Konten dari Pengguna

Karya Inspiratif Olin: Mengubah Kulit Bawang Menjadi Fashion Ramah Lingkungan

Maheng
Ia adalah penulis freelance, saat ini terus belajar menulis dan memiliki ketertarikan lebih pada jurnalisme dan sastra. Filsafat juga mempengaruhi cara pandangnya.
19 Agustus 2023 10:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Maheng tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu membayangkan untuk mengubah kulit bawang serta limbah dapur menjadi bahan baku industri pakaian yang ramah lingkungan?
ADVERTISEMENT
Terdengar tidak biasa, namun gagasan ini berhasil diwujudkan oleh Kharolin Hilda Amazona (29), atau yang akrab disapa Olin. Seorang perempuan dari Dusun Wonorejo, Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Melihat proses menakjubkan pewarna alami dari kulit bawang oleh Olin. Foto: Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Melihat proses menakjubkan pewarna alami dari kulit bawang oleh Olin. Foto: Dokumentasi Pribadi
Ia mentransformasi kulit bawang merah dan limbah dapur menjadi pewarna alami (eco-print), menghasilkan karya seni indah yang dicetak pada kain katun dan sutra. Kulit bawang merah dapat dimanfaatkan sebagai pewarna tekstil alami karena mengandung antosianin dan flavonoid yang bisa diekstraksi melalui pengukusan.
Tak hanya mengolah kulit bawang, Olin dan ibunya, Musiyati (55), adalah peneliti visioner yang mengeksplorasi potensi limbah dapur sebagai bahan baku. Mereka bahkan telah mengujicoba kulit pisang dan jengkol sebagai alternatif tinta.
Kedua srikandi inspiratif ini juga berhasil membudidayakan berbagai macam tanaman yang digunakan sebagai pewarna alami, seperti kersen atau talok yang menjadi favorit, janda bolong, serta bunga-bungaan.
ADVERTISEMENT
Mereka juga menggunakan beberapa pewarna alami lain yang diproses dari daun jati, daun ketapang, kolonjono, hingga daun kenikir.
Pada tanggal 15 Agustus 2023, saya mengunjungi kediamannya. Di sana, Olin berbagi cerita tentang awal perjalanannya dalam mengembangkan inovasi di bidang fashion yang ramah lingkungan.
Kisah ini bermula dari masa pandemi Covid-19 yang mengakibatkan sejumlah lini bisnisnya harus gulung tikar.
Musibah ini juga berdampak pada pendapatan ibu Olin, yang selama 20 tahun menjalankan usaha jualan sembako di Pasar Rejodani. Pendapatan ibu Olin merosot drastis hingga 80% akibat pembatasan aktivitas selama pandemi.
Masa-masa sulit ini juga berdampak pada para perempuan dan ibu rumah tangga di Dusun Wonorejo, Desa Sariharjo, di sekitar tempat tinggal Olin, karena suami-suami mereka kehilangan pekerjaan akibat pemutusan hubungan kerja (PHK).
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Olin menolak untuk berpangku tangan, dengan dukungan dari ibunya, ia belajar eco-printing dari tiga tempat yang berbeda dan terus melakukan percobaan dan perbaikan.
Setelah serangkaian upaya trial and error, pada 17 Juni 2022 lalu, Olin membulatkan tekad untuk memberdayakan perempuan di Desa Sariharjo. Ini menandai awal dari perjalanan dengan label barunya yang diberi nama Gitarja Bhumi.
Pelatihan eco-printing untuk perempuan Desa Sariharjo. Foto: Gitarja Bhumi.
Olin menjelaskan bahwa nama "Gitarja" diambil dari nama masa kecil Ratu Tribhuwana Tunggadewi. Dyah Gitarja memerintah dari tahun 1328 hingga 1350 Masehi. Dyah Gitarja adalah Ratu Majapahit bersama Mahapatih Gajah Mada memainkan peran penting dalam menyatukan nusantara pada masa tersebut.
Menurut penuturan Olin, ide yang tampaknya mustahil untuk menyatukan nusantara ini muncul dari Gayatri Rajapatni, ibunda Dyah Gitarja, yang memainkan peran penting dalam mengangkat Gadjah Mada dari anggota masyarakat biasa menjadi patih.
ADVERTISEMENT
"Gitarja Bhumi mengusung filosofi bahwa perempuan dapat mengatasi keterbatasannya seperti halnya Dyah Gitarja, satu-satunya Ratu Penakluk Nusantara," ujar Olin.
Menurut Olin, sangat penting dalam mengatasi keterbatasan ekonomi dan tantangan kesetaraan gender yang dihadapi oleh perempuan desa Wonorejo. Bahwa perempuan desa pada dasarnya tangguh, sebagaimana halnya bhumi.
Sehingga anak muda seperti dirinya perlu bergerak untuk memberdayakan mereka.
Memberdayakan Perempuan di Daerah Melalui Upaya Kolaboratif
Saat ini, 60 persen produksi garmen didominasi oleh kain sintetis seperti nilon, poliester, hingga akrilik, di mana bahan bakunya berasal dari minyak bumi.
Laporan yang ditulis oleh Leah Messinger menunjukkan bahwa kain sintetis melepaskan serat mikro ke dalam air saat dicuci, dan limbah cucian yang dihasilkan akhirnya mengalir ke laut, membahayakan kehidupan laut dan akhirnya masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan laut yang kita konsumsi.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa secara global, industri fashion menduduki peringkat kedua sebagai sektor yang paling berpolusi setelah industri minyak dan gas, dengan kontribusi emisi tahunan sekitar 1,2 miliar ton gas rumah kaca.
Fesyen berkelanjutan sering digadang-gadang sebagai solusinya. Namun perlu dicatat, ada tiga faktor utama yang perlu dipertimbangkan agar fesyen dapat dianggap berkelanjutan.
Dimulai dari pemilihan bahan baku, serat alami lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan serat sintetis. Bagaimanapun, serat alami saja tidak menjamin keberlanjutan; penting juga untuk mempertimbangkan asal-usul serat tersebut.
Dalam konteks Gitarja Bhumi, bahan yang digunakan adalah katun dan sutra. Sutra adalah serat alami protein yang diolah menjadi tekstil. Salah satu jenis sutra yang umum digunakan berasal dari kepompong yang dihasilkan oleh larva ulat sutra murbei (bombyx mori) yang dibudidayakan dalam serikultur.
Menumbuhkan tanaman untuk tinta eco-printing. Foto: Dokumentasi Gitarja Bhumi.
Untuk proses pewarnaan, limbah dapur dan dedaunan dimanfaatkan serta dikumpulkan dengan cara yang ramah lingkungan. Olin secara pribadi menanam tanaman yang diperlukan untuk tinta eco-printing.
ADVERTISEMENT
Aspek kedua adalah bagaimana bahan baku ini diproses. Sustainable fashion perlu meminimalkan emisi, penggunaan bahan kimia, mendaur ulang limbah, dan menciptakan proses produksi yang bersifat sirkular.
Olin mengalirkan limbah sisa dari proses eco-print ke dalam biopori untuk memperkaya hara tanah. Dari tanah yang subur ini, pertumbuhan tanaman eco-print menjadi sirkular dan berkelanjutan sehingga menciptakan sustainable living.
"Kita mengambil dari alam, kita juga memberikan kembali ke alam; kita tidak ingin mengeksploitasi alam," ujar Olin.
Ketiga, yang tak kalah penting adalah bagaimana dampak yang lebih luas terhadap komunitas lokal harus dipertimbangkan agar fesyen dapat dianggap berkelanjutan.
Oleh karena itu, Olin tidak bekerja sendirian. Ia dan ibunya, Musiyati, berkolaborasi untuk memberdayakan perempuan desa yang tergabung dalam Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan Kelompok Wanita Tani (KWT).
ADVERTISEMENT
Mereka memberikan pelatihan yang meliputi berbagai aspek, mulai dari menanam tanaman eco-print, mendesain, menyulam, hingga mengajarkan teknik eco-print.
Selain itu, mereka juga memberikan literasi keuangan agar para perempuan dapat menentukan harga pokok produksi (HPP) yang tepat sehingga produk-produk mereka siap untuk dipasarkan.
Menciptakan Jejak Kreatif bersama Anak-anak. Foto: Dokumentasi Gitarja Bhumi
Tidak hanya memberikan pelatihan kepada orang dewasa, mereka juga mendampingi anak-anak. Anak-anak diajarkan bagaimana melakukan eco-printing pada kaos.
"Kami berencana untuk pelatihan lanjutan, kali ini dengan kaos," kata Musiyati. "Dengan latihan yang konsisten, kita pasti bisa melakukannya, dan ini juga membantu mengurangi jumlah sampah."
Beberapa karya mereka telah dipamerkan dalam fashion show sebagai bagian dari Gayatri Rajapatni Project yang diprakarsai oleh Olin, yang diselenggarakan di Pendopo Kebon Deso, Wonorejo, pada akhir Juli 2023 lalu.
Beberapa karya mereka dalam pergelaran fashion show sebagai bagian dari Gayatri Rajapatni Project. Foto: Dokumentasi Gitarja Bhumi
Dedikasi dan pemberdayaan perempuan serta kelompok marjinal yang dilakukan oleh Olin patut diacungi jempol. Sebelumnya, ia adalah Pendiri dan CEO dari perusahaan sosial Menganyam Pesisir, yang secara resmi didirikan pada tanggal 18 Agustus 2018.
ADVERTISEMENT
Ia melatih perempuan pesisir di Gunung Kidul melalui kegiatan pelatihan keterampilan, serta membina daerah pesisir melalui kewirausahaan.
Saat ini, ia melatih perempuan di desanya melalui Gitarja Bhumi yang sebagian besar pembiayaannya diambil dari kocek pribadinya.
Harapannya, usaha Olin dapat menarik perhatian berbagai pemangku kepentingan, mengingat sampah, termasuk sampah dari industri fesyen, merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan.
Gitarja Bhumi menjadi salah satu solusi dari permasalahan sampah yang masih menjadi persoalan yang masif dan belum terselesaikan. Bahkan, PST Piyungan di Kabupaten Bantul resmi berhenti beroperasi sejak 23 Juli hingga 5 September 2023 mendatang.
"Mimpi saya, semoga desa ini bisa menjadi salah satu desa eco-print di Ngaglik, menjadi ikon eco-print di Sleman. Jadi kalau ada yang ingin belajar eco-printing atau mencari produk eco-print, bisa datang ke kampung ini," kata Olin menutup perbincangan kami.
ADVERTISEMENT