR BACAAN
1. World Health Organization. (2022). Multi-country monkeypox outbreak in non-endemic countries. Diakses dari https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news/item/2022-DON385 pada tanggal 15 Desember 2022.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2022). Cacar Monyet. Diakses dari https://www.kemkes.go.id/article/view/22070700002/cacar-monyet.html pada tanggal 15 Desember 2022.
3. Petersen, E., Kantele, A., Koopmans, M., Asogun, D., Yinka-Ogunleye, A., Ihekweazu, C., & Zumla, A. (2022). Human Monkeypox: Epidemiologic and Clinical Characteristics, Diagnosis, and Prevention. Infectious disease clinics of North America, 36(3), 563–579. https://doi.org/10.1016/j.idc.2022.