news-card-video
7 Ramadhan 1446 HJumat, 07 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Hilirisasi Nusantara: Lompatan Ekonomi atau Jebakan Utang Baru?

Muhammad Ramadhani Kesuma
Dosen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mulawarman
5 Maret 2025 13:43 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Ramadhani Kesuma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Shutterstock
ADVERTISEMENT
Rp600 triliun untuk hilirisasi—lompatan ekonomi impian atau jebakan utang yang kita sesali? Pada 24 Februari 2025, Presiden Prabowo Subianto meluncurkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara), menggelontorkan dana besar untuk 21 proyek hilirisasi di sektor energi, pertanian, peternakan, dan perikanan yang di tahap pertama akan diinvestasikan dana sebesar sekitar US$40 miliar atau Rp600 triliun. Investasi besar dalam hilirisasi sumber daya alam terbukti punya dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan stabilitas fiskal di negara berkembang (Fauziyyah & Paksi, 2023). Presiden Prabowo menawarkan visi kemakmuran, tapi mari melihatnya dari dua sisi mata uang: potensi lompatan ekonomi yang luar biasa, dan risiko fiskal yang bisa menjerumuskan kita ke utang baru. Hilirisasi ini bisa jadi katalis pertumbuhan, tapi tanpa strategi cerdas, kita bisa terperosok ke dalam krisis. Jadi, harapan atau ancaman?
ADVERTISEMENT
Potensi Lompatan Ekonomi
Hilirisasi adalah kunci untuk melonjakkan ekonomi ke level berikutnya. Dengan Rp600 triliun, Danantara menyasar 26 sektor komoditas—dari kilang minyak hingga produk pertanian olahan. Penelitian menunjukkan bahwa hilirisasi, seperti proyek nikel di Indonesia, meningkatkan nilai tambah, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat pendapatan negara (Fauziyyah & Paksi, 2023). Di Asia Tenggara, hilirisasi terbukti mendongkrak ekspor—produk olahan yang kompetitif di pasar global telah membantu negara seperti Indonesia dan Malaysia memperbesar devisa dan ketahanan ekonomi (Nasution, 2022; Wihardja & Jayadi, 2023). Kilang minyak bisa memangkas impor BBM, sementara perkebunan modern bisa menembus pasar dunia—efek dominonya terasa hingga lapangan kerja dan pajak, yang mendukung stabilitas fiskal (Azizah et al., 2024). Ini bukan cuma soal uang, tapi posisi strategis Indonesia melawan guncangan global (Syamsiyah et al., 2022). Jika sukses, ini tiket emas kita—tapi apakah kita punya peta untuk sampai ke sana, atau hanya berharap pada keberuntungan?
ADVERTISEMENT
Ancaman Jebakan Utang
Di balik potensi itu, ancaman jebakan utang mengintai. Literatur akademis memperingatkan bahwa proyek hilirisasi besar bisa jadi beban fiskal jika tak dikelola baik (Rynaldi et al., 2024). Bayangkan kilang minyak yang dibangun dengan dana yang besar—jika harga minyak global anjlok, proyek itu bisa jadi tak lagi layak, meninggalkan utang yang membengkak. Ketidakpastian pasar, biaya tak terduga, dan risiko lingkungan sering kali memperparah situasi (Azizah et al., 2024). Pengalaman beberapa negara menunjukkan bahwa hilirisasi yang gagal meningkatkan utang publik dan menghambat pertumbuhan jangka panjang (Haldi, 2023). Manajemen lemah—baik karena korupsi atau koordinasi buruk—bisa membuat dana bocor, dan janji transparansi Prabowo akan diuji di sini. Rp600 triliun adalah angka menggoda, tapi juga bom waktu jika kita ceroboh. Jebakan utang bukan khayalan—ini risiko nyata yang bisa membuat kita membayar mahal, bukan hanya dengan uang, tapi juga stabilitas ekonomi.
ADVERTISEMENT
Rekomendasi Akademis
Agar hilirisasi jadi lompatan ekonomi, bukan jebakan utang, langkah strategis wajib diambil. Pertama, perencanaan berbasis data adalah fondasi—studi kelayakan harus menghitung risiko pasar dan return on investment, bukan sekadar ambisi politik. Penelitian menegaskan bahwa analisis data dan tata kelola yang baik mengurangi risiko investasi (Shahmi et al., 2024). Kedua, good governance harus jadi nyawa Danantara—transparansi dan akuntabilitas bisa cegah korupsi dan pastikan dana tepat sasaran (Palupi et al., 2022). Ketiga, keberlanjutan tak boleh dikorbankan—proyek energi harus ramah lingkungan, dan agraria harus libatkan masyarakat lokal. Tanpa pengawasan ketat, seperti audit independen, Rp600 triliun bisa lenyap sia-sia. Pemerintah harus belajar dari kegagalan proyek serupa—kita tak boleh ulangi sejarah. Masyarakat berhak menuntut bukti bahwa ini investasi cerdas, bukan janji manis yang berujung utang baru. Dengan disiplin, kita bisa melompat tinggi tanpa jatuh ke lubang fiskal.
ADVERTISEMENT
Penutup
Hilirisasi Nusantara dengan Rp600 triliun adalah taruhan besar—peluang untuk lompatan ekonomi di satu sisi, ancaman jebakan utang di sisi lain. Jika dikelola baik, kita bisa menuai ekspor yang melonjak, lapangan kerja baru, dan ketahanan ekonomi yang kokoh. Tapi, jika gagal, utang bisa jadi warisan kelam bagi generasi mendatang. Keseimbangan antara ambisi jangka pendek dan stabilitas fiskal jangka panjang adalah kunci keberlanjutan—fokus pada keuntungan cepat saja bisa merusak masa depan. Prabowo bicara soal fondasi bangsa, tapi fondasi itu harus kuat, bukan rapuh oleh utang. Lompatan ekonomi atau jebakan utang—pilihan ada di tangan kita sekarang. Generasi mendatang tak boleh jadi korban ambisi kita hari ini. Jadi, mari kita tanya: Rp600 triliun ini akan membawa kita terbang, atau menyeret kita ke dalam jurang fiskal yang lebih dalam?
ADVERTISEMENT
References :
Azizah, R. A., Raissa, A., Andika, D. H., Refinaldi, A., & Atriani, D. (2024). Strategi penanaman modal di indonesia dan dampaknya terhadap pembangunan ekonomi nasional. Jurnal Inovasi Global, 2(5), 580-591. https://doi.org/10.58344/jig.v2i5.92
Fauziyyah, P. Z. and Paksi, A. K. (2023). Dampak kerja sama indonesia-china dalam proyek investasi nikel terhadap pertumbuhan ekonomi kedua negara. Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial, 7(1), 86-105. https://doi.org/10.38043/jids.v7i1.4279
Haldi, M. (2023). Analisis kausalitas antara korupsi, investasi, pengangguran dan pertumbuhan ekonomi. Jurnal Ilmu Ekonomi JIE, 7(03), 346-368. https://doi.org/10.22219/jie.v7i03.27044
Nasution, M. (2022). Potensi dan tantangan blue economy dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di indonesia: kajian literatur. Jurnal Budget : Isu Dan Masalah Keuangan Negara, 7(2). https://doi.org/10.22212/jbudget.v7i2.136
Palupi, W. A., Marselina, M., Wahyudi, H., & Ciptawaty, U. (2022). Determinasi investasi di negara mayoritas islam berpendapatan menengah ke bawah asia. I-Finance: A Research Journal on Islamic Finance, 8(1), 49-67. https://doi.org/10.19109/ifinance.v8i1.12633
ADVERTISEMENT
Rynaldi, A., Sinaga, E. H., & Sitorus, J. R. (2024). Kajian kriminologi hijau terhadap studi kasus hilirisasi tambang nikel. Jurnal Lingkungan Kebumian Indonesia, 1(3). https://doi.org/10.47134/kebumian.v1i3.2572
Shahmi, M. A., Irawan, R., Nengsi, T. S., Fauziah, Y., Abdullah, S., & Oktafannisa, S. (2024). Optimalisasi investasi asing langsung dan keterbukaan ekonomi terhadap nilai tukar efektif riil di indonesia. Ekombis Sains: Jurnal Ekonomi, Keuangan Dan Bisnis, 9(1), 41-49. https://doi.org/10.24967/ekombis.v9i1.2778
Syamsiyah, N., Ardana, Y., & Bayumi, M. R. (2022). Untitled. Adzkiya : Jurnal Hukum Dan Ekonomi Syariah, 10(02), 127. https://doi.org/10.32332/adzkiya.v10i02.4522
Wihardja, I. and Jayadi, J. (2023). Hubungan antara liberalisasi keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi: tinjauan meta analisis. Labs: Jurnal Bisnis Dan Manajemen, 28(4), 13-23. https://doi.org/10.57134/labs.v28i4.63
ADVERTISEMENT