Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Pentingnya Belajar Metode Parenting Sebelum Menikah
15 Desember 2022 13:09 WIB
Tulisan dari Rahmi Wafy Hanifah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagaimana kunci menjadi orang tua yang baik?

Saat ini marak sekali aksi protes anak terhadap orang tua melalui sosial media. Banyak dari mereka mengeluh akan bagaimana perlakuan buruk atau perilaku berlebihan yang mereka dapatkan. Dari perilaku berlebihan yang dilayangkan tentu akan membangun rasa trauma pada anak sejak dini. Akibatnya, kesehatan mental anak tersebut menjadi taruhan.
ADVERTISEMENT
Banyak orang tua yang belum sadar dan mengetahui tentang dampak besar yang dapat diterima oleh anak hanya dengan sikap yang mereka anggap sepele. Perbedaan sudut pandang antara anak dan orang tuanya akan menciptakan sebuah kesalahpahaman. Kesalahpahaman ini jika terus dibiarkan tentu akan berakibat fatal. Maka dari itu penting bagi calon orang tua di luar sana untuk memahami bagaimana cara menjadi orang tua yang baik.
Pengetahuan tentang ilmu parenting perlu dikuasai. Lebih baik lagi, metode parenting ini dipelajari sebelum pernikahan terjadi. Agar lebih siap dan mampu mengayomi dengan baik anak-anaknya nanti. Berikut beberapa metode parenting yang bisa diterapkan orang tua kepada anak sejak dini.
1. Beri Aturan yang Memadai
Penting bagi orang tua untuk menyampaikan aturan-aturan dasar kehidupan kepada anaknya. Namun tetap harus diperhatikan cara penyampaian peraturan yang diberi. Vera Itabiliana (2020) seorang Psikolog Anak & Remaja mengatakan bahwa orang tua perlu menerapkan peraturan tersendiri. Peraturan yang tidak berlebihan dan tidak terlalu sedikit. Berikan peraturan mendasar dan berikan alasan yang mudah dimengerti kepada anak tentang mengapa mereka harus melakukan peraturan itu.
ADVERTISEMENT
Hal ini menunjukkan bahwa anak memiliki tingkat kebutuhan masing-masing dalam kesiapan menerima aturan kehidupan. Contoh aturan mendasar ialah ajarkan anak berperilaku sopan kepada orang yang lebih tua, membuang sampah pada tempatnya, atau selalu ucapkan terima kasih saat menerima sesuatu.
2. Hindari ‘Dualisme’ Antara Orang Tua
Perbedaan pendapat antara kedua orang tua memang sering terjadi di kehidupan rumah tangga. Hal ini termasuk normal karena mindset setiap orang yang tak sama. Menurut Dedy Susanto (2019), Sebaiknya perbedaan pendapat antara kedua orang tua tidak dilontarkan langsung kepada anak secara bersamaan. Anak akan merasa bingung tentang mana yang benar dan mana yang salah di antara kedua pendapat tersebut. Anak juga akan cenderung memilih pendapat yang mereka anggap lebih menyenangkan tanpa tahu akibatnya. Berdasarkan statement tersebut, bisa kita ketahui bahwa perbedaan pendapat dari kedua orang tua memicu konflik batin di alam bawah sadar si anak. Tentu hal ini akan menciptakan sifat kurang konsisten dalam diri anak.
Ada suatu kasus di mana saat pergi ke toko mainan, si anak ingin membeli mainan dalam jumlah banyak. Lalu ibunya melarang agar anaknya tidak terbiasa hidup boros. Namun ayahnya membiarkan hal tersebut agar keinginan si anak terpenuhi. Akhirnya terjadi cekcok mulut antara ayah dan ibunya secara langsung di hadapan anaknya. Ini adalah salah satu contoh ‘dualisme’ pendapat antara kedua orang tua yang sebisa mungkin harus dihindari.
ADVERTISEMENT
3. Jangan Memanjakan Anak
Saat beranjak dewasa, tentu setiap anak akan memiliki hal yang harus dilakukan sendiri. Hal tersebut bisa berupa pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah. Pada saat ini lah orang tua perlu memahami batasan-batasan perlakuan untuk anak yang sesuai. “Biasakan anak Anda agar melaksanakan tanggung jawabnya sendiri.” ucap Vera Itabiliana seorang Psikolog Anak & Remaja (2020). Hal ini menyebutkan jika anak perlu terbiasa mengerjakan segala sesuatu secara mandiri.
Contohnya saat anak memiliki pekerjaan sekolah, sebagai orang tua kita sangat diperbolehkan untuk membantu pekerjaan anak kita. Namun, jangan terlalu berlebihan atau bahkan sampai mengambil alih pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh mereka. Karena ini akan membangun rasa malas anak dan membuat anak kurang kompeten.
ADVERTISEMENT
4. Jangan Membandingkan Anak dengan Orang Lain
Banyak sekali orang tua yang masih melakukan perbandingan tentang kemampuan anak dengan orang lain. Sangat disayangkan, orang tua itu berpikir bahwa anak akan lebih termotivasi untuk maju setelah membandingkannya dengan orang lain yang lebih baik. Namun hal ini tidaklah benar, karena bukannya termotivasi, justru anak akan menjadi lebih kurang percaya diri terhadap kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena itu para orang tua seharusnya berhenti membandingkan anaknya dengan orang lain atau dengan anak-anaknya.
Oleh karena itu para orang tua seharusnya muai berhenti membandingkan anaknya dengan orang lain. Cukup bandingkan anak dengan dirinya sendiri. Dengan itu anak akan lebih mudah meng evaluasi dirinya sehingga menjadi pribadi yang lebih baik. Contohnya saat anak mendapatkan nilai rendah di sekolah, jangan memarahi lalu membandingkan dengan nilai anak-anak lain. Sebagai gantinya, apresiasi apa pun yang berhasil dilakukan si anak dan beri sedikit evaluasi agar dia bisa berkembang.
ADVERTISEMENT
5. Biarkan Anak Mengekspresikan Emosi
Setiap anak pasti memiliki tingkat emosi yang berbeda-beda. Ada anak yang mudah sekali menangis, merasa bosan, marah, atau tertawa. Hal ini menunjukkan bahwa anak sedang mengekspresikan emosi yang ada di dirinya. “Anak butuh mengeluarkan rasa emosi yang muncul di dalam dirinya. Jangan mematikan emosi pada anak, coba untuk mengerti dan pahami emosinya.” ucap Vera Itabiliana (2020). Dengan membiarkan emosi anak tersalur, saat dewasa nanti anak akan lebih mudah mengontrol emosi yang mereka miliki. Contohnya jangan diamkan secara paksa anak yang sedang menangis. Biarkan mereka melepaskan kesedihannya secara menyeluruh. Nanti mereka juga akan berhenti dengan sendirinya.
Begitulah beberapa metode parenting yang dapat Anda pelajari sebelum menikah. Mulai sekarang mari lebih sadar tentang cara mengasuh anak dengan baik agar generasi anak-anak di Indonesia selanjutnya akan lebih berkualitas lagi. Karena semuanya dimulai dari keluarga. Jika bisa kita pelajari dari sekarang, mengapa tidak?
ADVERTISEMENT