Konten dari Pengguna

Black Lives Matter: Perjalanan Gerakan Global Melawan Ketidakadilan Rasial

Rainner L Gredenggo
Mahasiswa di Universitas Kristen Satya Wacana
26 Februari 2025 12:01 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rainner L Gredenggo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menyuarakan Black Lives Matter Oleh Pengunjuk Rasa Dengan Memegang Tanda Black Lives Matter (Sumber: https://www.pexels.com/id-id/foto/pengunjuk-rasa-memegang-tanda-4561540/)
zoom-in-whitePerbesar
Menyuarakan Black Lives Matter Oleh Pengunjuk Rasa Dengan Memegang Tanda Black Lives Matter (Sumber: https://www.pexels.com/id-id/foto/pengunjuk-rasa-memegang-tanda-4561540/)
ADVERTISEMENT
Black Lives Matter (BLM) adalah gerakan sosial global yang berjuang untuk mengatasi ketidakadilan rasial dan kebrutalan polisi terhadap komunitas kulit hitam. Dimulai di Amerika Serikat, gerakan ini telah menjadi simbol perjuangan terhadap diskriminasi rasial di seluruh dunia, menginspirasi protes dan perubahan di berbagai negara. BLM tidak hanya menuntut keadilan bagi individu yang menjadi korban, tetapi juga mendorong perubahan sistemik untuk memastikan hak-hak sipil dihargai.
ADVERTISEMENT
Awal Mula BLM
Gerakan Black Lives Matter dimulai pada tahun 2013 setelah pembunuhan Trayvon Martin, seorang remaja kulit hitam berusia 17 tahun yang ditembak mati oleh George Zimmerman, seorang pria kulit putih, di Sanford, Florida. Zimmerman mengklaim bertindak dalam pembelaan diri meskipun ada ketidakcocokan dengan laporan polisi. Meskipun ia dibebaskan dari dakwaan pembunuhan, peristiwa ini memicu perdebatan luas mengenai ketidakadilan rasial di Amerika Serikat.
Pada 13 Juli 2013, Alicia Garza, Patrisse Cullors, dan Opal Tometi menciptakan tagar #BlackLivesMatter di media sosial sebagai bentuk protes atas pembebasan Zimmerman dan untuk memperjuangkan hak-hak orang kulit hitam. Gerakan ini tumbuh pesat, dengan banyak orang mendukung dan menyuarakan rasa marah terhadap diskriminasi rasial dan kebrutalan polisi.
ADVERTISEMENT
Puncak Perhatian: Kasus Ferguson dan Kematian Eric Garner
Tahun 2014 menjadi titik balik bagi BLM, dengan serangkaian peristiwa yang meningkatkan ketegangan rasial di Amerika Serikat. Salah satunya adalah kematian Eric Garner, seorang pria kulit hitam yang meninggal dunia setelah ditahan oleh polisi di New York dengan teknik chokehold yang dilarang. Sebelum meninggal, Garner berulang kali berkata, "I can't breathe" (Saya tidak bisa bernapas), yang kemudian menjadi simbol perjuangan melawan kebrutalan polisi.
Beberapa bulan kemudian, pada 9 Agustus 2014, kematian Michael Brown, seorang remaja kulit hitam, oleh polisi Darren Wilson di Ferguson, Missouri, semakin mengguncang negara. Meskipun Brown diduga melakukan tindak kriminal sebelum ditembak, ia tidak membawa senjata pada saat kejadian. Keputusan untuk tidak mendakwa Wilson memicu protes besar yang menyebar ke berbagai kota di Amerika Serikat, menjadikan BLM lebih terlihat di kancah internasional.
ADVERTISEMENT
Gerakan Global dan Protes 2016
Pada 2016, Black Lives Matter menjadi semakin global. Protes anti-kebrutalan polisi dan diskriminasi rasial mulai meluas ke luar AS, dengan aksi serupa di Inggris, Prancis, dan Afrika Selatan. Selain itu, gerakan ini juga menuntut perubahan dalam kebijakan peradilan pidana, seperti pembubaran polisi yang seringkali terlalu agresif terhadap komunitas kulit hitam.
Aksi "Black Lives Matter" mengundang perhatian besar dunia, terutama dengan semakin banyaknya peristiwa kebrutalan polisi yang terekam di kamera ponsel. Pada tahun 2016, aksi solidaritas ini juga mempengaruhi pemilu AS, dengan kandidat yang berfokus pada reformasi sosial lebih mendapatkan dukungan dari kalangan muda dan kelompok minoritas.
Kematian George Floyd dan Protes 2020: Titik Puncak
Namun, puncak dari gerakan Black Lives Matter terjadi pada tahun 2020 setelah kematian George Floyd, seorang pria kulit hitam yang dibunuh oleh polisi Minneapolis, Derek Chauvin. Video yang menunjukkan Chauvin menekan lututnya di leher Floyd selama lebih dari sembilan menit menyebabkan kemarahan di seluruh dunia. "I can't breathe" kembali menjadi seruan yang menggema dalam aksi protes global.
ADVERTISEMENT
Protes-protes yang melanda kota-kota di Amerika Serikat dan berbagai negara lainnya menuntut keadilan bagi Floyd dan reformasi polisi. Jutaan orang turun ke jalan, memperjuangkan penghapusan kebrutalan polisi dan diskriminasi rasial yang sudah berlangsung lama. Tak hanya itu, gerakan ini juga menuntut adanya sistem peradilan yang lebih adil serta pengurangan anggaran untuk kepolisian dan pengalihan dana untuk mendukung komunitas yang lebih membutuhkan.
Pada 20 April 2021, Derek Chauvin dijatuhi hukuman bersalah atas pembunuhan George Floyd, yang dianggap sebagai kemenangan besar bagi gerakan BLM dan bagi mereka yang memperjuangkan keadilan sosial. Keputusan ini memicu harapan akan adanya perubahan di tingkat sistemik.
BLM dan Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19 yang melanda dunia pada tahun 2020 juga turut memperburuk ketidaksetaraan rasial, dengan komunitas kulit hitam di Amerika Serikat lebih rentan terhadap dampak sosial dan ekonomi dari virus tersebut. BLM turut menyerukan keadilan dalam hal akses kesehatan, yang selama ini lebih sulit dijangkau oleh orang kulit hitam, serta kesetaraan dalam pendidikan dan pekerjaan.
ADVERTISEMENT
Tantangan dan Perkembangan Terkini
Menjelang tahun 2025, meskipun telah banyak perubahan, tantangan yang dihadapi oleh BLM masih besar. Di beberapa bagian dunia, gerakan ini menghadapi penentangan keras, baik dari pihak yang merasa terancam dengan perubahan sosial maupun dari politikus yang mencoba mengurangi fokus pada isu-isu ketidaksetaraan rasial.
Namun, meskipun ada tantangan, gerakan ini terus berkembang. Banyak negara yang mulai melakukan reformasi pada sistem kepolisian dan keadilan pidana, walaupun perubahan tersebut masih jauh dari kata sempurna. Aktivisme BLM juga mulai merambah ke isu-isu lain seperti hak-hak pekerja, hak atas perumahan yang layak, dan perlindungan terhadap kelompok minoritas lainnya.
Secara lebih luas, gerakan Black Lives Matter telah memperkuat kesadaran global tentang ketidakadilan rasial dan memotivasi banyak orang untuk terlibat dalam perubahan sosial. Meskipun gerakan ini menghadapi banyak rintangan, semangatnya tetap hidup di kalangan generasi muda yang terus berjuang untuk dunia yang lebih adil.
ADVERTISEMENT
Gerakan Black Lives Matter telah tumbuh dari sebuah respons sosial terhadap ketidakadilan rasial menjadi gerakan global yang memperjuangkan keadilan, kesetaraan, dan penghapusan kebrutalan polisi. Dari tahun 2013 hingga 2025, gerakan ini telah menghadapi berbagai tantangan, tetapi juga mencatat banyak kemenangan penting. Meskipun pertempuran untuk keadilan sosial belum selesai, semangat BLM tetap membara di seluruh dunia, menginspirasi orang untuk berdiri bersama melawan penindasan dan diskriminasi rasial.