Konten dari Pengguna

Laki-laki atau Beruang: Polemik tentang Kekerasan dan Pelecehan pada Perempuan

Raisa Andini Adiwangsa
Mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jurusan Sastra Inggris
21 Juni 2024 13:37 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raisa Andini Adiwangsa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pexels/Brett Sayles
zoom-in-whitePerbesar
Pexels/Brett Sayles
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam beberapa waktu terakhir, sebuah video TikTok telah menghebohkan dunia maya. Video yang diunggah oleh akun TikTok Screenshot HQ tersebut menampilkan beberapa perempuan yang, dalam konteks hipotesis, ditanya apakah mereka lebih suka sendirian di hutan dengan seorang laki-laki atau beruang. Yang lebih mengejutkannya lagi, hanya 3 dari 7 perempuan yang lebih memilih laki-laki.
ADVERTISEMENT
Tanggapan Netizen mengenai Hal Ini
Sejumlah perempuan juga ikut menyuarakan tanggapan yang diberikan dalam video asli, menulis dalam komentar bahwa mereka juga akan memilih beruang daripada laki-laki. Ada lebih dari 65.000 tanggapan pada unggahan tersebut. Banyak yang menulis dalam kolom komentar bahwa mereka paham mengapa para perempuan itu lebih memilih beruang.
"Saya tahu niat beruang," tulis salah satu akun. "Saya tidak tahu niat seorang pria. tidak peduli seberapa baik mereka."
Pengguna TikTok lainnya mengambil langkah lebih jauh, dengan mengajukan pertanyaan hipotesis tersebut kepada keluarganya. Meredith Steele, yang menggunakan akun @babiesofsteele, bertanya kepada suaminya apakah dia lebih suka anak perempuan mereka berhadapan dengan beruang atau laki-laki di hutan. Suaminya mengatakan bahwa dia "tidak menyukai kedua pilihan tersebut" tetapi dia lebih condong untuk memilih beruang.
ADVERTISEMENT
Seorang TikToker lain bertanya kepada ayahnya yang merupakan seorang pemburu beruang berpengalaman. "Kamu akan memiliki kesempatan yang lebih baik dengan beruang," kata ayahnya. Kemudian dia melanjutkan, "Karena lelaki itu jahat."
Diskusi yang Muncul
Fenomena ini mengundang berbagai reaksi dari pengguna media sosial, menimbulkan perdebatan di kalangan netizen dan memunculkan diskusi luas tentang isu-isu tentang dinamika sosial antara perempuan dan laki-laki. Pada momen viral ini, banyak perempuan yang akhirnya membuka diri tentang pengalaman negatif yang mereka alami dengan laki-laki, termasuk kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan.
Video viral tersebut memicu diskusi di berbagai platform media sosial. Banyak yang mencoba memahami alasan di balik pilihan yang tidak lazim ini. Para perempuan dalam video tersebut menjelaskan bahwa dalam situasi di mana ia harus memilih antara dua ancaman potensial.
ADVERTISEMENT
Mereka merasa lebih aman dengan beruang karena sifat hewan yang lebih dapat diprediksi, dan mereka tahu, setidaknya secara teori, bagaimana cara bertahan hidup dalam situasi tersebut. Lain halnya dengan manusia yang perilakunya lebih sulit ditebak dan sering kali tidak dapat dipercaya.
Fakta Dibalik Laki-laki dan Beruang
Banyak perempuan merasa bahwa ancaman kekerasan atau pelecehan dari laki-laki asing lebih besar dibandingkan dengan ancaman dari hewan liar seperti beruang. Kekhawatiran ini bukannya tanpa dasar, mengingat tingginya angka kekerasan terhadap perempuan di seluruh dunia.
Menurut data dari PBB, hampir 89.000 perempuan dan anak perempuan menjadi korban pembunuhan di seluruh dunia pada tahun 2022. Data PBB juga menunjukkan bahwa satu dari tiga wanita di seluruh dunia pernah mengalami kekerasan fisik dan seksual.
ADVERTISEMENT
Sedangkan di Indonesia sendiri, Komnas Perempuan mencatat ada sebanyak 43,97 juta kasus kekerasan terhadap perempuan dalam 10 tahun terakhir. Catatan tersebut pun hanya mewakili kasus-kasus yang dilaporkan oleh para korban.
Apakah Beruang Lebih Berbahaya?
Pexels/Rasmus Svinding
Meskipun beruang adalah hewan liar, mereka cenderung menghindari manusia jika tidak merasa terancam. National Park Service AS mengatakan bahwa serangan beruang tergolong "jarang terjadi", dan "sebagian besar kontak dengan beruang berakhir tanpa menimbulkan cedera."
Ada rata-rata 40 serangan terhadap manusia oleh beruang coklat setiap tahunnya, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di Nature, sekitar 11 di antaranya terjadi di Amerika Utara. Faktanya, merujuk dari John Beecham yang merupakan salah satu ketua dari Bear Specialist Group, lebih banyak orang terbunuh oleh sengatan lebah daripada beruang setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
NPS menyarankan untuk tetap tenang jika melihat beruang, karena "sebagian besar beruang tidak ingin menyerang Anda; mereka biasanya hanya ingin ditinggal sendirian."
NPS merekomendasikan agar berpura-pura mati jika diserang beruang coklat. Jika diserang oleh beruang hitam, NPS merekomendasikan untuk melarikan diri atau melawan dengan menendang dan meninju wajah beruang jika melarikan diri tidak memungkinkan.
Beberapa pengguna TikTok menunjukkan rendahnya ancaman beruang terhadap manusia, membandingkan statistik ini dengan jutaan kasus kekerasan terhadap perempuan yang terjadi setiap tahunnya.
Peran Lelaki dalam Diskusi Ini
Fenomena ini secara tidak langsung mencerminkan rasa ketidakamanan dan ketidakpercayaan yang dimiliki perempuan terhadap laki-laki. Hal ini bukan hanya berasal dari pengalaman pribadi, tetapi juga pengaruh dari narasi media serta gerakan sosial yang mengungkap betapa rentannya posisi perempuan dalam berinteraksi dengan laki-laki.
ADVERTISEMENT
Beberapa wanita berpendapat bahwa pria tidak akan pernah memahami bagaimana rasanya menjadi seorang wanita atau bahaya yang ada di sekitarnya. Banyak netizen yang menyebut pertanyaan hipotesis tersebut cenderung "misandris" dan mengatakan bahwa hal tersebut dijadikan alasan untuk membenci laki-laki secara membabi buta. Sedangkan netizen lain malah mengambil peluang untuk mengejek dan merendahkan wanita sebagai tanggapan.
Sebuah postingan di Instagram Threads, yang telah dibagikan ribuan kali, semakin menggambarkan kesenjangan ini.
"Seorang wanita memang seharusnya memilih beruang," tulis postingan tersebut secara sarkas. "Beruang itu akan memakannya. Beruang itu tidak akan membantunya sedikit pun. Seorang pria bisa menjalin hubungan dengannya sampai pada titik di mana pria itu bersedia bekerja sama dengannya untuk bertahan hidup di hutan. Jika dia menggunakan sifat-sifat femininnya. Dia (laki-laki) akan berburu, membangun dan melindungi."
ADVERTISEMENT
Citra buruk tentang pria yang seringkali dipersepsikan sebagai ancaman terhadap perempuan bukan tanpa alasan. Meskipun tidak semua pria berperilaku demikian, pengalaman dan statistik menunjukkan bahwa ada cukup banyak kasus yang mendukung kekhawatiran ini. Sehingga hal ini menciptakan stereotip yang sulit untuk dihilangkan dalam kesadaran banyak perempuan.
Banyak pengkritik yang tampaknya juga salah memahami definisi dari pertanyaan hipotesis. Padahal hipotesis itu sendiri memiliki arti sesuatu yang belum tentu benar, tetapi digunakan untuk membantu menjelaskan atau memahami sesuatu yang lain.
Nyatanya, inti dari pertanyaan yang jelas-jelas bersifat hipotetis ini tidak ada hubungannya dengan kemampuan untuk bertahan hidup.
"Fakta bahwa perempuan bahkan mempertimbangkan pertanyaan hipotesis tentang pria/beruang berarti kita benar-benar gagal menciptakan tatanan masyarakat yang aman," tulis salah satu pengguna di X.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini, secara tidak langsung, mengundang kita untuk merenungkan bagaimana kita sebagai masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi perempuan. Hal ini dapat diawali dengan cara memberikan pengetahuan tentang batasan dan kenyamanan individu, baik perempuan maupun laki-laki, serta memperkuat hukum dan kebijakan yang melindungi masyarakat dari kekerasan dan pelecehan. Di sisi lain, masyarakat juga harus terus menanamkan sikap saling menghormati antar gender.