Konten dari Pengguna

Megengan Dilakukan dalam Rangka Apa? Ini Penjelasan Tradisi yang Masih Lestari

Ragam Info
Akun yang membahas berbagai informasi bermanfaat untuk pembaca.
27 Februari 2025 6:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasai megengan dilakukan dalam rangka apa? Sumber foto: Pexels/cottonbro studio
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasai megengan dilakukan dalam rangka apa? Sumber foto: Pexels/cottonbro studio
ADVERTISEMENT
Dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa, para walisongo melakukan berbagai pendekatan budaya sehingga melahirkan beragam tradisi yang masih lestari hingga sekarang ini, salah satunya megengan. Lantas, megengan dilakukan dalam rangka apa?
ADVERTISEMENT
Tradisi Megengan adalah bentuk akulturasi budaya Jawa dan Islam yang dilakukan walisongo saat menyebarkan agama Islam di Jawa. Walisongo mengadakan tradisi pada masa itu agar Islam bisa diterima oleh masyarakat.

Megengan Dilakukan dalam Rangka Apa? Ini Penjelasan Tradisi Ramadan yang Dilakukan Turun Temurun

Ilustrasi megengan dilakukan dalam rangka apa. Sumber foto: Pexels
Dikutip dari buku Misteri Bulan Ramadhan, Yusuf Burhanudin (hal.14), Ramadan adalah bulan ampunan yang menyediakan tiga tahapan penting. Sepuluh hari pertama bulan Ramadan termasuk rahmat , yang kedua maghfirah dan ketiga dijauhkana dari api neraka.
Di berbagai daerah, penyambutan bulan Ramadan dilakukan dengan meriah dan penuh suka cita. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Jawa dengan tradisi Megengan.
Tradisi Megengan biasanya dilakukan oleh masyarakat Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta yang telah berlangsung secara turun temurun. Lantas, Megengan dilakukan dalam rangka apa?
ADVERTISEMENT
Megengan dilakukan untuk mengingatkan masyarakat akan datangnya bulan suci Ramadan. Di bulan tersebut, umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh.
Kata Megengan berasal dari kata ‘megeng’, dalam bahasa Jawa artinya menahan. Adapun makna dari kata Megengan adalah menahan segala hal yang bisa membatalkan puasa seperti makan, minum dan hal-hal lainnya.
Selain itu, megengan juga memiliki arti keselamatan agar bisa terjaga dengan baik dalam menghadapi Ramadan.
Menurut catatan sejarah, Megengan adalah akulturasi budaya, yakni penggabungan budaya Jawa dan Islam yang dilakukan oleh Walisongo. Di zaman dulu, masyarakat Jawa kerap melakukan tradisi mengantarkan sesajen. Oleh Walisongo mengganti kegiatan tersebut dengan mengantarkan makanan.
Pendekatan budaya ini dilakukan oleh para Walisongo agar Islam bisa diterima dengan baik oleh masyarakat setempat. Tradisi ini pun diterima dengan baik dan terus dilakukan hingga sekarang ini.
ADVERTISEMENT
Adapun makna dari tradisi Megengan ini sebagai bentuk permohonan maaf bagi sesama. Permohonan maaf ini disimbolkan dengan kue apem, kudapan khas Jawa yang kerap disajikan di berbagai acara adat.
Kehadiran kue apem di acara Megengan memiliki makna tersendiri. Istilah apem diambil dari kata ngafwan atau ngafwun yang artinya permohonan maaf.
Sebelum melaksanan tradisi Megangan, masyarakat akan datang berziarah ke makam untuk berdoa dan menabur bunga.
Acara Megengan dimulai ketika petang hari dengan dihadiri oleh tamu undangan. Para tamu undangan bersila di atas tikar dihadapkan dengan ambengan sebagai sajian untuk acara ini.
Oleh tuan rumah mengungkapkan keinginan pada sesepuh yang nantinya akan dibacakan doa untuk hajat-nya itu. Setelah selesai dibacakan doa, ambengan akan dibagikan ke seluruh undangan.
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan tradisi ini biasanya dilakukan dari rumah ke rumah. Selain di rumah, ada juga yang mengadakan Megengan bersama yang dilaksanakan di masjid, musala atau langgar. Masyarakat setempat akan membawa ambengan masing-masing ke masjid atau musala, lalu melakukan doa bersama yang dipimpin oleh seorang sesepuh lingkungan.
Demikian ulasan tradisi Megengan dilakukan dalam rangka apa. Tradisi yang masih dilakukan turun temurun ini menjadi momen penting dalam melestarikan silaturahmi antar masyarakat, serta bentuk persiapan spiritual dalam menyambut Ramadan. (RAN)