Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Apakah Tidur Membatalkan Wudhu? Ini Penjelasannya Menurut Ilmu Fikih
23 Februari 2025 17:21 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Apakah tidur membatalkan wudu? Pertanyaan ini sering diajukan umat Islam karena wudu merupakan syarat sah untuk melaksanakan ibadah salat. Oleh karena itu, penting bagi setiap muslim dan muslimah untuk memahami ilmu fikih tentang wudu.
ADVERTISEMENT
Terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan wudu batal, salah satunya adalah tidur. Namun, para ulama juga menetapkan batasan posisi tidur yang berbeda untuk bisa dikatakan membatalkan wudu.
Jawaban dari Apakah Tidur Membatalkan Wudhu
Rasa kantuk sering kali datang saat menunggu waktu salat tiba, misalnya dari Maghrib menuju Isya. Beberapa orang berusaha menjaga wudhunya karena jarak waktu salat yang singkat. Akan tetapi, terkadang rasa kantuk tidak tertahankan hingga akhirnya tertidur. Lantas, apakah tidur membatalkan wudhu?
Jawabannya adalah tergantung posisi tidur. Menurut buku Fiqih Lima Mazhab: Ja'fari, Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hambali karya Muhammad Jawad Mughniyah (2015), para ulama dari berbagai mazhab memiliki batasan masing-masing dalam menjawab pertanyaan ini.
Pertama, Mazhab Ja’fari berpendapat bahwa jika seseorang kehilangan fungsi pendengaran dan penglihatannya saat tidur, baik dalam posisi duduk, terlentang, maupun berdiri, maka wudhunya batal.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Mazhab Hanafi meyakini bahwa tidur yang membatalkan wudhu adalah jika seseorang tidur dalam posisi terlentang atau tertelungkup pada salah satu pahanya. Apabila tidur dalam posisi duduk, berdiri, ruku, atau sujud, maka wudhunya tetap sah.
Mazhab Syafi’i mempercayai bahwa tidur tidak membatalkan wudhu selama posisi duduknya tetap stabil, seperti mulut botol yang tertutup rapat. Namun, jika posisi duduknya berubah dan tidak lagi stabil, maka wudhunya batal.
Terakhir, Mazhab Maliki membedakan antara tidur ringan dan tidur berat. Tidur ringan tidak membatalkan wudhu, begitu pula tidur berat yang singkat dan dalam keadaan anus tertutup. Akan tetapi, jika tidur berat dalam waktu yang lama, maka wudhunya dianggap batal, baik anusnya dalam keadaan tertutup maupun terbuka.
ADVERTISEMENT
Selain itu, hadits riwayat Tirmidzi mengatakan bahwa sahabat Nabi Muhammad saw pernah tertidur dalam posisi duduk, lalu tetap melanjutkan salat tanpa memperbarui wudu.
Dengan berbagai pandangan ini, bisa disimpulkan bahwa hukum tidur dalam keadaan berwudu sangat bergantung pada posisi dan kondisi saat tertidur. Jadi, apakah tidur membatalkan wudhu? Jawabannya adalah tergantung bagaimana posisi tidur. Namun, jika merasa ragu, sebaiknya wudu lagi agar ibadah lebih yakin. (ALF)