Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Pemimpin Adalah Pembaca dan Penulis
28 Juni 2023 4:58 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Raihan Muhammad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Presiden ke-33 Amerika Serikat (AS), Harry S. Truman, pernah berkata, “Not all readers are leaders, but all leaders are readers” atau dalam bahasa Indonesia berarti tidak semua pembaca adalah pemimpin, tetapi semua pemimpin adalah pembaca.
ADVERTISEMENT
Dalam bahasa Inggris, leader dan reader hanya dibedakan oleh huruf depannya, yakni r dan l. Sehingga, sejatinya pemimpin dan pembaca merupakan hal yang semestinya saling berkaitan dan berdekatan, pemimpin adalah pembaca.
Membaca merupakan kegiatan yang (seharusnya) wajib dilakukan oleh seluruh pemimpin di muka Bumi. Dalam Islam pun, membaca menjadi sebuah keutamaan, hal ini bisa kita ketahui dari sejarahnya, yakni surat dalam Al Quran yang pertama kali diturunkan adalah Q.S. Al-’Alaq ayat 1—5,
Kata pertama dalam surat ini adalah “iqra” yang berarti bacalah. Hal ini menekankan pentingnya membaca untuk mendapatkan pengetahuan, pembelajaran, dan pengembangan diri sebagai bagian dari perintah Allah Swt. "Iqra" dalam Islam mempunyai makna yang melibatkan pengembangan spiritual dan intelektual.
ADVERTISEMENT
Kita yakin dan percaya bahwa pemimpin-pemimpin hebat di pelbagai negara merupakan orang-orang yang gemar membaca. Pengetahuan dan pemahaman tentang banyak hal tentu menuntut seorang pemimpin untuk bisa dijadikan landasan untuk mengambil kebijakan dan keputusan.
Sebetulnya, pemimpin tidak hanya sebatas presiden, raja, perdana menteri, dan sejenisnya, dalam lingkup yang lebih kecil, seperti di kampus ada ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), di SMA ada Ketua OSIS, dan sebagainya, juga merupakan seorang pemimpin.
Dengan membaca, pemimpin juga akan mempunyai daya imajinasi yang bisa berdampak pada visi dan misi ke depannya. Daya imajinasi yang kuat memungkinkan para pemimpin menjadi visioner dengan visi yang jauh ke depan.
Imajinasi memungkinkan mereka untuk melihat kemungkinan-kemungkinan baru, menciptakan gambaran masa depan yang berbeda, dan menemukan solusi kreatif serta peluang yang tidak terlihat oleh orang lain.
ADVERTISEMENT
Visioner menggunakan daya imajinasi mereka untuk mengembangkan ide-ide revolusioner, memotivasi orang lain, dan merencanakan langkah-langkah strategis inovatif.
Mereka berpikir jauh ke depan, mengartikulasikan visi mereka dengan jelas, dan menciptakan strategi untuk mencapai kesuksesan jangka panjang, ini salah satu efek dari membaca.
Kegiatan membaca berperan penting dalam pengembangan kepemimpinan yang efektif karena bisa memberikan bekal pemimpin berupa pengetahuan, wawasan, dan perspektif yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan yang baik, menghadapi tantangan, dan menginspirasi orang lain.
Melalui membaca, seorang pemimpin bisa meningkatkan pengetahuan tentang topik kepemimpinan yang relevan, mengembangkan wawasan dengan mempelajari berbagai perspektif dan teori kepemimpinan, meningkatkan keterampilan komunikasi tertulis untuk menyampaikan visi dan mempengaruhi orang lain, dan inovasi terbaru.
Membaca memang bukan satu-satunya cara untuk mengembangkan kepemimpinan yang efektif, tetapi tetap menjadi alat penting dalam mendapatkan perspektif yang luas untuk mendukung peran seorang pemimpin.
Selain membaca, pemimpin semestinya juga menulis. Dari kutipan pernyataan Harry S. Truman di atas, bisa kita plesetkan menjadi, “Not all great writers lead, but all great leaders write.” Kita bisa lihat pemimpin-pemimpin hebat di dunia, mereka sering menulis, seperti menulis gagasan, perspektif, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Menulis merupakan praktik yang penting bagi seorang pemimpin yang bisa membantu pemimpin dalam mengklarifikasi dan mengorganisasikan pikiran mereka, sehingga gagasan, tujuan, perspektif, dan rencana dapat disampaikan dengan lebih jelas dan terstruktur.
Menulis juga memungkinkan pemimpin untuk berkomunikasi secara efektif dengan pejabat dan pemangku kepentingan lainnya karena pesan yang disampaikan dapat dinyatakan dengan lebih rinci, memastikan kejelasan informasi, dan mempengaruhi pemikiran serta tindakan orang lain secara efektif.
Kemudian, menulis juga memfasilitasi refleksi diri bagi pemimpin, membantu mereka memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang pembelajaran dari pengalaman, mengidentifikasi area perbaikan, dan mengembangkan diri secara terus-menerus.
Selain itu, menulis berperan penting dalam dokumentasi dan pengarsipan, memungkinkan pemimpin untuk mencatat proses, keputusan, dan perkembangan dalam peran kepemimpinannya, yang bisa menjadi sumber informasi yang berguna, menjaga konsistensi, serta memfasilitasi kolaborasi dan transparansi di antara tim serta pemangku kepentingan. Pramoedya Ananta Toer pernah menyatakan,
ADVERTISEMENT
Melalui tulisannya, seorang pemimpin bisa mempengaruhi, menginspirasi, dan memotivasi orang lain—khususnya orang-orang yang dipimpinnya—karena menulis bisa menjadi medium yang kuat untuk menyampaikan visi, nilai-nilai, dan tujuan yang ingin dicapai oleh pemimpin, membangun hubungan yang kuat, serta mendorong kepercayaan dan komitmen tim.
Dengan mengembangkan kebiasaan menulis, seorang pemimpin bisa meningkatkan kepemimpinan mereka dengan cara yang signifikan, memberikan dampak positif dalam lingkungan kerja dan organisasinya.
Sejatinya, terdapat korelasi antara kebiasaan membaca dengan menulis. Membaca dan menulis merupakan keterampilan bahasa yang saling terkait dan saling mempengaruhi. Membaca secara luas dan bervariasi memperluas pengetahuan tentang topik, gaya penulisan, dan struktur kalimat.
Hal ini membantu meningkatkan kemampuan menulis dengan mengadopsi gaya dan teknik penulisan yang baik dari penulis yang dibaca. Selain itu, membaca juga memperkaya kosakata dan pemahaman tentang struktur kalimat yang benar.
ADVERTISEMENT
Saat membaca, seseorang biasanya akan menemukan kata-kata baru dan ekspresi idiomatik (gabungan kata yang penafsiran maknanya berbeda) yang bisa dipakai dalam menulis.
Di sisi lain, menulis melatih pemahaman mendalam tentang topik yang ditulis, mengorganisir ide dengan jelas dan logis, serta mengasah kemampuan analisis. Menulis pun menjadi sarana untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan ide dengan ekspresi diri yang lebih baik.
Dalam sejarah Indonesia, para pendiri bangsa ini merupakan sosok pembaca dan penulis. Kegiatan membaca dan menulis para pendiri bangsa kita sangat penting dalam membentuk visi dan ideologi negara yang mereka perjuangkan. Sukarno, Hatta, Sjahrir, dan yang lainnya, mereka merupakan sosok inspiratif yang telah berjasa bagi republik ini.
Mereka punya pengetahuan yang luas dan pemahaman yang mendalam tentang sejarah, politik, filsafat, sastra, ekonomi, dan sebagainya. Banyak dari mereka membaca karya-karya pemikir terkemuka dalam berbagai bidang, seperti teori politik, ekonomi, hukum, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, mereka juga aktif dalam menulis dan menyampaikan pidato, makalah, atau proklamasi yang berperan dalam merumuskan nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar negara yang ingin mereka bentuk.
Melalui tulisan-tulisan ini, para pendiri bangsa mampu mengungkapkan dengan jelas visi mereka mengenai kebebasan, kemerdekaan, persamaan, dan keadilan. Kemampuan mereka dalam membaca dan menulis memiliki peran krusial dalam menyampaikan ide-ide revolusioner dan memengaruhi arah perubahan sosial dan politik.
Hasil dari pemikiran mereka dalam membaca dan menulis ini, mewariskan intelektual yang mereka tinggalkan tetap punya pengaruh yang signifikan dan relevan hingga saat ini. Dengan membaca, bisa memperkaya gagasan dan bisa mewujudkan negara yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Seorang guru bangsa, De Ongekroonde van Java, H.O.S. Tjokroaminoto, pernah berkata kepada murid-muridnya,
ADVERTISEMENT
Dari pernyataan Tjokroaminoto ini, bisa kita ketahui bahwa kemampuan komunikasi tertulis yang jelas, ringkas, dan informatif, sama seperti keterampilan yang biasanya dimiliki oleh seorang wartawan itu penting. Seorang pemimpin mesti bisa menyampaikan ide-idenya secara efektif melalui tulisan, sehingga bisa dipahami oleh orang-orang, khususnya orang yang dipimpinnya.
Kemudian, kita tahu Adolf Hitler, seorang politisi yang juga pernah memimpin Partai Nazi, merupakan seseorang yang sering dianggap kontroversial, merupakan pemimpin yang juga menulis buku , magnum opus alias mahakaryanya yang terkenal berjudul Mein Kampf (kalau dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Perjuangan Saya).
Karya tersebut merupakan manifesto (pernyataan terbuka tentang tujuan dan pandangan seseorang atau suatu kelompok) Hitler yang ditulis saat ia dipenjara, menyusul usaha kudeta yang gagal.
ADVERTISEMENT
Buku ini merupakan fondasi ideologi Hitler, berisi dua bagian utama. Bagian pertama menguraikan kritik Hitler terhadap pemerintah Jerman, Perang Dunia I, Persetujuan Versailles, dan perjumpaannya dengan Partai Nazi.
Bagian kedua, yang ditulis setelah pembebasannya, berfokus pada visinya untuk masa depan Jerman, termasuk pendirian Partai Nazi dan konsep lebensraum alias ruang hidup.
Buku ini mencakup pandangan Hitler yang menganggap ras Arya superior dan Yahudi merusak ras tersebut, termasuk rencana untuk “menghancurkan” bangsa Yahudi, yang menjadi dasar Holocaust.
Di luar kontroversialnya ini, sang Führer (julukan Hitler) menuangkan gagasannya lewat tulisan, sehingga kalau kita punya gagasan, misalnya untuk membantah gagasannya Hitler, maka kita bisa menuangkannya ke dalam bentuk tulisan.
Kemudian, kalau kita berbicara tentang berita akhir-akhir ini yang sedang hangat diperbincangkan, yakni mengenai tulisan esai dalam bentuk buku dari Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, yang berjudul Pilpres 2024 dan Cawe-cawe Presiden Jokowi.
ADVERTISEMENT
Beliau menuangkan keresahannya dan pandangannya terkait perpolitikan di negeri kita tercinta belakangan ini. Ini juga yang mestinya dilakukan oleh para pemimpin Indonesia, yakni menulis.
Keterampilan membaca dan menulis memang semestinya tidak boleh dipisahkan dengan membaca. Seorang pemimpin hebat pun pasti melakukan minimal dua kegiatan ini. Sehingga, tidak berlebihan jika kita menyatakan bahwa pemimpin adalah pembaca dan penulis.