Obesitas Gak Semata-Mata Salah Individunya

Raden Muhammad Wisnu Permana
Akun resmi Raden Muhammad Wisnu Permana. Akun ini dikelola oleh beberapa admin. Silakan follow akun Twitternya di @wisnu93 dan akun Instagramnya di @Rwisnu93
Konten dari Pengguna
23 Juni 2023 13:06 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raden Muhammad Wisnu Permana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Makam Muhammad Fajri. Foto: Jamal Ramadan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Makam Muhammad Fajri. Foto: Jamal Ramadan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pertama, mari sejenak kita sama-sama berdoa atas wafatnya Muhammad Fajri di RSCM pada Kamis (22/6) yang lalu. Mudah-mudahan beliau ditempatkan di Surga-Nya dan keluarga yang ditinggalkan dikuatkan selalu.
ADVERTISEMENT
Sebelum wafat, publik dikejutkan dengan viralnya Fajri karena bobotnya yang mencapai 300 kg sehingga ia terpaksa harus diangkut ke mobil pickup dengan menggunakan forklift untuk dibawa ke RSUD Kota Tangerang.
Reaksi netizen tentu beragam. Ada yang menyalahkan Fajri karena makan makanan junk food melulu dan gak pernah olahraga, ada yang menyalahkan keluarganya karena gak memantau kondisi Fajri, hingga ada yang menyalahkan sistem kesehatan Indonesia karena dianggap gagal mengedukasi masyarakat sehingga ada yang kebablasan seperti Fajri.
Sewaktu sekolah, saya berpikir, “Orang miskin itu pasti malas! Kerjanya cuma rebahan doang, gak mau cari kerja. Minimal kerja jadi ART atau Cleaning Service kan bisa!”
Saya juga punya pikiran yang sama terhadap orang-orang yang (maaf) obesitas. Saya mikir, “Orang gendut itu pemalas sih. Disuruh olahraga gak mau. Jaga pola makan gak mau. Disuruh tidur cukup gak mau. Tapi cita-cita pingin punya body atletis kayak Chris Evan dan Gal Gadot”
ADVERTISEMENT
Memang benar, orang obesitas itu disebabkan pola makan yang buruk dan jarang berolahraga. Teorinya, untuk menaikkan dan menurunkan berat badan itu gampang banget, tinggal hitung kalori saja sebetulnya. Total Daily Energy Expenditure atau TDEE adalah kebutuhan kalori harian setiap manusia jumlahnya berbeda-beda.
Misalnya kebutuhan kalori harian saya adalah sebanyak 2.500 kalori, kalau terus-terusan makan lebih dari 2.500 kalori dalam satu hari, otomatis berat badan saya akan naik. Sebaliknya, kalau terus-terusan makan kurang dari 2.500 kalori dalam satu hari, otomatis berat badan saya akan turun. Saya yakin teori dasar diet ini sudah diketahui oleh banyak orang.
Tapi di lapangan, obesitas lebih kompleks dari teori yang saya sebutkan di atas. Obesitas adalah permasalahan yang sistematis. Berhenti untuk menyalahkan individunya. Sama seperti masalah kemiskinan. Mereka yang miskin bukan semata-mata karena mereka malas bekerja atau malas belajar. Namun mereka miskin karena terjebak dalam kemiskinan struktural dan sulit untuk keluar dari hal tersebut. Sekalinya keluar, akan ada kemungkinan untuk masuk lagi ke dalam lingkaran tersebut. Selain itu, saat ini memang obesitas lebih rentan dialami oleh masyarakat miskin, lho.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, edukasi terkait TDEE dan pentingnya olahraga belum merata. Belum banyak yang tahu bahwa kalori satu potong martabak manis lebih banyak dibandingkan nasi shirataki satu piring besar. Kalaupun sudah diedukasi, mengubah pola makan orang Indonesia yang penuh karbohidrat alih-alih makanan gizi seimbang tidaklah mudah.
Semua orang tahu bahwa olahraga itu punya sejuta manfaat bagi kesehatan fisik dan mental. Tapi berapa banyak di antara kita yang rutin berolaharaga? Nge-Gym doang mah gampang, yang susah itu konsistensina! Kalau belum punya budget buat nge-gym, bisa lari. Tapi lagi-lagi, perlengkapan olahraga lari itu murah, yang mahal konsistensinya.
Dalam kasus Fajri, penyebabnya berbobot 300 kg bukan sekadar pola makan dan gak pernah olahraga doang. Kesehatan mental Fajri diduga ngedrop setelah pacarnya meninggal dunia sehingga Fajri melampiaskannya dengan makan sebanyak-banyaknya dan di rumah doang rebahan.
ADVERTISEMENT
Sekalipun nggak melampiaskan diri dengan makan sebanyak-banyaknya, seseorang yang lagi stress rentan mengalami obesitas. Pasalnya, ketika stress tubuh melepaskan sejumlah hormon yang bisa menaikkan berat badan secara drastis meski sudah mengurangi porsi makan dan jumlah kalorinya, lho. Selain itu, ketika stress dan susah tidur, hal tersebut akan bikin seseorang mengalami kenaikan berat badan.
Selain itu, permasalahan ini pun melibatkan faktor eksternal lain seperti masifnya produk makanan dan minuman berkalori tinggi yang bisa kita jumpai di minimarket hingga restoran cepat saji, hingga minimnya edukasi terkait ilmu gizi dan ilmu olahraga sedari SD sehingga orang harus cari informasi terkait hal tersebut secara otodidak lewat kanal YouTube seperti Ade Rai.
Jadi, stop menyalahkan Fajri dan keluarganya terkait obesitas yang menimpanya. Cobalah sedikit berempati dan sadari bahwa permasalahan obesitas lebih kompleks dibandingkan “atur kalori dan olahraga” karena realitasnya seperti itu.
ADVERTISEMENT