Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Apa Itu Malam Suro dan Sejarah di Baliknya?
21 Juli 2023 10:39 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Malam suro adalah istilah yang sering disebutkan sebagai awal penyambutan bulan Muharram atau suro. Malam ini tepatnya jatuh pada tanggal 1 berdasarkan Kalender Jawa. Biasanya, banyak tradisi cukup sakral yang dilakukan pada malam ini.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Misteri Bulan Suro Perspektif Islam Jawa oleh Muhammad Sholikhin (2010:7) tradisi menyambut bulan muharram atau bulan suro merupakan hal yang sudah menjadi budaya penting bagi masyarakat muslim jawa.
Tradisi yang dilakukan pada malam suro adalah budaya yang telah turun temurun dari nenek moyang. Sebagian besar dari tradisi tersebut, nyatanya masih lestari hingga saat ini. Seperti contoh, tradisi kirab, jamasan pusaka, mubeng benteng, dan masih banyak lagi.
Arti Malam Suro dan Sejarahnya
Malam suro adalah malam yang bertepatan pada tanggal 1 suro yang juga termasuk dalam bulan Muharram penanggalan Islam atau Hijriyah. Malam ini dianggap sebagai malam yang sakral bagi sebagaian orang khususnya masyarakat jawa.
Umumnya, tradisi yang dilakukan tidak akan jauh dari budaya keraton seperti pada Keraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Bahkan pelaksanaan tradisi ini dapat dilakukan sepanjang satu minggu. Lantas, bagaimana sejarah malam suro sendiri?
ADVERTISEMENT
Sejarah malam suro adalah berawal dari Sultan Agung yang menyebut bulan Muharram adalah satu suro. Hal ini dimulai sejak pada abad ke-17 dengan sistem penanggalan aboge. Penanggalan tersebutlah yang hingga kini dijadikan sebagai penanggalan muslim jawa.
Secara praktiknya, sistem penanggalan aboge akan berjarak 1 hari lebih lama dari Masehi. Angka tahunnya pun memakai angka tahun Jawa yang lebih muda 78 tahun daripada tahun Masehi.
Sebenarnya, tahun yang digunakan adalah tahun saka, namun dengan perhitungan qomariyah yang sama dengan penanggalan hijriyah. Hal tersebut adalah ijtihad penting yang dilakukan Sultan Agung dan menjadi simbol asimilasi budaya Islam dan budaya Jawa.
Tradisi dan adat yang dilakukan pada malam suro adalah kegiatan yang yang erat dengan budaya jawa. Misalnya di Solo, pada perayaan malam pertama suro ada hewan khas bule yang disebut kebo (kerbau).
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan perayaan di Solo, perayaan malam Suro pertama di Yogyakarta. Biasanya selalu identik dengan membawa keris dan pusaka sebagai bagian dari prosesi kirab atau yang biasa dibuat sesuai tradisi Suro One Night (Malam satu suro).
Tak dipungkiri, malam suro adalah malam yang berarti penting bagi masyarakat jawa khsususnya. Sebab, malam ini banyak tradisi yang dilakukan sebagai simbol persembahan dan rasa syukur atas masuknya tahun baru.
(NUM)