Konten dari Pengguna

Psikologi Pendidikan: Tokoh Aliran Pendekatan Perkembangan Pada Manusia

Rafa Herda Oktaviani
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10 Oktober 2024 11:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rafa Herda Oktaviani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: https://www.pexels.com/id-id/
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: https://www.pexels.com/id-id/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam perkembangannya, terdapat tiga tokoh dari masing-masing pendekatan atau pandangan terhadap faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan manusia. Tiga tokoh ini adalah yang paling terkenal dalam setiap alirannya dan memiliki perbedaan dari aliran yang dikemukakannya, yakni Arthur Schopenhauer, John Locke, dan Louis William Stern. Berikut merupakan tokoh serta aliran yang dikemukakan masingmasing dari mereka.
ADVERTISEMENT
1. Arthur Schopenhauer (1788-1860)
Arthur Schopenhauer merupakan seorang filosof Jerman. Beliau dilahirkan di Polandia pada tanggal 22 Februari 1788 dan wafat di Frankfurt pada tanggal 21 September 1860. Dalam perkembangan manusia, Arthur mengemukakan teori aliran nativisme yakni doktrin filosofis yang berpendapat bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor bawaan sejak lahir. Aliran filsafat nativisme konon dijuluki sebagai aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam. Teori yang dibawa oleh aliran ini memiliki sudut pandang bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Aliran ini menyatakan bahwa segala aspek perkembangan manusia telah ditentukan sejak kelahiran manusia di dunia. Pembawaan yang telah terdapat pada waktu kelahiran menjadi penentu hasil perkembangannya. Teori ini mencontohkan jika sepasang orang tua ahli dalam bidang musik, maka anak-anak yang mereka lahirkan akan menjadi pemusik pula. Jadi, pembawaan dan bakat orang tua selalu berpengaruh mutlak terhadap perkembangan kehidupan anak-anaknya.
ADVERTISEMENT
2. John Locke (1632-1704)
Berbeda dengan Arthur (filosof Inggris), John Locke justru berpendapat bahwa perkembangan manusia semata-mata dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman pendidikan. Teori yang dikemukakan oleh John Locke disebut aliran empirisme. Nama asli aliran ini adalah "The School of British Empiricism” (aliran empirisme Inggris). Namun, aliran ini lebih berpengaruh terhadap para pemikir Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah aliran filsafat bernama "environmental” (aliran lingkungan) dan psikologi bernama “environmental psychology” (psikologi lingkungan) sangat relatif masih baru.
Doktrin aliran empirisme yang amat mashyur adalah "tabula rasa” sebuah istilah bahasa Latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin tabula rasa menekankan pentingnya pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini, para penganut empirisisme menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa. Maka menjadi apa seorang anak kelak bergantung pada pengalaman lingkungan yang mendidiknya.
ADVERTISEMENT
3. Louis William Stern (1871-1938)
Louis William Stern merupakan filosof dan psikolog Jerman. Ia dilahirkan di Berlin, Jerman, pada tanggal 29 April 1871 dan wafat pada tanggal 27 Maret 1938, Durham, Amerika. Beliau merupakan tokoh utama dari aliran konvergensi, yaitu penggabungan antara aliran nativisme dan empirisme. Dalam menetapkan faktor yang memengaruhi perkembangan manusia, Sters dan para ahli yang mengikutinya tidak hanya berpegang pada lingkungan atau pengalaman yang tidak berpegang pada pembawaan saja, tetapi berpegang pada kedua faktor yang sama pentingnya. Faktor pembawaan tidak berarti apa-apa jika tanpa faktor pengalaman. Demikian pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa faktor bakat pembawaan tidak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan. Para penganut aliran konvergensi berkeyakinan bahwa baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan andilnya sama besar dalam menentukan masa depan seseorang. Jadi, seorang siswa yang lahir dari keluarga santri atau kiyai, umpamanya, kelak anak akan menjadi ahli agama, apabila anak tersebut terdidik di lingkungan keagamaan.
ADVERTISEMENT