Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
5 Tradisi Lebaran di Jogja, dari Grebeg Syawal sampai Ngabekten
28 Maret 2025 17:21 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Tradisi Lebaran di Jogja selalu menghadirkan suasana yang khas dan penuh makna. Kota yang dikenal dengan budaya dan keramahannya ini memiliki berbagai tradisi unik yang masih dijaga turun-temurun di momen Lebaran.
ADVERTISEMENT
Momen Lebaran juga menjadi ajang silaturahmi yang hangat. Semua tradisi tersebut menjadikan Lebaran di Jogja lebih dari sekadar perayaan, tetapi juga simbol kebersamaan dan kekayaan budaya yang terus lestari.
Tradisi Lebaran di Jogja yang Unik dan Penuh Makna
Tradisi Lebaran di Jogja adalah berbagai kebiasaan khas yang dilakukan masyarakat Yogyakarta dalam merayakan Hari Raya Idulfitri. Tradisi ini mencerminkan perpaduan antara nilai keagamaan, budaya, dan adat istiadat yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Beberapa tradisi Lebaran yang masih ada hingga saat ini di Yogyakarta adalah:
1. Padusan
Sehari sebelum Idulfitri, masyarakat Yogyakarta memiliki tradisi Padusan atau mandi suci. Tujuannya untuk membersihkan diri secara lahir dan batin sebelum memasuki hari kemenangan.
Padusan biasanya dilakukan dengan mandi di sumber air alami seperti telaga, mata air, atau kolam yang dianggap memiliki nilai kesucian. Beberapa lokasi yang sering dijadikan tempat pelaksanaan Padusan di Yogyakarta antara lain Pantai Parangtritis, Umbul Ponggok, dan Gunungkidul.
ADVERTISEMENT
2. Grebeg Syawal dan Grebeg Besar
Keraton Yogyakarta biasanya menggelar Grebeg Syawal dan Grebeg Besar saat Idulfitri. Dalam acara ini, gunungan makanan serta benda-benda simbolis diarak dari keraton menuju Pasar Beringharjo.
Grebeg Syawal dilaksanakan pada pagi hari Idulfitri, dengan gunungan yang berisi berbagai makanan dan hiasan khas adat Jawa. Sementara itu, Grebeg Besar diadakan pada tanggal 10 Syawal dengan gunungan yang lebih besar dan lebih banyak isinya.
3. Tumpengan
Meskipun bukan tradisi yang khusus dilakukan saat Lebaran, tumpengan tetap menjadi bagian dari perayaan di Yogyakarta. Tumpeng, yang umumnya disajikan pada acara syukuran atau perayaan tertentu, juga bisa ditemukan dalam momen Lebaran.
Biasanya, tumpeng berisi nasi kuning yang disusun berbentuk kerucut, dilengkapi berbagai lauk-pauk, dan disajikan di atas tampah. Kadang, tumpengan juga diarak keliling sebelum disajikan.
ADVERTISEMENT
4. Ngabekten di Keraton
Berdasarkan buku Bauwarna: Adat Tata Cara Jawa · Volume 2, Harmanto Bratasiswara (R.), (2000), Ngabekten adalah tradisi lama yang sudah ada di budaya Jawa sejak dulu. Di Yogyakarta, ngabekten merupakan tradisi khas Keraton Yogyakarta pada bulan Ramadan dan Idulfitri.
Ritual ini dilakukan oleh keluarga keraton untuk memberikan penghormatan kepada Sultan Yogyakarta. Selain itu juga mengungkapkan rasa syukur atas keselamatan yang diberikan selama bulan suci.
Ngabekten berlangsung di ruang Sri Manganti, yang dianggap sebagai tempat pusaka di dalam Keraton Yogyakarta. Ruangan ini menyimpan berbagai benda bersejarah seperti keris dan pusaka lainnya. Pelaksanaan Ngabekten biasanya dilakukan pada hari pertama dan kedua setelah Idulfitri, yang diikuti oleh seluruh penghuni keraton.
5. Kirab Budaya
Pada momen Lebaran dan hari besar keagamaan lainnya, beberapa komunitas di Yogyakarta mengadakan kirab budaya yang bertema religi. Selain itu, banyak kegiatan budaya lain yang meramaikan Ramadan dan Idulfitri di Jogja, seperti pasar malam, acara sosial, serta festival kuliner.
ADVERTISEMENT
Tradisi Lebaran di Jogja juga identik dengan silaturahmi antarkeluarga, saling bermaafan, serta menikmati hidangan khas. Tidak ketinggalan, masyarakat yang merantau juga banyak yang pulang kampung atau mudik untuk berkumpul dengan keluarga besar. (DNR)