Konten dari Pengguna

Mengenal Struktur Fisik dalam Apresiasi Puisi "Jakarta Juli 1996"

Rachmayanti
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
21 Oktober 2022 21:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rachmayanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa yang tak kenal dengan salah satu sastrawan terkemuka di Indonesia yakni Sapardi Djoko Damono?
ADVERTISEMENT
Sapardi Djoko Damono merupakan seorang sastrawan Indonesia yang lahir pada tanggal 20 Maret 1940 tepatnya di Surakarta, Jawa Tengah. Beliau acap kali dipanggil dengan menggunakan nama singkatannya yakni SDD. Banyak karya-karya yang lahir dari tangan beliau, seperti Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Perahu Kertas, Ayat-Ayat Api, Alih Wahana, Mantra Orang Jawa, dan sebagainya. “Jakarta Juli 1996” merupakan salah satu puisi Karya Sapardi Djoko Damono yang berasal dari buku kumpulan sajak yang berjudul Ayat-Ayat Api. Yuk, mengenal lebih dekat struktur fisik dalam apresiasi puisi “Jakarta Juli 1996” Karya Sapardi Djoko Damono.
Buku Kumpulan Sajak Ayat-Ayat Api Karya Sapardi Djoko Damono "Jakarta Juli 1996". (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Buku Kumpulan Sajak Ayat-Ayat Api Karya Sapardi Djoko Damono "Jakarta Juli 1996". (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Puisi merupakan salah satu karya sastra yang berasal dari hasil pengungkapan atau pengekspresian pemikiran atau gagasan seseorang yang dapat membangkitkan perasaan sekaligus imajinasi yang kemudian direkam dan diekspresikan dengan kesan yang menarik.
ADVERTISEMENT
Kita kerap kali mendengar, melihat, atau bahkan membaca sebuah puisi, tahukah kalian apakah dengan melakukan kegiatan tersebut dapat dikatakan sebagai tindakan apresiasi puisi?
Apresiasi puisi merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan salah satu karya satsra yakni puisi seperti membaca atau bahkan mendengar puisi dengan sungguh-sungguh. Yuk, mengulik struktur fisik untuk kegiatan apresiasi karya sastra. Struktur fisik dalam pengapresiasian karya sastra terdiri dari tipografi, diksi, imaji, kata konkret, majas, serta verifikasi dalam puisi tersebut.
Tipografi yang digunakan dalam puisi "Jakarta Juli 1996" adalah bentuk puisi yang memiliki tepi rata kiri, baris puisi yang digunakan tidak selalu diawali dengan huruf kapital, pada halaman puisi tersebut tidak dipenuhi oleh kata-kata, serta baris pada puisi tersebut juga tidak selalu diakhiri dengan tanda titik.
ADVERTISEMENT
Diksi atau pemilihan kata yang digunakan dalam puisi "Jakarta Juli 1996" adalah pemilihan kata dengan kesan yang sederhana namun memiliki makna. Pemilihan kata yang digunakan oleh Sapardi Djoko Damono juga dipilih dengan bahasa yang biasa digunakan pada kehidupan sehari-hari. Misalnya kata “mampet” pada baris puisi ketujuh, alih-alih menggunakan kata “tersumbat”.
Imaji atau pengimajinasian yang digunakan dalam puisi "Jakarta Juli 1996" adalah kerusuhan dan keributan. Sapardi Djoko Damono mengungkap sekaligus mengajak pembaca untuk merasakan kacaunya keributan dan kekerasan pada tanggal 27 Juli 1996 yang dikenal dengan peristiwa Kudatuli.
Kata konkret merupakan kata yang berkaitan dengan struktur fisik puisi yakni imaji. Kata konkret yang digunakan adalah kata “terekam” pada baris keenam yakni “masih terekam lirih sekali” yang menggambarkan bahwa masih teringat jelas akan kacaunya kerusuhan yang terjadi.
ADVERTISEMENT
Gaya bahasa atau biasa disebut dengan majas yang digunakan Sapardi Djoko Damono adalah majasa hiperbola pada kalimat “Tapi sungguh mati aku tak tahu”, dikatakan majas hiperbola karena menyatakan sesuatu dengan berlebihan yang berarti bahwa sampai mati pun dia tidak mengetahui suatu kebenaran yang terjadi pada kerusuhan tersebut. Serta menggunakan majas alegori pada kalimat “Kau ini sebenarnya sang pemburu atau hewan yang luka itu”. Kata “sang pemburu dan hewan yang luka itu” dikatakan majas alegori karena menyatakan sesuatu dengan kiasan yang berarti dalang (pelaku) dalam kerusuhan atau korban dari kerusuhan tersebut.
Rima yang terdapat pada puisi “Jakarta Juli 1996” beragam, tetapi lebih dikuasai rima dengan akhiran huruf (u). Sementara ritma yang terkandung dalam puisi ini yakni panjang dan pendek. Ritma panjang lebih banyak sehingga irama yang dihasilkan terkesan lambat, berbeda dengan sedikitnya ritma pendek yang membuat irama terkesan cepat.
ADVERTISEMENT
Salah satu puisi yang ada didalam buku kumpulan sajak yang berjudul Ayat-Ayat Api ini merupakan puisi tentang sebuah kerusuhan yang terjadi di Jakarta pada tanggal 27 Juli 1996 yang dikenal dengan peristiwa Kudatuli. Kerusuhan tersebut dilatarbelakangi oleh pengambilalihan kantor DPP PDI (Partai Demonstrasi Indonesia) secara paksa yang merenggut 5 nyawa, 149 orang terluka, dan 23 orang dinyatakan hilang. Sapardi Djoko Damono mengungkap dan mengajak para pembaca untuk ikut merasakan bagaimana suasana yang terjadi pada kerusuhan tersebut.