Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Krisisnya Peran Public Figure di Indonesia terhadap Isu Kesetaraan Gender
8 Januari 2023 16:20 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari rachel alevia febriani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah kalian melihat bahwa perempuan sering diremehkan dan dianggap tidak mampu dalam melakukan pekerjaan tertentu. Hal tersebut melahirkan sebuah isu yakni kesetaraan gender karena ketidakadilan yang dirasakan antara perempuan dan laki-laki dalam mendapatkan hak, kesempatan, serta kewajiban. Di Indonesia sendiri, masyarakatnya masih kurang akan pemahaman dan kesadaran dari penting dan gentingnya isu kesetaraan gender. Seperti sebuah pernyataan bahwa “indeks kesetaraan gender yang dirilis Badan Program Pembangunan PBB (UNDP). Indonesia berada pada peringkat 103 dari 162 negara, atau terendah ketiga se-ASEAN.” (Winahyu, 2022) Tahukah kamu bahwa para tokoh masyarakat atau yang biasa dikenal dengan public figure sebenarnya dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada isu ini. Namun sayangnya, sedikit dari mereka yang sadar akan hal tersebut. public figure di Indonesia harusnya dapat menggunakan perannya dalam meningkatkan kesadaran akan isu kesetaraan gender sebagai salah satu wujud keadilan sosial.
ADVERTISEMENT
Isu kesetaraan gender menjadi isu yang kurang menarik dan kurang terkenal di Indonesia. Beritanya pun sering kali tertutup dengan berita-berita viral public figure yang menggunakan perannya untuk melakukan hal-hal yang kurang bermutu hanya untuk menaikkan pamor mereka. Hal-hal seperti, pamer kekayaan, mencari keributan, bahkan saling menyindir untuk menjatuhkan satu sama lain; mereka pertontonkan kepada masyarakat. Public figure sebenarnya berperan penting dalam masyarakat karena setiap tingkah laku mereka menjadi sorotan dan dicontoh oleh masyarakat. Berpartisipasi aktif dalam berbagai organisasi dan kegiatan penyuluhan dalam mengentas ketidaksetaraan gender, merupakan hal positif yang minim dilakukan oleh public figure di Indonesia. Berita tentang adanya peran aktif public figure dalam melakukan kegiatan penyuluhan ataupun tergabungnya mereka dalam sebuah organisasi yang bergerak pada bidang kesetaraan gender, jumlahnya hanya bisa dihitung jari.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, Kesetaraan gender bukanlah isu yang baru untuk Indonesia. Penghapusan diskriminasi dan pemberdayaan terhadap perempuan sebagai wujud terciptanya kesetaraan gender sudah menjadi perhatian Indonesia sejak dahulu. Pemerintah juga menyadari bahwa diskriminasi terhadap perempuan merupakan salah satu penyebab terhambatnya perkembangan Indonesia. Maka dari itu, pemerintah berupaya untuk mengentas isu ketidaksetaraan gender dengan membuat dan mengeluarkan pernyataan hukum yaitu, “Indonesia telah meratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan atau Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women (CEDAW) sejak 22 tahun lalu, melalui Undang-undang No. 7 tahun 1984 (UU No. 7/1984).” (Kemenpppa, 2017) Sayangnya, hal ini jarang diketahui oleh masyarakat umum karena kurangnya penyuluhan dan pemahaman yang sebenarnya dapat diberikan melaui sosok public figure. Sedihnya, kebanyakan public figure Indonesia bersemangat membahas tentang gerakan emansipasi wanita hanya pada hari peringatan R.A. Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April.
ADVERTISEMENT
Ternyata masih banyak masyarakat Indonesia yang menolak isu kesetaraan gender. Mereka yang menolak menganggap bahwa hal ini tidak lazim. Mereka masih memiliki pemikiran bahwa kodratnya perempuan berada di rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah saja. Perempuan tidak perlu bersekolah tinggi apalagi berakarier. Dengan kata lain, perempuan tidak boleh sama atau melebihi laki-laki walaupun, mereka juga memiliki potensi yang sama bahkan dapat berpotensi lebih. Dari hal itu, kita bisa menyadari bahwa budaya patriarki masih kental dalam masyarakat Indonesia. Jika kita melihat dari sumber jurnal MENYOROTI BUDAYA PATRIARKI DI INDONESIA, Sakina & Siti (2017) menyatakan bahwa, budaya patriarki di dalam masyarakat Indonesia masih terus berkembang dan berakibat terjadinya pelanggaran hak pada perempuan. Mereka menyatakan bahwa
ADVERTISEMENT
“Sampai saat ini budaya patriarki masih langgeng berkembang di tatanan masyarakat Indonesia. Budaya ini dapat ditemukan dalam berbagai aspek dan ruang lingkup, seperti ekonomi, pendidikan, politik, hingga hukum sekalipun. Akibatnya, muncul berbagai masalah sosial yang membelenggu kebebasan perempuan dan melanggar hak-hak yang seharusnya dimiliki oleh perempuan.” (hlm. 71) Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi penyelewengan terhadap pancasila pada sila kelima yang berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
Public figure pastinya dapat menginspirasi masyarakat untuk lebih terbuka mengenai isu ini. Namun, kesadaran mereka untuk memberikan contoh kepada masyarakat masih minim. Walaupun ada public figure yang telah menjadi contoh kesetaraan gender, tetapi masyarakat lebih mengenal public figure yang sedang kontroversi karena saling sindir menyindir dan public figure yang membuat konten kurang bermutu hanya sebagai hiburan yang sedang viral. Hal itu terjadi karena media lebih banyak menyorot dan memberi pangung kepada public figure yang sedang viral tanpa peduli mereka mempunyai prestasi atau tidak. Seperti yang bisa kita temukan, berita Public figure yang sedang bertengkar di media sosial, pamer kekayaan, perceraian, bahkan perselingkuhan lebih banyak dibanding dengan berita public figure yang berhasil meraih suatu prestasi.
ADVERTISEMENT
Kalian tahu tidak, bahwa laki-laki berperan penting dalam isu ini. Ketidaksetaraan gender tidak akan berakhir tanpa adanya peran laki-laki. Tetapi banyak laki-laki yang menolak membahas isu ini karena mereka merasa bahwa, ketika membahas isu ini mereka membiarkan perempuan menjatuhkan harga diri mereka sebagai pemimpin. Peranan laki-laki dibutuhkan untuk mendukung perempuan mendapat kesempatan, hak, dan kewajiban yang sama. Laki-laki dapat mendukung dengan cara menghentikan diskriminasi dalam bidang apa pun, ikut serta dalam kampanye menyerukan kesetaraan gender, dan menghargai serta menganggap perempuan sederajat dengan mereka. Sebenarnya isu ini bukan hanya tentang perempuan. Isu ini membahas tentang kemanusian di mana semua orang berhak menunjukkan potensi dan perasaan mereka. Dalam sidang PBB, Emma Watson pernah berkata, “Both men and women should feel free to be sensitive. Both men and women should feel free to be strong… It is time that we all perceive gender on a spectrum, not as two opposing sets of ideals.” (UN Women, 2014) Oleh karena itu, peranan publik figur laki-laki juga menjadi penting dalam mewujudkan kesetaraan gender.
ADVERTISEMENT
Isu kesetaraan gender menjadi isu yang penting dan juga genting di dunia. Kita sudah tahu sekarang bahwa isu ini bukan hanya menyangkut perempuan tetapi juga laki-laki, di mana semua orang berhak mendapatkan hak, kewajiban, serta kesempatan yang sama. Namun sayangnya, di Indonesia isu ini kurang mendapat perhatian bahkan ditolak oleh masyarakat yang masih kental dengan budaya patriarki. Ketidaksetaraan gender sudah jelas merupakan hal yang menyimpang terhadap pancasila yang menjadi pedoman hidup bangsa kita Indonesia, pada silanya yang kelima yang berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh bangsa Indonesia.” Untuk mengentas ketidaksetaraan gender, peran publik figur baik itu perempuan maupun laki-laki sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan isu kesetaraan gender karena pada saat ini, kita semua tahu bahwa saat ini masyarakat lebih mendengarkan public figure yang notabenenya adalah contoh bagi masyarakat. Oleh karena itu, tokoh masyarakat di Indonesia harusnya dapat menggunakan perannya dalam meningkatkan kesadaran akan isu kesetaraan gender sebagai salah satu wujud keadilan sosial. Public figure dapat melakukannya dengan berpartisipasi aktif dalam memberikan penyuluhan berupa kampanye ataupun membuat konten yang bersifat persuasif kepada masyarakat agar dapat mengentas ketidaksetaraan gender bersama-sama.
ADVERTISEMENT
Referensi :
Kemenpppa. (2017, Maret 23). PENTINGNYA KEADILAN DAN KESETARAAN GENDER DI INDONESIA. Retrieved from KEMENTRIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA: https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1374/pentingnya-keadilan-dan-kesetaraan-gender-di-indonesia
Sakina, A. I. (2017). MENYOROTI BUDAYA PATRIARKI DI INDONESIA. 7. 71.
UN Women. (2014, September 20). Emma Watson: Gender equality is your issue too. Retrieved from UN WOMEN: https://www.unwomen.org/en/news/stories/2014/9/emma-watson-gender-equality-is-your-issue-too
Winahyu, A. I. (2022, Desember 19). Kesetaraan Gender di Indonesia Masih Rendah. Retrieved from Media Indonesia: https://mediaindonesia.com/humaniora/351154/kesetaraan-gender-di-indonesia-masih-rendah