Konten dari Pengguna

HAMA SERANGGA MASSAL PADA MANGROVE

Ragil Satriyo Gumilang
Penyuka kopi gelas kecil, es teh manis, dan indomi goreng telur mata sapi.
19 Maret 2018 11:05 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ragil Satriyo Gumilang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa hari lalu saya mendengar kabar dari kawan di Facebook tentang serangan hama mangrove secara massal di Pangkep Sulawesi Selatan. Dia menanyakan apakah kasus serangan hama yang serupa pernah terjadi di daerah lain dan bagaimana penanganannya. Pada saat itu dia belum mengetahui penyebab pasti dan jenis/spesies hama yang menyerang. Dia mengawatirkan kalau serangan hama semakin meluas. Oleh karena dalam waktu satu minggu, hama telah menyerang hutan mangrove di Pangkep kurang lebih seluas 4 hektar. Menurut saya kekhawatiran tersebut cukup beralasan, karena mangrove Avicennia sp merupakan jenis yang sangat dominan hidup di ekosistem mangrove di Indonesia. Serta memiliki peranan yang sangat vital bagi lingkungan dan perlindungan pesisir. Salah satu informasi yang menarik adalah hama ini hanya menyerang mangrove jenis Avicennia sp dan tidak menyerang mangrove jenis lain seperti Rhizophora sp dan Sonneratia sp. Informasi tersebut juga ditanggapi dan dikuatkan oleh Pak Umar Pasandre (Praktisi Lingkungan Pesisir - Gorontalo), bahwa pernah terjadi pula serangan hama yang serupa di Torsiaje Gorontalo.
ADVERTISEMENT
Dari informasi yang kawan saya gali dari Prof Sylvia Sjam (Fakultas Pertanian Unhas Makassar), menyimpulkan bahwa hama tersebut dari jenis ‘ngengat’ ordo Lepidoptera. Prof Sylvia Sjam mencurigai hama tertentu yang menyerang namun masih ragu karena hama yang beliau duga tidak populer dan belum pernah ditemukan di Indonesia. Selain itu, bisa jadi selama ini hama itu sudah ada namun dalam kondisi normal dan susah berkembang karena ada predator. Ledakan populasi bisa terjadi karena ada predator yang hilang atau lingkungan sangat kondusif untuk pertumbuhan hama tersebut. Tidak menutup kemungkinan pula, kerusakan mangrove disebabkan oleh toksin atau racun tertentu yang dikeluarkan hama dan punya efek merusak bagi tanaman.
Hingga saat ini saya belum mendapat perkembangan informasi dari serangan hama mangrove di Pangkep. Saya sangat penasaran tentang hama mangrove tersebut. Walaupun saya bukan ahli hama penyakit tanaman, namun rasa penasaran ini terdorong karena saya bekerja membidangi ekosistem pesisir, terutama mangrove. Berikut ini hasil studi literatur dan kasus (mungkin) serupa yang saya temukan di daerah Probolinggo Jawa Timur beberapa hari lalu.
ADVERTISEMENT
__________________________________
Su Ping et al. (2010) menyebutkan bahwa di kawasan mangrove Asia Tenggara terdapat beberapa jenis hama serangga dari ordo Lepidoptera yang biasa menyerang tanaman mangrove, yaitu Streblote lipara, Zeuzera conferta, Bagworms, dan Leaf miners. Selain serangga dari ordo Lepidoptera, umum dijumpai pula hama serangga pada tanaman mangrove, yaitu Poecilips fallax (Coleoptera) dan Mealybugs (Homoptera). Hama-hama tersebut menyerang tanaman mangrove pada bagian tertentu, seperti propagul/buah, daun dan batang. Anakan mangrove paling berpotensi terserang hingga rusak dan mati oleh beberapa jenis hama tersebut. Tidak ditemukan laporan bahwa hama-hama tersebut pernah menyerang tanaman mangrove secara massal (seperti pada kasus di daerah Pangkep).
Serangan hama mangrove secara massal oleh serangga dari ordo Lepidoptera pernah terjadi di Indonesia. Pada tahun 1983, terjadi serangan hama mangrove oleh serangga jenis Ophiusa melicerta (Noctuidae) di daerah Belawan Sumatera Utara (Whitten dan Damanik, 1986). Mangrove yang diserang hama tersebut hanya jenis buta-buta (Excoecaria agallocha) dan diperkirakan jangkauan hama mencapai 500 – 1000 ha. Serangan hama tersebut tidak menyebabkan kematian massal pada mangrove jenis buta-buta. Sebagian besar daun buta-buta habis/gugur, namun beberapa waktu setelah itu mengalami regenerasi. Dammermann (1929) menyebutkan bahwa Ophiusa melicerta sebenarnya merupakan hama tanaman Ricinus communis (jarak) dan Palaquium gutta (getah sundi / sundik). Kalshoven (1953) dalam Nair (2007) melaporkan bahwa hama jenis Lymantria galinaria (Lymantriidae) secara massal menyerang mangrove jenis Sonneratia acida (Syn. Sonneratia caseolaris) di daerah muara Sungai Barito Kalimantan bagian selatan. Selain 2 kasus yang dilaporkan tersebut di atas, belum ditemukan laporan (ilmiah) serangan hama mangrove secara massal oleh serangga dari ordo Lepidoptera di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Terdapat beberapa kasus serangan hama serangga secara massal pada pohon mangrove di negara lain. Piyakarnchana (1981) menyebutkan dalam laporannya bahwa pada Oktober 1980 di daerah muara Sungai Bang Pakong Thailand, terjadi serangan hama oleh larva serangga jenis Cleora injectaria (Lepidoptera) pada pohon mangrove jenis Avicennia alba secara massal. Pada Januari 1981 dilakukan observasi kembali di lokasi tersebut dan ditemukan tunas-tunas atau daun muda tumbuh kembali secara alami pada sebagian pohon-pohon Avicennia alba yang terserang. Hama tersebut tidak menyerang jenis Rhizophora mucronata, walaupun lokasi tumbuhnya berasosiasi dengan jenis Avicennia alba yang terserang.
Kasus serangan hama serangga secara massal pada pohon mangrove jenis Avicennia marina terjadi di Hong Kong. Anderson dan Lee (1995) menyebutkan bahwa setiap musim panas selama 3 bulan, sebagian besar daun pohon Avicennia marina di daerah rawa Mai Po gugur/habis diserang oleh ulat Nephopterix syntaractis (Lepidoptera). Setelah itu, regenerasi daun dari pohon yang terserang pulih. Namun, serangan hama tersebut menyebabkan proses berbunga dan pembuahan menjadi terhambat. Kasus ini tercatat pertama kali pada tahun 1960-an dan diteliti secara kontinu sejak tahun 1986.
ADVERTISEMENT
Hama serangga dari jenis Hyblaea puera (Lepidoptera) tercatat menyerang mangrove jenis Avicennia germinans secara massal di daerah Sungai Amazon Brasil. Fernandes et al. (2009) melaporkan bahwa Hyblaea puera menyerang daun mangrove khusus jenis Avicennia germinans dalam jangka waktu cukup pendek dan terjadi setiap dua tahun. Selain terjadi di Brasil, kasus yang sama terjadi di hutan mangrove Vikhorli Mumbai India. Hyblaea puera hanya menyerang mangrove jenis Avicennia marina secara massal (Arun dan Mahajan, 2012). Serangan hama ini tidak terjadi tiap tahun, dan tercatat terjadi pada tahun 2006 dan 2009. Pada banyak kasus, Hyblaea puera merupakan hama pohon jati (Tectona grandis) atau dikenal dengan nama teak defoliator.
____________________________________
Dua minggu lalu saya mengunjungi kawasan hutan mangrove di daerah Ketapang Kota Probolinggo. Dalam kunjungan tersebut saya menemukan kasus yang sama, yaitu serangan hama serangga dari ordo Lepidoptera pada daun Avicennia marina dan terjadi secara massal. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat setempat, kejadian tersebut tidak terjadi setiap tahun, namun pada tahun-tahun sebelumnya serangan hama yang sama pernah beberapa kali terjadi. Serangan hama serangga tersebut hanya terjadi sekitar 3 bulan. Serangan hama telah terjadi sejak 3 bulan yang lalu. Pada saat saya ke sana, nampak sebagian besar daun pada Avicennia marina telah habis dimakan serangga. Dalam pengamatan saya, sudah tidak ditemukan serangga dalam bentuk larva/ulat maupun serangga yang telah bermetamorfosis sempurna. Namun, tidak sedikit saya temukan kepompong yang telah mati (tidak berhasil tumbuh) dan masih terbungkus sempurna. Selain itu, pada bagian ujung-ujung ranting, tunas daun muda nampak mulai tumbuh.
ADVERTISEMENT
Untuk memastikan jenis serangga tersebut, perlu dilakukan pengamatan lebih lanjut. Namun, berdasarkan pengamatan morfologi kepompong dan studi literatur yang saya lakukan, saya menduga adalah serangan hama serangga jenis Hyblaea puera (Lepidoptera) atau di Indonesia disebut dengan ulat daun jati. Saya menduga karena lokasi yang saya kunjungi juga terletak tidak terlalu jauh dari kawasan hutan jati Gunung/Bukit Bentar di Kabupaten Probolinggo.
Di Indonesia serangan hama Hyblaea puera pada tegakan jati biasanya terjadi pada awal musim hujan, yaitu pada saat tegakan jati berdaun kembali, setelah pada musim kemarau menggugurkan daunnya. Dahulu, hama ini dianggap tidak membahayakan karena tidak menyebabkan kematian pada pohon jati. Namun, anggapan ini kemudian berubah setelah terjadi peledakan populasi ulat daun jati pada tahun 1926. Pada waktu itu 200.000 ha tegakan jati di Pulau Jawa dapat digundulinya dalam waktu hanya 10 hari (Suratmo 1984 dalam Husaeni 2001).
ADVERTISEMENT
Di Indonesia tindakan pengendalian ulat daun jati belum pernah dilakukan. Populasi hama ini biasanya akan menurun secara alami, baik oleh faktor fisik maupun oleh faktor biotik. Pengendalian baik secara kimia maupun dengan cara hayati pernah dilakukan di Thailand. Pengendalian secara kimia yang pernah dilakukan di Thailand yaitu dengan menggunakan insektisida organofosfat, sedangkan pengendalian secara hayati digunakan bakteri Bacillus thuringiensis. Pencegahan serangan Hyblaea puera pada tegakan jati adalah dengan cara mempertahankan vegetasi alami di daerah jati. Hal itu sangat penting untuk kelangsungan hidup beberapa parasit dan predator Hyblaea puera (Agpada 1975 dalam Husaeni 2001).
Berkaitan dengan serangan hama serangga di hutan mangrove Ketapang Probolinggo, bila dugaan saya benar, yaitu serangan hama dari jenis Hyblaea puera, maka tidak perlu dilakukan pengendalian secara kimia (pestisida). Ada kemungkinan pula hama serangga yang sama menyerang hutan mangrove di Pangkep. Langkah pengendalian tersebut dikhawatirkan malah dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Namun, bila ditemukan kasus seperti tersebut di atas dalam jangka waktu yang cukup panjang (lebih dari 3 bulan) dan tidak menampakkan regenerasi daun hingga kematian, perlu dilaporkan kepada instansi yang membidanginya, seperti Perguruan Tinggi, Balai Penelitian Kehutanan, Dinas Kehutanan, maupun instansi lain untuk segera dilakukan tindakan. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab serangan hama tersebut serta dampak terhadap keseimbangan ekosistem. Kajian tentang perbandingan fisiologi tumbuhan yang terserang (misalnya kandungan daun, dll) serta preferensi habitat hama serangga tersebut penting dilakukan sebagai modal dalam mengantisipasi kasus-kasus yang serupa.
ADVERTISEMENT