Konten dari Pengguna

Setengah Abad Nirgelar Tapi Koar-Koar Football's Coming Home, Inggris Sehat?

Raihan Ibrahim
A Writer. An English Literature graduate at Universitas Gunadarma.
10 Juli 2021 11:02 WIB
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 14:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raihan Ibrahim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Skuad Inggris, Foto: @england
zoom-in-whitePerbesar
Skuad Inggris, Foto: @england
ADVERTISEMENT
The Three Lions layaknya timnas Indonesia yang hanya berbeda keadaan, timnasnya hancur lebur dalam puluhan tahun terakhir namun supporternya tetap setia. Dan lucunya, setengah abad lebih mereka tanpa gelar tapi supporternya berani ngejargon 'Football's Coming Home' Like really? Terakhir Inggris masuk final tv masih layar hitam putih. Dan di Euro 2008 saja Inggris bahkan tidak lolos. Ironis.
ADVERTISEMENT
Pencapaian timnas Inggris di Euro 2020 ini juga terlalu dilebih-lebihkan. Bagaimana tidak, kurang beruntung apa mereka di babak fase grup dipilih jadi tuan rumah yang isinya cuma ada Kroasia, tim paling mungkin nyusahin mereka? Nyatanya, satu grup dengan Republik Ceko, Skotlandia dan Kroasia cuma bisa buat Inggris melesakkan dua gol, anehnya bisa jadi juara grup lagi.
Laser yang ditembakkan supporter Inggris ke Kasper Schmeichel, Foto: google.com
Di fase penyisihan juga mereka lagi-lagi beruntung, menang saat menjamu Jerman, tim yang sedang tidak baik-baik saja di Wembley, lalu terbang ke Roma menghadapi Ukraina yang di atas kertas memang jauh kualitasnya, dan di semi final balik kandang lagi untuk melawan Denmark. Pinalti kontroversial Raheem Sterling ditambah tembakan laser supporter Inggris ke arah kiper Kasper Schmeichel saat Harry Kane menendang titik putih, membantu mereka lolos ke final. Dan Inggris bisa masuk sampai final tahun ini juga tidak terlepas dari fakta mereka main di kandang di 5 dari 6 pertandingan yang sudah dilakoni. Lebih beruntung lagi di final nanti mereka main di Wembley, 'terbaik' memang.
Para pemain Italia berteriak saat menanyikan lagu kebangsaan, Foto: @azzurri
Berbanding terbalik dengan Italia lawannya di final nanti. Di babak fase grup yang berisi Turki, Swiss dan Wales, ekspektasi pasukan Roberto Mancini untuk juara grup sudah jadi standar terendah mengingat lawan-lawan mereka jauh kualitasnya dan juga faktor menjadi tuan rumah. Dan bisa ditebak, mereka sukses menjadi pemuncak klasemen dengan menghajar Turki dan Swiss masing-masing 3 gol dan menang tipis atas Wales tanpa sekalipun kebobolan. Lain halnya dengan Inggris, ujian sebenarnya datang di babak penyisihan. Langkah berat nan terjal telah menanti Gli Azzurri. Menghadapi tim kuda hitam Austria di Wembley, susah payah mereka atasi sampai harus bermain di babak extra time. Lalu terbang ke Munich dan berhasil mengalahkan Belgia, tim yang notabene paling diunggulkan untuk merengkuh trofi Euro 2020 ini dan terakhir menghempaskan calon juara lainnya yaitu Spanyol di babak adu pinalti setelah bermain imbang 1-1. Terbaik, memang.
ADVERTISEMENT
Publik negeri Ratu Elizabeth kali ini sangat berharap timnya bisa meraih juara yang memang hampir pasti sebagian rakyatnya tidak pernah menyaksikan dan merasakan hal tersebut, ditambah fakta mereka menjadi tuan rumah yang diharap memberikan x faktor di final nanti. Tapi, apakah Italia akan gentar saat melawat ke Wembley nanti? Tentu tidak.
Italy saat merengkuh gelar Piala Dunia 2006, Foto: @azzurri
Sudah jadi makanan untuk squad Gli Azzurri bermain dibawah tekanan supporter tuan rumah, pada edisi piala dunia 2006 dimana mereka keluar sebagai juara, menghadapi tuan rumah Jerman di semi final, tim asuhan Marcello Lippi yang berisi legenda-legenda macam Francesco Totti, Andrea Pirlo, Fabio Cannavaro, Alessandro Del Piero dan Gianluigi Buffon melangkah pasti menuju final. Lalu di pergelaran Euro 2012, mereka kembali lagi masuk final meski harus kalah atas Spanyol. Tapi setidaknya, berlaga di final dan menjadi juara bukanlah hal baru bagi Italia, tidak seperti Inggris yang bahkan untuk bisa masuk final lagi saja harus menyaksikan penemuan internet, handphone, komputer, video games dan tv berwarna dulu. Ada lagi?
ADVERTISEMENT
Menjadi skuad termahal dalam pergelaran Euro 2020 tidak otomatis membuat Inggris jadi skuad terbaik, banyak pemain dari squad Inggris dengan price tag selangit yang tidak bisa dijustifikasikan harganya. Lain halnya dengan Italia, pemain-pemain tanpa sorot popularitas namun mempunyai semangat pantang menyerah dan mental baja ditambah permainan memukai sepanjang turnamen.
Adu Tulisan di Counter Attack Fans Bola X Kuku Bima
Teruntuk supporter Inggris, saat final nanti disarankan agar "biar kuat minum Kuku Bima, Roso!" karena menangis juga butuh tenaga.
'Football's Coming Home' will be changed into 'Football's Coming to Rome' in the coming days, Forza Azzurri!