Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Muhammad Al-Fatih merupakan putra dari Sultan Murad II dengan Huma Valide Hatun, seorang budak perempuan. Dalam usia 12 tahun, Muhammad Al Fatih naik takhta menggantikan ayahnya, Murad II, yang memilih untuk hidup tenang di Anatolia.
ADVERTISEMENT
Mengetahui Al-Fatih yang masih berusia muda, kekaisaran Hungaria merongrong Turki Utsmani dengan melanggar perjanjian gencatan senjata. Al Fatih pun segera mengirim surat pada ayahnya dan berkata, "Bila ayah adalah Sultannya, datanglah dan pimpinlah pasukan ayah. Bila aku adalah Sultannya, aku memerintahkan ayah untuk datang dan memimpin pasukanku."
Murad II akhirnya kembali ke kesultanan dan memimpin Pertempuan Varna.
Sejak muda, Muhammad Al-Fatih telah belajar untuk menyusun strategi perang dan kebijakan pemerintah. Bukan hanya literatur Islam yang dia baca, namun juga catatan-catatan Yunani Kuno. Muhammad Al Fatih kembali naik takhta setelah sang ayah meninggal karena sakit.
Sejak awal kepemimpinannya dia telah merancang untuk merebut Konstantinopel. Kota terpenting yang dikuasai Bizantium atau Eropa Timur selama 11 abad dengan pertahanan paling kuat.
ADVERTISEMENT
Sejumlah catatan apik terekam dalam hidupnya. Berikut adalah rangkuman singkat kehidupannya: