15 Contoh Bocah Sukerta Nama dalam Bahasa Jawa

Ragam Info
Akun yang membahas berbagai informasi bermanfaat untuk pembaca.
Konten dari Pengguna
6 Juni 2024 15:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Contoh Bocah Sukerta, foto:unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Contoh Bocah Sukerta, foto:unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam masyarakat Jawa, terdapat istilah anak sukerta, yaitu anak yang sejak lahir dipercaya akan membawa dan memiliki nasib sial. Untuk menghindari kesialan tersebut, maka dalam tradisi Jawa anak sukerta harus diruwat. Untuk mengenal istilah bocah sukerta, maka perlu mengetahui contoh bocah sukerta nama dalam bahasa Jawa.
ADVERTISEMENT
Bentuk ruwatan dalam tradisi Jawa biasanya akan dilakukan acara wayang kulit dengan lakon Murwakala dan Purwakala. Tradisi ruwatan tersebut dikakukan sebagai bentuk permohonan agar manusia diselamatkan dari berbagai gangguan.

Kumpulan Contoh Bocah Sukerta Nama dalam Bahasa Jawa

Ilustrasi Contoh Bocah Sukerta, foto:unsplash
Bocah sukerta menurut adat Jawa adalah anak yang dipercaya akan menghadapi kesusahan atau mempunyai nasib sial di masa mendatang. Oleh karena itu, untuk menghindari kondisi tersebut, bocah sukerta harus diruwat.
Ruwat atau ruwatan merupakan tradisi Jawa yang dijadikan sebagai sarana untuk menghilangkan bala (bencana) terhadap seorang anak. Di mana dalam tradisi ruwatan biasanya akan dilakukan pagelaran wayang kulit dengan lakon tertentu dan dimainkan oleh seorang dalang.
Untuk lebih mengenal siapa saja yang tergolong bocah sukerta menurut tradisi Jawa, berikut beberapa contoh bocah sukerta nama dalam bahasa Jawa yang dikutip dari buku Budaya Dermayu: Nilai-nilai Historis, Estetis, dan Transendental, Supali Kasim (2012:62).
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dari contoh bocah sukerta menurut tradisi Jawa diharapkan dapat memberikan wawasan baru kepada pembaca. Pada intinya, tradisi yang ada di Indonesia selalu memiliki perbedaan berdasarkan daerah masing-masing. (PAM)