Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
5 Contoh Majas Antonomasia dalam Hikayat
25 Oktober 2024 17:20 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ada banyak sekali penggunaan contoh majas antonomasia dalam hikayat. Majas antonomasia adalah gaya bahasa yang menggantikan nama seseorang dengan berbagai contoh sebutan atau julukan berdasarkan ciri khas atau sifat tertentu yang dimilikinya.
ADVERTISEMENT
Dalam hikayat, majas ini sering digunakan untuk menggambarkan tokoh-tokoh dengan julukan yang menggambarkan kepribadian atau peran mereka dalam cerita.
Contoh Majas Antonomasia dalam Hikayat
Hikayat adalah karya sastra klasik berbentuk prosa yang berasal dari tradisi Melayu yang mengisahkan kepahlawanan, kebijaksanaan, atau keajaiban tokoh legendaris. Umumnya, hikayat menceritakan tokoh-tokoh seperti raja, pahlawan, atau makhluk mitologis dalam situasi yang penuh petualangan, cinta, peperangan, dan kebajikan.
Berdasarkan buku Bahasa Indonesia Kelas X, Suherli, dkk, (2017), di antara majas yang sering digunakan dalam cerpen maupun hikayat adalah majas antonomasia, metafora, hiperbola dan majas perbandingan.
Majas antonomasia sering digunakan dalam hikayat karena memberikan kesan kuat pada karakter tokoh-tokoh cerita . Dengan begitu, pembaca atau pendengar mudah mengingat sifat atau peran mereka tanpa harus mengenal nama asli mereka.
ADVERTISEMENT
Berikut adalah lima contoh majas antonomasia dalam hikayat yang sering ditemukan.
1. Raja Adil
Julukan ini sering digunakan untuk menggambarkan seorang raja yang bijaksana dan adil dalam memerintah. Dalam berbagai hikayat, sebutan “Raja Adil” menggantikan nama asli seorang raja yang memerintah dengan bijak dan disayangi rakyatnya.
2. Si Perkasa
Sebutan ini biasanya menggantikan nama seorang tokoh yang terkenal kuat dan tangguh dalam pertempuran. Misalnya, dalam Hikayat Amir Hamzah, tokoh utama sering dijuluki “Si Perkasa” karena keahliannya dalam bertarung dan keberaniannya di medan perang.
3. Putri Jelita
Julukan ini digunakan untuk menggambarkan putri yang sangat cantik dan menjadi dambaan banyak orang. Dalam banyak hikayat, nama asli sang putri sering diganti dengan sebutan “Putri Jelita” sebagai simbol kecantikan yang luar biasa.
ADVERTISEMENT
4. Si Cerdik
Sebutan ini sering menggantikan nama tokoh yang terkenal dengan kecerdasan dan akalnya. Misalnya, seorang penasihat atau tokoh bijak dalam hikayat bisa disebut “Si Cerdik” karena perannya dalam memberikan solusi yang pintar dalam situasi sulit.
5. Kota Kembang
Sebutan Kota Kembang dikenal sebagai julukan untuk Bandung. Akan tetapi, dalam hikayat, sebutan ini bisa membantu pembaca membayangkan Bandung sebagai kota yang penuh pesona dan keindahan, sehingga menambah kesan romantis atau eksotis pada alur cerita. Ini juga berlaku untuk nama kota atau tempat lainnya.
Setiap julukan dari contoh majas antonomasia dalam hikayat tersebut berfungsi untuk memberikan karakterisasi pada tokoh. Selain itu juga berperan untuk menonjolkan kualitas atau sifat penting suatu hal dalam alur cerita hikayat. (DNR)
ADVERTISEMENT