Mortal Kombat (2021): Film Aksi Biasa dengan Cerita yang Kurang Matang

Rahmat Tri Prawira Agara
Mahasiswa Universitas Gadjah Mada
Konten dari Pengguna
3 Mei 2021 17:48 WIB
Tulisan dari Rahmat Tri Prawira Agara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Freepikpsd
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Freepikpsd
ADVERTISEMENT
Mortal Kombat (2021) adalah salah satu film yang ditunggu rilis perdananya pada tahun ini. Sebelumnya, game mortal kombat telah diadaptasi menjadi dua film serial. Pertama, dengan judul Mortal Kombat (1995) dan sekuelnya dua tahun setelahnya, Mortal Kombat: Annihilation (1997).
ADVERTISEMENT
Kegagalan kedua film adaptasi tersebut membuat ekspektasi para penggemar game dan penonton awam menjadi lebih tinggi ketika Simon McQuoid ditunjuk untuk menyutradarai film remake Mortal Kombat yang rilis pada tahun 2021 ini.
Terlebih, di deretan cast dari pemeran karakter film, ada nama Joe Taslim, aktor laga dari Indonesia yang sebelumnya bermain dalam film laga "The Raid" dan "Fast & Furious 6" semakin menambah animo dari penonton di Indonesia untuk menyaksikan film ini untuk segera tayang di bioskop.
Film dengan durasi 115 menit ini mengambil latar dan bahan cerita pada serial game Mortal Kombat I. Dalam latar game ini, dunia terbagi-bagi menjadi beberapa semesta yang disebut sebagai realm. Untuk menguasai dan merebut realm lain, terdapat turnamen bela diri yang diadakan setiap 100 tahun sekali bernama Mortal Kombat. Aturannya, setiap realm wajib memenangkan turnamen sebanyak 10 kali secara berturut-turut sebelum bisa menguasai realm lain.
ADVERTISEMENT
Di awal film, kita diberikan pengantar singkat bahwa Outworld telah memenangkan sembilan turnamen Mortal Kombat sebelumnya melawan Earthrealm. Kita kemudian diajak untuk mengikuti kisah perjalanan dari para petarung terpilih untuk mempertahankan Earthrealm dari invasi Outworld.
Meskipun film dengan durasi 115 menit ini mampu untuk menyajikan adegan action yang cukup sadis, brutal, serta fatality yang menjadi ciri-ciri khas ikonik dari game mortal kombat. Namun, secara keseluruhan, film ini kurang begitu berhasil dalam mengemas alur cerita dan pengembangan karakternya dengan baik.
Pengenalan Cole Young sebagai karakter utama baru dalam film ini adalah salah satu contohnya. Selain informasi bahwa ia adalah keturunan dari Hanzo Hazashi (Scorpion) dan merupakan salah satu petarung terpilih dengan tanda lahir naga di dadanya, tidak banyak kisah latar belakang yang bisa kita ketahui dari tokoh ini.
ADVERTISEMENT
Begitu juga dengan karakter-karakter lain seperti Shang Tsung, Kung Lao, Liu Kang, atau Goro. Mereka datang dan pergi begitu dengan cepat tanpa dieksplorasi secara mendalam dan terkesan sekadar dimunculkan tanpa benar-benar menyatu dengan keseluruhan cerita film.
Plus, karakter Johnny Cage, yang merupakan salah satu karakter utama dalam serial game-nya justru tidak masuk ke dalam film ini (meskipun di akhir film ditampilkan sebagai cameo). Tentu hal ini membuat penonton bertanya-tanya dengan keputusan dari sutradara yang lebih memilih memasukkan karakter baru dalam cerita daripada memunculkan karakter yang telah dikenal dengan baik oleh para penikmat game-nya.
Selain penambahan karakter baru, film ini juga menambahkan konsep baru yang tidak ada dalam game-nya, yaitu simbol naga & arcana. Dalam film, para petarung yang terpilih untuk mewakili Earthtrealm ditandai dengan adanya simbol naga yang bisa berpindah apabila seseorang bisa membunuh orang yang memiliki simbol tersebut. Para petarung yang terpilih kemudian dapat membangkitkan kekuatan tersembunyi dalam diri mereka yang disebut sebagai arcana, yang memiliki bentuk yang berbeda dalam tiap karakter dan menjadi plot cerita utama dalam pertengahan film.
Game Mortal Kombat 11. Foto: Mortal Kombat 11
Adanya penambahan kedua konsep ini barangkali dimaksudkan oleh sutradara sebagai inovasi untuk menjelaskan asal mula kekuatan yang dimiliki oleh tokoh dalam film, seperti Liu Kang dengan kekuatan apinya, Kano dengan kekuatan lasernya, dan seterusnya.
ADVERTISEMENT
Tapi dalam eksekusinya, pengenalan konsep simbol dan arcana ini justru menimbulkan beberapa plot hole dalam film. Mengapa Sonya Blade yang merupakan tokoh protagonis dalam film tidak memiliki simbol tersebut dari awal dan justru tokoh antagonis seperti kano yang malah memilikinya.
Selain itu, konsep simbol yang dapat berpindah ini pun menimbulkan pertanyaan lanjutan, bagaimana bila ada sembarang orang yang tidak sengaja dan acak membunuh orang yang memiliki simbol tersebut dan mengapa hanya Cole Young yang dapat memiliki simbol tersebut secara garis keturunan?
Plot hole seperti ini menyebabkan sedikit kontradiksi dalam alur cerita film, karena di awal dijelaskan bahwa para petarung ini merupakan orang pilihan untuk mewakili Earthrealm dalam turnamen Mortal Kombat dan bukan terjadi karena pemilihan situasi dan orang secara acak seperti yang dapat mungkin terjadi dalam plot hole di atas.
ADVERTISEMENT
Konsep arcana ini pun menjadi terlalu dipaksakan dalam film, karena asumsinya para penggemar game maupun penonton sudah cukup diberi tahu kemampuan dari masing-masing karakter tanpa perlu ada penjelasan secara mendalam. Penambahan konsep ini justru menjadi sia-sia dan menghilangkan latar belakang masing-masing tokoh yang sebenarnya lebih penting untuk diangkat dalam film.
Perubahan cerita film yang mengambil latar waktu saat sebelum turnamen benar-benar dimulai ini pun membuat film mengalami pergeseran fokus dari sumber cerita asli dalam game-nya. Ketegangan Turnamen Mortal Kombat ke-10 untuk menentukan nasib Earthrealm yang menjadi titik fokus utama dalam serial game-nya sama sekali tidak kita rasakan dalam film ini.
Plot cerita di mana Shang Tsung menyerang para petarung Earthrealm sebelum turnamen merupakan bukti ketidakakuratan sutradara dalam mengambil alur cerita dalam game aslinya. Karena bila merujuk dalam game-nya, perbuatan tersebut melanggar aturan turnamen dan Raiden, Pelindung Earthrealm yang digambarkan sebagai karakter yang sangat pasif dalam film ini, seharusnya dapat melakukan intervensi untuk memastikan turnamen tetap berjalan sesuai aturan. Konflik antara Scorpion dan Sub-zero yang menjadi side story justru lebih banyak mengambil perhatian dari penonton dan menjadi aspek yang paling digarap dengan baik dalam film ini.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari itu, rasanya para penggemar game Mortal Kombat masih harus menunggu kembali film adaptasi yang jauh lebih baik dari versi tahun 2021 ini. Kabarnya, Warner Bros akan menggarap kembali sekuel selanjutnya dari edisi film ini.
Apakah versi sekuel selanjutnya dapat lebih bagus atau membuktikan bahwa film adaptasi game memang sangat jarang ada yang benar-benar dapat memenuhi ekspektasi dari penontonnya?