Konten dari Pengguna

3 Contoh Teks Anekdot tentang Korupsi beserta Strukturnya

Ragam Info
Akun yang membahas berbagai informasi bermanfaat untuk pembaca.
18 September 2024 12:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi teks anekdot tentang korupsi beserta strukturnya. Sumber: pexels.com/Cottonbro.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi teks anekdot tentang korupsi beserta strukturnya. Sumber: pexels.com/Cottonbro.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Teks anekdot tentang korupsi beserta strukturnya merupakan materi untuk mempelajari cara menyampaikan sesuatu dengan jenaka. Sering kali cara ini lebih efektif untuk mengundang respon.
ADVERTISEMENT
Korupsi adalah masalah yang sudah kronis sehingga teks anekdot digunakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya korupsi. Teks anekdot juga dapat dijadikan sebagai bahan edukasi tentang apa saja yang termasuk dalam ketegori korupsi.

Teks Anekdot tentang Korupsi beserta Strukturnya

Ilustrasi teks anekdot tentang korupsi beserta strukturnya. Sumber: pexels.com/Cottonbro.
Dikutip dari Buku Ajar Bahasa Indonesia, Fitri Itut Rahayu (2024:30), teks anekdot adalah naskah yang berisi cerita singkat dan menarik karena lucu atau mengesankan, yang biasanya berdasarkan kejadian atau tokoh nyata.
Struktur teks anekdot terdiri dari abstraksi (pembuka), orientasi (pembangun konteks), krisis (masalah pokok), reaksi (tanggapan partisipan) dan koda (penutup).
Sebagai contoh, berikut adalah teks anekdot tentang korupsi beserta strukturnya.

1. Korupsi Kecil-kecilan

Abstraksi: Ibu membawa pulang selusin pena yang dibutuhkan Ani. Ibu memintanya pada teman kantor yang mengurus ATK (Alat Tulis Kantor).
ADVERTISEMENT
Orientasi: Ibu sudah sering melakukannya dan tidak hanya membawa pula pena saja. "Ini bukan korupsi kok, cuma pena," kata Ibu.
Krisis: Ani yang tidak setuju pun protes, "Kalau mengambil barang-barang kantor tanpa izin itu namanya korupsi lo, Bu. Meskipun korupsi kecil-kecilan tapi kalau seluruh karyawan seperti itu bisa bangkrut juga negeri ini."
Reaksi: Heheheee iya juga, ya.
Koda: Ya sudah, ini yang terakhir, tidak akan Ibu ulangi lagi. Tapi uang jajanmu Ibu kurangi ya, untuk membeli peralatanmu.

2. Kalau Bisa Lama Mengapa Harus Cepat

Abstraksi: Pak Edo mengurus surat izin di sebuah kantor layanan.
Orientasi: Petugas bertanya, "Buru-buru? Kalau mau cepat pakai biro jasa saja."
Krisis: Pak Edo bingung, "Tapi kan biro jasa jalurnya sama saja dengan saya?"
ADVERTISEMENT
Reaksi: Jalurnya memang sama, tapi maunya enam bulan atau seminggu jadi?
Koda: Pak Edo geleng-geleng kepala, lalu meletakkan map berisi surat permohonan izin. Anekdot yang mengatakan kalau bisa lama mengapa harus cepat itu ternyata benar-benar terjadi.

3. Belajar Korupsi

Abstraksi: Susi dan Umi bertugas membeli hadiah lomba yang diselenggarakan pemuda kompleks.
Orientasi: Susi menaikkan harga dalam laporan sehingga membuat Umi bertanya-tanya.
Krisis: "Itu namanya korupsi," ujar Umi.
Reaksi: "Bukan dong, ini baru belajar," sanggah Susi.
Koda: "Belajar kok korupsi? Belajar itu matematika, sains atau sejarah," sahut Umi sambil pergi meninggalkan Susi.
Teks anekdot tentang korupsi beserta strukturnya dapat dijadikan bahan untuk berlatih membuat teks dengan runut. Struktur teks juga melatih untuk membuat kalimat yang efektif dan efisien. (lus)
ADVERTISEMENT