Al Fatih Sang Penakluk

31 Mei 2017 15:39 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Muhammad Al Fatih (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Muhammad Al Fatih (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
Muhammad Al-Fatih merupakan putra dari Sultan Murad II dengan Huma Valide Hatun, seorang budak perempuan. Dalam usia 12 tahun, Muhammad Al Fatih naik takhta menggantikan ayahnya, Murad II, yang memilih untuk hidup tenang di Anatolia.
ADVERTISEMENT
Mengetahui Al-Fatih yang masih berusia muda, kekaisaran Hungaria merongrong Turki Utsmani dengan melanggar perjanjian gencatan senjata. Al Fatih pun segera mengirim surat pada ayahnya dan berkata, "Bila ayah adalah Sultannya, datanglah dan pimpinlah pasukan ayah. Bila aku adalah Sultannya, aku memerintahkan ayah untuk datang dan memimpin pasukanku."
Murad II akhirnya kembali ke kesultanan dan memimpin Pertempuan Varna.
Sejak muda, Muhammad Al-Fatih telah belajar untuk menyusun strategi perang dan kebijakan pemerintah. Bukan hanya literatur Islam yang dia baca, namun juga catatan-catatan Yunani Kuno. Muhammad Al Fatih kembali naik takhta setelah sang ayah meninggal karena sakit.
Sejak awal kepemimpinannya dia telah merancang untuk merebut Konstantinopel. Kota terpenting yang dikuasai Bizantium atau Eropa Timur selama 11 abad dengan pertahanan paling kuat.
ADVERTISEMENT
Sejumlah catatan apik terekam dalam hidupnya. Berikut adalah rangkuman singkat kehidupannya:
Infografis Muhammad Al Fatih Sang Penakluk (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Infografis Muhammad Al Fatih Sang Penakluk (Foto: Bagus Permadi/kumparan)