Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
5 Novel Pramoedya Ananta Toer yang Populer
21 Januari 2025 11:05 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Lewat karya sastra yang ditulisnya, Pram telah menciptakan khazanah baru di dalam dunia literatur Indonesia. Sebagian besar novelnya mengambil realita kehidupan sosial yang terjadi di zaman kolonial dan feodalisme Jawa.
5 Novel Pramoedya Ananta Toer untuk Referensi Bacaan
Pram, sapaan akrabnya, merupakan tokoh sastra angkatan 45. Beliau seangkatan dengan Chairil Anwar, Usmar Ismail dan Ida Nasution. Lahir di Blora pada tanggal 6 Februari 1925, beliau memiliki nama asli Pramoedyo Ananta Mastoer.
Dikutip dari buku Pramoedya Ananta Toer dari dekat sekali, Koesalah Soebagyo Toer (2006:82), perjalanan dari nama Pramoedyo ke nama Pramoedya Ananta Toer merupakan sejarah panjang pergulatan pemikiran dan perenungan. Paling tidak ada sembilan nama yang pernah dia gunakan sebelum mantap menggunakan nama Pramoedya Ananta Toer.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan kepenulisan, Pram pernah diasingkan ke Pulau Buru karena dituduh terlibat dalam gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI). Beliau diasingkan pada tahun 1965. Kendati demikian, hal tersebut tidak menyulutkan semangatnya untuk terus menulis.
Dari sekian banyak karya sastranya, ada 5 novel Pramoedya Ananta Toer yang kerap dicari oleh pecinta novel. Berikut adalah ulasannya.
1. Bumi Manusia
Novel Bumi Manusia adalah jilid pertama dari Tetralogi Pulau Buru. Kisah dalam novel ini berlatar awal abad ke-19 dan abad ke-20 yang menceritakan seorang pemuda Jawa keturunan ningrat bernama Minke.
Tokoh Minke adalah anak seorang bupati yang mengenyam pendidikan di Hogere Burger School (H.B.S) Surabaya. Minke dikenal sebagai putra pribumi cerdas dan pandai menulis. Berbagai karyanya pun dipublikasikan di koran.
ADVERTISEMENT
Di novel ini, Pram menggambarkan terpuruknya kondisi pribumi dalam kekuasaan kolonial. Penindasan semena-mena, pergundikan hingga terjadi strata sosial yang menempatkan pribumi di kelas paling rendah. Kondisi inilah yang membuat Minke melakukan perlawanan dengan membuat tulisan di surat kabar.
2. Gadis Pantai
Berbeda dengan Bumi Manusia yang menyuarakan perlawanan terhadap kolonial, di novel Gadis Pantai, Pram mengisahkan tentang feodalisme di masyarakat Jawa yang dilakukan oleh golongan priyayi.
Tokoh utamanya adalah seorang perempuan berusia 14 tahun yang disebut Gadis Pantai. Gadis Pantai ini berasal dari kampung nelayan di pesisir utara Jawa Tengah, Kabupaten Rembang, memiliki paras manis dengan warna kuning langsat, bermata agak sipit dan tubuh mungil.
Suatu hari, utusan dari Kota Jawa yakni Bendoro berniat untuk menikahinya. Setelah menjadi istri Bendoro, Gadis Pantai menyandang gelar Mas Nganten yang merupakan sebutan bagi seorang perempuan yang menjadi budak seks para priyayi sebelum mereka menikah dengan orang yang sederajat.
ADVERTISEMENT
Kisah Gadis Pantai berujung tragis karena ia diusir Bendoro setelah melahirkan anak perempuannya.
3. Mangir
Di novel Mangir, latar belakangnya setelah Kerajaan Majapahit runtuh di tahun 1527. Novel ini mengisahkan tentang seorang raja Pradikan bernama Wanabaya yang jatuh cinta kepada penari dengan rupa sangat cantik yakni Adisaroh.
Sayangnya, oleh patih di kerajaan Mangir di mana Wanabaya menjadi raja, tidak setuju dengan hubungan tersebut.
Para patih menganggap tidak pantas seorang raja jatuh cinta pada seorang penari yang kerjanya menghibur kaum laki-laki yang butuh hiburan.
Namun, akhirnya para patih pun memberikan izin karena sang raja sangat jatuh cinta pada Adisaroh. Permintaan tersebut dikabulkan karena Wanabaya mengungkapkan akan turun tahta apabila hubungannya tidak direstui.
ADVERTISEMENT
4. Arus Balik
Dalam novel Arus Bali, mengambil latar Nusantara di masa kejayaannya. Setelah jatuhnya Kerajaan Majapahit, membuat Nusantara harus menghadapi kenyataan terbalik. Di masa Majapahit, Nusantaran merupakan kesatuan maritim dan menjadi kerajaan laut terbesar di dunia.
Sayangnya, arus berbalik, utara menguasai selatan dan menguasai kehidupan Nusantara serta menimbulkan perpecahan. Hingga akhirnya Indonesia dan sekitarnya harus menerima kenyataan sekian abad lamanya dijajah.
5. Perburuan
Masih berlatar zaman penjajahan, di novel Perburuan, Pram mengambil latar penjajahan Jepang. Novel ini bercerita tentang Hardo, bekas komandan PETA yang menjadi buronan karena melakukan pemberontakan.
Dengan status buron, Hardo harus bersembunyi dari satu tempat ke tempat lain. Tak hanya Jepang saja yang memburunya, tapi juga para sesepuh dan tetangga di desanya.
ADVERTISEMENT
Suatu ketika, Hardo yang tubuhnya jauh berubah menjadi kurus bertemu ayahnya yang tidak mengenalinya. Pertemuan itu diketahui oleh Jepang dan membuat ayah serta kerabatnya diinterogasi.
5 Novel Pramoedya Ananta Toer di atas cocok dijadikan bahan bacaan untuk tahu bagaimana zaman kolonial, feodalisme yang terjadi di masyarakat Jawa, ketidakadilan, strata sosial yang muncul hingga kesetiaan dan nasionalisme. (RAN)