Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Masyarakat Ideal, Adakah Negara yang Dapat Mencapainya?
6 Desember 2022 16:22 WIB
Tulisan dari Raditya Naufal Hadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Setiap negara menginginkan tatanan masyarakat yang mandiri, menunjukkan kemajuan dalam hal peradaban, mempunyai karakteristik atau ciri-ciri yang khas yang membedakannya dengan masyarakat lainnya. Setiap kelompok masyarakat di berbagai belahan dunia mengharapkan memiliki masyarakat yang ideal bagi negaranya. Namun, setiap negara mempunyai kriteria yang berbeda dalam menentukan masyarakat ideal. Tidak heran jika masyarakat di seluruh dunia bertanya-tanya tentang apa yang dimaksud dengan masyarakat ideal dan bagaimana cara membangunnya.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari banyaknya halang rintang di dunia saat ini, seperti kemiskinan, kelaparan, perang, dan perusakan lingkungan, masyarakat masih belum dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan masyarakat ideal? Apakah masyarakat ideal itu yang memberikan kesetaraan, keadilan, dan kesempatan bagi semua manusia? Atau terwujudnya masyarakat yang hidup sejahtera serta tidak ada lagi yang hidup dalam kekurangan?
Deskripsi dan pemahaman tentang masyarakat ideal adalah dua isu yang diperdebatkan karena perbedaan pandangan yang dikemukakan oleh para ahli. Para ahli memiliki interpretasi yang berbeda mengenai masyarakat ideal berdasarkan komponen filosofis atau sosiologis. Mereka menekankan pendapat mereka bahwa masyarakat ideal adalah masyarakat yang dapat membuat dunia menjadi tempat lebih baik untuk kepentingan semua individu.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, beberapa sosiolog fokus pada komponen sosial yang mendefinisikan masyarakat ideal sebagai komunitas yang sempurna yang menggabungkan faktor sosial ekonomi dan politik yang mendorong dan menopang kehidupan.
Masyarakat ideal dapat didefinisikan sebagai masyarakat yang beroperasi di bawah standar yang diharapkan secara etis, moral, spiritual, dan sosial. Masyarakat ideal tidak mengalami aktivitas parah yang merugikan perkembangan manusia dan pertumbuhan ekonomi. Para ahli menegaskan bahwa masyarakat yang ideal harus damai, harus memiliki rasa persatuan yang mendalam, harus mapan secara ekonomi dan bebas dari diskriminasi. Dalam kondisi seperti itu, martabat manusia dijunjung tinggi dan hak-hak individu dihormati.
Masyarakat ideal menekankan keadilan dalam semua aspek dengan tujuan melindungi kepentingan semua orang. Para individu dalam masyarakat ideal juga diharapkan berperilaku lebih responsif. Mereka diharapkan mematuhi hukum masyarakat, terus mempromosikan perdamaian, terlibat dalam kegiatan ekonomi, dan merangkul nilai-nilai moral. Hal tersebut penting dalam membangun komunitas yang kuat dan kohesif, dengan individu yang saling memahami secara holistik.
ADVERTISEMENT
Sebuah komunitas yang ideal harus mengatasi institusi politik dan membentuk satu kasta dengan mengangkat mereka yang berada di level bawah ke kategori tertinggi. Dalam hal ini, Rayand Sethy (2020) menyinggung bahwa semua tatanan masyarakat harus mengatasi batasan yang diamati di masing-masing dan mempertahankan manfaat yang melekat.
Masyarakat ideal menjunjung tinggi kesatuan dan memotivasi orang untuk memperoleh pengetahuan mutlak. Dengan cara ini, anggota masyarakat dapat mengidentifikasi pendorong penaklukan sosial dan memahami kekosongan yang terkait dengan keunggulan hak lahir yang diklaim oleh kasta tinggi, sebagaimana dikatakan oleh Swami Vivekananda, seorang cendekiawan terkemuka yang memajukan filosofi kesatuan dan pengetahuan absolut, terutama di India.
Rayand Sethy (2020) mengatakan bahwa Vivekananda membayangkan masyarakat yang sempurna berdasarkan kasta. Meskipun kelas dianggap sebagai struktur politik, Vivekananda merepresentasikannya dari perspektif kebiasaan sosial.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, John Rawls memiliki gagasan mengenai masyarakat ideal yang berdasar kepada keadilan. Anggota komunitas menikmati kebebasan yang diberikan oleh konstitusi atau hak istimewa yang melekat yang dikaitkan dengan kekuatan Ilahi (Fanton, 2020). Masyarakat yang adil meniadakan ketidakberpihakan dan menghilangkan segala diskriminasi terhadap komunitasnya.
Filosofi dari John Rawls mencontohkan bahwa masyarakat yang ideal didasarkan pada kesatuan sosial, pengawasan publik, dan otonomi. Keharmonisan komunal berlaku ketika kesepakatan sipil dan orang-orang berkolaborasi untuk memajukan keadilan; politik dianggap sebagai inisiatif bersama, bukan kompetisi (Fanton, 2020). Alhasil, individu mewujudkan kedaulatan ketika mereka mematuhi aturan dan institusi.
Masyarakat yang ideal harus membangun dan menjunjung tinggi keadilan yang didasarkan pada unsur moral tertentu, yang mengatur pilihan dan alternatif mengenai pembagian hak dan kesempatan. Ia juga harus mengelola institusi sosial ekonomi dan politik.
ADVERTISEMENT
Masyarakat ideal menjadi impian yang tertanam pada pemikiran setiap orang. Masyarakat ideal menginginkan konsep kehidupan madani serta berkembang dengan alamiah tanpa ada tekanan. Lantas, negara manakah yang memiliki kans besar untuk menjadi sebuah negara dengan masyarakat yang “ideal”?
World Happiness Report yang telah melakukan penelitian mengenai negara-negara paling bahagia di dunia, merilis daftar negara berbahagia pada tahun 2022. Dalam pemeringkatannya, hadir 146 negara di berbagai belahan dunia, mulai dari Asia sampai Afrika. Landasan pemeringkatan World Happiness Report merupakan hasil survei dengan indikator tertentu pada tahun 2019-2021. World Happiness Report memfokuskan penilaiannya pada skor kesejahteraan subjektif, yang meliputi evaluasi kehidupan, emosi positif, dan emosi negatif setiap penduduk.
Selain itu, data yang digunakan untuk memeringkat negara di setiap laporan diambil dari Gallup World Poll, serta sumber lain seperti World Values Survey di beberapa laporan. Kuesioner Gallup World Poll mengukur 14 area, yakni ekonomi dan bisnis, keterlibatan rakyat, teknologi dan komunikasi, keragaman rakyat, pendidikan dan keluarga, emosi (kesejahteraan), lingkungan dan energi, makanan dan tempat tinggal, pemerintah dan politik, hukum dan ketertiban (keamanan), kesehatan, agama dan etika, serta transportasi, dan kerja.
ADVERTISEMENT
Untuk evaluasi kehidupan, ada enam kategori penilaian yang menjadi penyusun parameter penilaiannya. Keenamnya adalah GDP Per Capita, dukungan sosial, harapan hidup yang sehat (Life expectancy), kebebasan menentukan pilihan hidup, kedermawanan penduduk, dan persepsi dari tindakan korupsi. Setiap tahun, variabel tersebut mengukur skor rata-rata penduduk pada skala 0-10 selama periode waktu tertentu yang kemudian akan dibandingkan dengan negara lain.
Melalui aspek penilaian di atas, data dari World Happiness Report tahun 2022, (Penilaian merupakan rata-rata selama 2019-2022), Lima negara teratas berasal dari Eropa, yakni Finlandia, Denmark, Islandia, Switzerland, dan Belanda. Finlandia lagi-lagi dinobatkan sebagai negara paling bahagia di dunia selama lima tahun berturut-turut.
Melalui data tersebut, kita dapat melihat indikator penilaiannya, kotak biru adalah GDP Per Capita, hijau adalah dukungan sosial, kuning pucat adalah harapan hidup yang sehat, kuning adalah kebebasan menentukan pilihan hidup, merah adalah kedermawanan penduduk, dan merah muda adalah persepsi tindakan korupsi, sedangkan ungu adalah komparasi terhadap “Dystopia”, sebuah negara hipotesis yang dijadikan benchmark untuk variabel terendah.
ADVERTISEMENT
Kelima negara tersebut berpotensi besar memiliki, atau bahkan sudah memiliki apa yang dikatakan sebagai masyarakat ideal, terutama sang juara Finlandia. Mereka mapan secara ekonomi, martabat manusia dijunjung tinggi, hak-hak individu dihormati, damai, serta tidak mengalami aktivitas parah yang merugikan perkembangan manusia dan pertumbuhan ekonomi. Dari beberapa negara, GDP Per Capita lebih tinggi belum menjadi negara paling bahagia dan ada hubungan antara negara bahagia dan supremasi hukum.
Kebijakan publik sekarang diakui secara luas dan bertujuan untuk membuat orang lebih bahagia. Terdapat korelasi antara hukum, pemerintah, dan kebahagiaan. Hal ini juga selaras dengan filosofi John Rawls, bahwa masyarakat yang ideal didasarkan pada kesatuan sosial, pengawasan publik, dan otonomi.
Apabila kita menarik kesimpulan dari Finlandia sebagai negara paling bahagia di dunia, mereka sudah lama dipuji di ranah internasional karena dapat menyejahterakan rakyatnya. Mulai dari tingkat korupsi yang rendah, demokrasi yang baik, dan rasa kebebasan serta otonomi yang tertanam. Bahkan, sistem perpajakan progresif dan distribusi kekayaannya telah memungkinkan berkembangnya sistem biaya kesehatan yang universal. Ditambah lagi, lebih dari 80% masyarakat sana memercayai kepolisian mereka, angka yang jauh lebih banyak daripada negara lain.
ADVERTISEMENT
Finlandia juga mempunyai bobot kontribusi yang besar terhadap ekonomi global, melalui merek terkenal seperti Nokia, Rovio (pencipta Angry Birds), dan Supercell (pencipta Clash of Clans). Negara ini menerapkan model kerja datar (flat-working model), yaitu model dengan hanya ada sedikit atau hampir tidak ada tingkat hirarki antara manajemen dan staf. Biasanya, karyawan cenderung tidak terlalu diawasi dan struktur tersebut bertujuan untuk mendorong peningkatan keterlibatan dalam pengambilan keputusan organisasi, memungkinkan komunikasi yang terbuka antar semua tim dan departemen.
Alhasil, terjadi peningkatan signifikan dalam produktivitas di tempat kerja serta terbentuknya tim yang lebih kohesif. Model tersebut, yang mana negara Eropa lainnya baru mulai mengimplementasikannya, telah membantu Finlandia merintis etos kerja yang gesit. Organisasi disana memberdayakan tenaga kerjanya dengan fleksibilitas kerja yang tinggi dan rendah batasan. Etos kerja tersebut telah diunggulkan di Finlandia selama lebih dari 1 dekade dan memiliki peran penting dalam kesejahteraan warga Finlandia. Hal ini dikarenakan kebahagiaan erat kaitannya dengan rasa gembira yang dirasakan seseorang dari pekerjaan mereka dan apakah mereka dapat menemukan kehidupan yang seimbang antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Finlandia, seperti banyak negara Nordik lainnya, unggul di bidang ini.
ADVERTISEMENT
Sistem sosial disana mendukung pemerintahan demokratis dan hak asasi manusia, belum lagi pendidikan dan biaya kesehatannya yang hanya memungut biaya sangat kecil, atau bahkan gratis. Finlandia juga telah lama memegang tombak dalam perang melawan ketidaksetaraan. Kedermawanan Finlandia dapat kita lihat disini, di saat kesenjangan sosial antara masyarakat kaya dan miskin meluas di dunia, Finlandia secara konsisten bekerja untuk memastikan bahwa masyarakat miskinnya dapat terpelihara. Melawan ketidaksetaraan merupakan suatu hal yang terus menerus menjadi problematika di negara lainnya, namun Finlandia merupakan salah satu negara yang bertekad gigih untuk melawan hal tersebut.
Saat ini, negara Finlandia berada di peringkat nomor 1 sebagai negara paling bahagia di dunia. Mereka telah memberikan kita contoh akan bagaimana negara tersebut telah mewujudkan suatu kondisi yang dekat, atau bahkan sesuai dengan konsep masyarakat ideal. Negara lain harus dapat melanjutkan perjuangannya dengan merintis kesejahteraan sosial dan ekonomi rakyatnya. Tak lupa, pendidikan, biaya kesehatan, dan etos kerja merupakan suatu hal yang harus menjadi catatan penting bagi negara lain yang terus mengembangkan potensinya dalam mewujudkan masyarakat ideal dengan memastikan rakyatnya hidup bahagia.
ADVERTISEMENT
REFERENSI
Fanton, M. (2020). Rawls’s point of view: A systematic reading of justice as fairness. Brazilian Political Science Review, 14(2).
Harbani, Rahma Indina. (2022). 25 Negara Paling Bahagia di Asia Tahun 2022, Indonesia Nomor Berapa?, https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6001920/25-negara-paling-bahagia-di-asia-tahun-2022-indonesia-nomor-berapa, diakses pada 4 November 2022.
Helliwell, John F. et al. (2022). World Happiness Report, https://worldhappiness.report/, diakses pada 2 November 2022.
Ray, P., K., & Sethy, M., P. (2020). Swami Vivekananda: His philosophy and vision on ideal society. Asiatic Society for Social Science Research Journal, 2(1), 45-57. Web.
Väänänen, Heikki. (2020). What Makes Finland The Happiest Country In The World?, https://www.forbes.com/sites/heikkivaananen/2020/05/26/what-makes-finland-the-happiest-country-in-the-world/?sh=74baacb575cc, diakses pada 3 November 2022.