Bagaimana Islam Memposisikan Wanita

Rahmizatul Muna
Saya adalah Mahasiswi Universitas Islam Negeri Jakarta. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam
Konten dari Pengguna
15 Juni 2022 21:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rahmizatul Muna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Format Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Format Pribadi
ADVERTISEMENT
Allah Swt. telah menciptakan manusia dengan posisi yang sama antara laki-laki dan perempuan. Posisi, tugas dan fungsi telah diatur sebaik-baiknya oleh Allah Swt. sebagaimana firmannya dalam Alquran surat An-Nisa' (4) : 32 yang artinya “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu (lebih banyak) dari sebagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunianya. Sesungguhnya Allah maha mengetahui segala sesuatu.”
ADVERTISEMENT
Dari ayat ini dapat kita ketahui bahwa banyak sekali nikmat yang telah Allah berikan sehingga tidak dapat kita hitung satu per satu. Sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna sudah selayaknya kita bersyukur atas karunia yang telah Allah beri kepada kita. Allah yang telah menciptakan kita sebagai seorang perempuan, maka kita tidak boleh iri hati ataupun menyesal telah terlahir sebagai seorang perempuan karena Allah adalah sebaik-baiknya pencipta maka tidak ada keraguan di dalamnya.
Dalam hal ini, sudah jelas bahwa islam adalah agama yang memuliakan perempuan dengan sebaik-baiknya dan meninggikan kehormatannya. Jika seorang perempuan menjalankan perintah Allah Swt. dan Rasulnya maka dia akan terjaga kehormatannya, terlindungi dirinya dari kerusakan dan kejelekan, terjaga pula dirinya dari hal-hal yang merendahkan serta terjaga akhlak mulianya. Tetapi sangat disayangkan pada zaman sekarang ini banyak sekali orang-orang yang merendahkan perempuan. Menurut Listiana Setyaningrum dalam bukunya “Saat ini ujian muslimah muncul daman bentuk lain. Orang-orang barat menuduh islam adalah agama yang tidak menghargai perempuan, memasung kebebasan, dan menjadikan perempuan terbangkang”. Fakta tersebut banyak kita jumpai di sekeliling kita mulai dari saling menghina satu sama lain antara perempuan maupun laki-laki, body shaming atau celaan fisik juga sering kali kita temukan di kalangan perempuan melalui sosial media, tidak diterimanya pendapat-pendapat seorang perempuan karena merasa laki-laki lebih dominan dalam berbagai bidang seperti: Bidang politik, bidang agama, bidang sosial dan lain sebagainya, serta banyak sekali ditemukan pelecehan seksual di kalangan orang-orang muslim.
ADVERTISEMENT
Maka kita sebagai seorang muslimah harus menjadi perempuan yang cerdas dan tangguh seperti Siti Khadijah, kita harus mengikuti perkembangan zaman dan menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk mencari ilmu yang luas. Menurut Listiana Setyaningrum dalam bukunya “Pada zaman modern ini sudah tentu seorang perempuan harus memiliki kecerdasan agar prinsip hidupnya tidak mudah dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak baik. Untuk menjadi perempuan yang cerdas dan berkelas jadilah diri sendiri dan ubah kebiasaan buruk”. Allah menciptakan perempuan dengan berbagai macam kodratnya yaitu: mengandung, melahirkan serta menyusui. Sering kali kita temui orang-orang yang mengatakan bahwa melakukan pekerjaan rumah adalah kodrat seorang perempuan dan mencari nafkah adalah kodrat seorang laki-laki. Hal tersebut merupakan hal yang keliru.
ADVERTISEMENT
Permasalahan perbedaan antara laki-laki dan perempuan disebut dengan istilah gender. Menurut istilah gender adalah interpretasi mental dan kultural terhadap perbedaan kelamin laki-laki dan perempuan. Kata gender biasanya digunakan untuk menunjukkan pembagian kerja yang dianggap tepat bagi laki-laki maupun perempuan. Banyak sekali kesalahpahaman gender yang kita temukan dari zaman dahulu sampai sekarang maka penyuluhan tentang gender sangat diperlukan dalam pendidikan agar mengurangi kesalahpahaman makna jender. Pada zaman dahulu orang-orang mengatakan bahwa seorang perempuan tidak perlu menempuh pendidikan yang tinggi karena pada dasarnya kodrat perempuan hanyalah mengurus rumah tangga, mencuci dan memasak. Pada zaman sekarang ini kita baru di sadarkan bahwa melakukan pekerjaan rumah, membersihkan rumah, menjaga anak, bekerja, memasak dan lain sebagainya bukan hanya kewajiban seorang perempuan dan laki-laki tetapi juga kewajiban sesama antara manusia dan juga kesetaraan gender. Jadi seorang perempuan dan laki-laki tidak bisa dibedakan dan direndahkan karena dia melakukan hal-hal yang dianggap pekerjaan laki-laki atau perempuan.
ADVERTISEMENT
Dapat kita lihat di negara-negara maju pada zaman sekarang ini sudah banyak para perempuan yang bekerja mencari nafkah sedangkan laki-laki mengurus pekerjaan rumah, seorang laki-laki yang pandai memasak tidak gengsi untuk mengambil profesi menjadi koki, bahkan banyak para perempuan yang dibutuhkan atau pandai dalam berpolitik sehingga dia menjadi menteri. Karena seorang laki-laki dan perempuan hidup secara berdampingan, maka sudah sebaiknya kita saling menghargai dan menghormati antara laki-laki dan perempuan, mengerti satu sama lain, serta bersyukur atas apa yang telah Allah berikan kepada makhluknya. Tidak ada perbedaan antara laki dan perempuan, sebagai makhluk ciptaan Allah kita sama derajatnya dimata Allah Swt.
Daftar Pustaka
Listiana Setyaningrum (2019). Khadijah: Teladan Istri Salihah Berbuah Jannah. Yogyakarta. Risalah Zaman
ADVERTISEMENT
Al-Qur’an dan terjemahannya. 2009. Departemen Agama RI. Depok.
Zainul Muhibin (2011). Wanita Dalam Islam. Jurnal Sosial Humaniora, 4(2), 110