Konten dari Pengguna

Gawat! Limbah Fashion Semakin Meningkat, Apa Yang Bisa Kita Lakukan?

Raissa Afifah
Mahasiswa Strategic Communication, Universitas Multimedia Nusantara
20 Mei 2024 10:03 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raissa Afifah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by Alejo Reinoso on Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Photo by Alejo Reinoso on Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Fast fashion merupakan sebuah fenomena dalam industri fesyen ketika produksi pakaian dilakukan secara cepat dan dalam jumlah besar. Perusahaan fast fashion biasanya mempercepat proses produksi agar produk dapat segera tersedia di pasaran, seringkali mengorbankan kualitas untuk kecepatan dan keuntungan. Meski begitu, Tinkerlust Impact Report 2022 mengungkapkan bahwa sebanyak 63,46% warga Indonesia lebih suka membeli produk fast fashion karena kemudahan akses dan tampilannya yang fashionable. Padahal, daya konsumsi pakaian masyarakat tidak sebesar produksi massal tersebut, sehingga banyak pakaian yang akhirnya terbengkalai di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
ADVERTISEMENT
Menurut Global Fashion Agenda 2023, sebanyak 92 juta ton limbah pakaian menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) setiap tahunnya. Ini setara dengan satu truk limbah pakaian yang dibuang ke TPA setiap detik. Limbah pakaian yang menumpuk di ruang terbuka dan bercampur dengan sampah lain menjadi sulit terurai, menyebabkan tumpukan sampah yang mengganggu lingkungan dan ekosistem.
Di Indonesia, fenomena ini juga sangat memprihatinkan. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) pada tahun 2021, Indonesia menghasilkan 2,3 juta ton limbah pakaian setiap tahunnya, yang setara dengan 12% dari total limbah rumah tangga. Ironisnya, hanya 0,3 juta ton limbah pakaian yang berhasil didaur ulang. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar limbah pakaian berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tanpa pengelolaan yang tepat. Dampaknya, masalah lingkungan semakin kompleks dengan meningkatnya volume lumbah pakaian yang tidak terkelola. Pasalnya limbah pakaian berpotensi mencemari tanah dan air serta menambah beban pada sistem pengelolaan sampah nasional.
ADVERTISEMENT
Sedihnya, jumlah limbah pakaian di dunia kemungkinan akan terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan perkiraan The Sustainable Fashion Forum, tingkat konsumsi pakaian di dunia diperkirakan akan meningkat hingga 63% pada 2030. Ini semakin memperjelas bahwa tindakan untuk mengurangi limbah tekstil di dunia sangat diperlukan sebelum keadaannya semakin memburuk.
Lantas, apa yang harus kita lakukan?
Beli Lebih Sedikit
Dalam rangka menekan jumlah limbah pakaian yang dihasilkan, kita perlu lebih bijaksana dalam berbelanja pakaian baru. Prioritaskan kualitas meskipun harganya mungkin lebih mahal. Jika kita memilih pakaian berkualitas tinggi, pakaian tersebut akan lebih tahan lama dan tidak mudah rusak. Dengan demikian, kita tidak perlu sering-sering membeli pakaian baru, yang pada akhirnya akan menghemat uang kita dalam jangka panjang. Selain itu, dengan membeli lebih sedikit, kita juga ikut berkontribusi dalam mengurangi permintaan terhadap produksi massal pakaian yang menjadi salah satu penyebab utama menumpuknya limbah pakaian. Jadi, meskipun terdengar sederhana, langkah ini bisa berdampak besar dalam upaya mengurangi limbah pakaian dan menjaga kelestarian lingkungan.
ADVERTISEMENT
Perpanjang Usia Pakaian
Langkah berikutnya yang bisa dilakukan adalah dengan memperpanjang usia pakaian daripada langsung membuangnya begitu saja. Berikut adalah beberapa cara untuk memperpanjang usia pakaian:
Cara yang lebih baik ketika baju sudah rusak adalah dengan memperbaikinya. Jika ada bagian yang sobek atau kancing yang lepas, lebih baik kita menjahit atau mengganti bagian tersebut daripada membeli pakaian baru. Dengan memperbaiki pakaian yang rusak, kita bisa memperpanjang masa pakai pakaian tersebut dan mengurangi limbah pakaian. Tindakan sederhana ini juga mengajarkan kita untuk lebih menghargai barang yang kita miliki.
Ada kalanya kita merasa bosan dengan model pakaian yang terus menerus kita gunakan. Dibandingkan membuangnya, pilihan yang bijaksana adalah dengan melakukan upcycling. Upcycling merupakan kegiatan mengubah pakaian lama menjadi pakaian baru dengan mengkombinasikannya dengan bahan atau pakaian lain. Hasilnya adalah pakaian dengan model gaya baru yang autentik dan personal. Ini tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga menambahkan sentuhan kreatif pada gaya berpakaian kita.
ADVERTISEMENT
Thrifting atau membeli pakaian bekas dapat menjadi salah satu langkah untuk memperpanjang usia pakaian. Dengan membeli pakaian bekas, kita membantu mengurangi permintaan produksi pakaian baru yang berdampak besar pada lingkungan. Pakaian yang masih layak pakai mendapatkan kesempatan kedua untuk digunakan, yang juga menghemat sumber daya dan mengurangi limbah. Selain itu, thrifting sering kali menawarkan pilihan pakaian unik dengan harga lebih terjangkau.
Ketika ada pakaian yang masih dalam keadaan baik namun sudah tidak ingin dipakai, ada pilihan untuk menukar baju. Salah satu acara tukar baju yang bisa diikuti adalah acara Saling Silang Free Market yang dilaksanakan oleh Lyfe With Less. Pada acara tersebut, pengunjung dapat menukarkan pakaian me
ADVERTISEMENT
reka dengan pakaian layak pakai dari orang lain. Ini tidak hanya membantu mengurangi limbah, tetapi juga menawarkan cara menyenangkan untuk memperbarui lemari pakaian tanpa membeli barang baru.
Daur Ulang Pakaian
Setelah mempertimbangkan untuk mengurangi konsumsi dengan membeli lebih sedikit dan memperpanjang umur pakaian, kita perlu menyadari bahwa pada akhirnya pakaian akan mencapai akhir umurnya hingga sudah tidak bisa lagi digunakan. Namun, memilih untuk membuang ke tempat yang mampu mengelola limbah pakaian dengan baik adalah hal yang utama. Salah satu perusahaan yang fokus pada pengelolaan limbah pakaian tidak layak pakai adalah EcoTouch. Perusahaan lokal ini berkomitmen untuk mendaur ulang pakaian menjadi produk baru yang bermanfaat seperti Insulator Bangunan, Benang Daur Ulang, hingga Kain Daur Ulang. Dengan memilih untuk mendaur ulang pakaian daripada membuangnya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), kita memberikan kontribusi nyata dalam menjaga kelestarian lingkungan.
ADVERTISEMENT
Di tengah arus fast fashion yang memicu produksi dan konsumsi berlebihan terhadap pakaian, langkah-langkah bijaksana yang telah kita bahas menjadi semakin relevan. Dengan menerapkan praktik seperti membeli lebih sedikit, memperpanjang umur pakaian, dan mendaur ulang limbah tekstil, kita dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Raissa Afifah
Mahasiswa Strategic Communication, Universitas Multimedia Nusantara Online Learning