Konten dari Pengguna

Tiga Tahap dalam Proses Perubahan Organisasional Menurut Kurt Lewin

Ragam Info
Akun yang membahas berbagai informasi bermanfaat untuk pembaca.
18 Desember 2024 18:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Tiga Tahap dalam Proses Perubahan Organisasional Menurut Kurt Lewin. Sumber: {exels/Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tiga Tahap dalam Proses Perubahan Organisasional Menurut Kurt Lewin. Sumber: {exels/Pixabay
ADVERTISEMENT
Tiga tahap dalam proses perubahan organisasional menurut Kurt Lewin merupakan salah satu model yang populer mengenai perubahan organisasi. Model Kurt Lewin memberikan kerangka kerja yang sederhana namun kuat untuk memahami dan mengelola perubahan organisasi.
ADVERTISEMENT
Kurt Lewin adalah seorang psikolog sosial Jerman-Amerika yang dikenal sebagai bapak psikologi sosial modern. Kurt Lewin adalah salah satu tokoh utama yang mengembangkan teori dan konsep dalam psikologi sosial, dinamika kelompok, dan perubahan organisasi.

Tiga Tahap dalam Proses Perubahan Organisasional Menurut Kurt Lewin dan Penjelasannya

Ilustrasi Tiga Tahap dalam Proses Perubahan Organisasional Menurut Kurt Lewin. Sumber: Pexels/Edmond Dantes
Mengutip buku Perubahan Organisasional Institusi Pendidikan Tinggi Tenaga Kesehatan karya Nang Randu Utama (2019:24) Kurt Lewin mengembangkan tiga tahap model perubahan yang meliputi bagaimana mengambil inisiatif mengambil perubahan, mengelola, dan menstabilkan proses perubahan tersebut.
Model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin ini membantu organisasi memahami proses perubahan dengan lebih sistematis. Berikut ini tiga tahap dalam proses perubahan organisasional menurut Kurt Lewin yang dapat diperhatikan.

1. Unfreeze (Mencairkan)

Tahap ini bertujuan mempersiapkan organisasi untuk menerima perubahan dengan menciptakan kesadaran akan perlunya perubahan dan mengurangi resistensi terhadapnya. Organisasi harus mengidentifikasi alasan perubahan, seperti perubahan pasar, teknologi, atau kebutuhan internal.
ADVERTISEMENT
Langkah ini melibatkan komunikasi yang jelas tentang urgensi perubahan serta melibatkan karyawan agar memahami manfaatnya. Pemimpin berperan penting dalam menciptakan dukungan, membangun rasa percaya, dan mengatasi rasa takut yang muncul akibat perubahan. Dengan persiapan ini, pola kerja lama yang tidak relevan mulai “dicairkan,” sehingga siap digantikan oleh yang baru.

2. Change (Berubah)

Tahap ini adalah saat organisasi mulai menerapkan perubahan yang telah direncanakan. Prosesnya melibatkan transformasi nyata, seperti pembaruan kebijakan, sistem kerja, atau pola pikir. Karena perubahan sering kali memicu ketidakpastian, organisasi perlu memberikan dukungan penuh, termasuk pelatihan, panduan, dan komunikasi yang konsisten untuk membantu karyawan beradaptasi.
Melibatkan dalam proses ini juga penting untuk membangun rasa kepemilikan terhadap perubahan. Selama tahap ini, evaluasi dan penyesuaian dilakukan untuk mengatasi kendala dan memastikan perubahan berjalan sesuai rencana.
ADVERTISEMENT

3. Refreeze (Membekukan Kembali)

Tahap terakhir memastikan perubahan yang diterapkan menjadi bagian permanen dari organisasi. Pola kerja atau sistem baru distabilkan dengan membentuk kebiasaan baru, memperkuat prosedur, dan mengintegrasikan perubahan ke dalam budaya kerja.
Penghargaan atau pengakuan terhadap pihak yang mendukung perubahan dapat diberikan untuk mendorong perilaku positif. Dokumentasi prosedur baru dan monitoring rutin juga penting agar perubahan menghasilkan dampak yang diinginkan dan tidak kembali ke kebiasaan lama. Dengan stabilitas ini, perubahan menjadi landasan bagi keberlanjutan dan pengembangan organisasi di masa depan.
Dengan tiga tahap dalam proses perubahan organisasional menurut Kurt Lewin ini, organisasi dapat mengelola perubahan secara sistematis, mengurangi resistensi, dan memastikan keberhasilan transformasi menuju kondisi yang lebih baik. (BAI)
ADVERTISEMENT