Konten dari Pengguna

People Pleaser, Apakah Kamu Salah Satunya?

Rana Balqis
Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18 Desember 2021 17:17 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rana Balqis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
I can’t tell you the key to success, but the key to failure is trying to please everyone.” – Ed Sheeran
Sumber: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pixabay
Teman-teman, pernahkah kalian ada di situasi di mana ada seseorang meminta bantuan kalian, dan kalian merasa enggan untuk menolaknya padahal sebenarnya hal itu sudah diluar kemampuan kalian? Atau mungkin kalian merasa tidak enak untuk berkata “tidak” terhadap suatu hal? Sebenarnya kebiasaan itu baik atau buruk ya untuk diri kita? Yuk kenali istilah People Pleaser!
ADVERTISEMENT
Apa itu People Pleaser?
Menurut Seltzer, 2008 kebiasaan people pleasing adalah kebiasaan untuk terlalu memikirkan opini orang lain mengenai dirinya dan perasaan ketergantungan atas dukungan/pujian dari orang lain. Selain itu, seorang people pleaser melihat arti dirinya hanya berdasarkan kontribusi yang ia lakukan untuk orang lain.
People pleaser adalah sebutan bagi seseorang yang selalu berusaha melakukan atau mengatakan hal yang menyenangkan orang lain, meski bertentangan dengan apa yang ia pikirkan atau rasakan. Hal ini ia lakukan agar orang lain tidak kecewa kepada dirinya (Merriam Webster & Susan Newman).
Jadi kebiasaan people pleasing ini dapat diartikan sebagai sebuah kebiasaan untuk enggan berkata “tidak” kepada orang lain dengan alasan takut membuat orang itu merasa kecewa. Orang-orang yang tergolong sebagai people pleaser selalu berusaha untuk membuat senang orang-orang di sekitarnya. Namun sebenarnya, ia terkadang merasa tertekan dengan keadaan sekitar karena ia terlalu mementingkan kepentingan orang lain dibandingkan kepentingan dirinya sendiri.
Sumber: Unsplash
Apakah kamu termasuk people pleaser?
ADVERTISEMENT
Nah teman teman, Yuk kenali dulu ciri ciri umum dari seorang people pleaser!
1. Tidak bisa mengatakan “tidak”
Seorang people pleaser sering sekali merasa enggan untuk berkata “tidak” dalam situasi dan kesempatan apa pun. Karena ia merasa sangat tidak enak ketika menolak permintaan orang lain terhadap dirinya. Kalaupun ia berhasil berkata tidak, biasanya ia akan merasa dihantui perasaan bersalah karena sudah menolak hal tersebut.
2. Sering meminta maaf
Kata maaf sepertinya sudah menjadi sebuah kata yang sehari hari diucapkan bagi seorang people pleaser. Ia sering menyalahkan diri sendiri secara berlebihan atas apa yang sudah ia lakukan dan ia merasa harus meminta maaf kepada orang lain walaupun itu semua bukan kesalahannya. Pada dasarnya, seorang people pleaser melakukan itu hanya karena takut orang tersebut akan marah kepadanya.
ADVERTISEMENT
3. Selalu setuju dengan semua orang.
Setiap orang pasti memiliki pendapatnya masing masing. Hal tersebut terkadang menjadi suatu konflik karena setiap orang pasti menginginkan pendapatnya disetujui oleh orang lain. Namun, seorang people pleaser akan selalu bersikap setuju dengan pendapat orang lain walaupun itu sangat bertentangan dengan pendapat yang ia miliki. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya konflik di antara mereka.
4. Merasa bertanggung jawab atas perasaan orang lain.
Seorang people pleaser akan merasa membutuhkan pengakuan/validasi dari orang lain mengenai dirinya sendiri. Maka dari itu ia akan selalu mengusahakan yang terbaik untuk orang lain demi mendapat validasi itu. Sehingga ia merasa bahwa bahagia orang lain adalah tanggung jawabnya.
Sumber: Pixabay
Menjadi people pleaser, apakah buruk?
ADVERTISEMENT
Seorang people pleaser biasanya terkenal memiliki kepribadian yang baik dan suka menolong loh teman teman. Namun seperti kata pepatah, sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Kebiasaan enggak enakan itu juga bisa menjadi Meriam untuk dirinya sendiri. Menjadi orang yang enggak enakan itu benar benar nggak enak. Salah satu dampak buruk menjadi seorang people pleaser adalah kita bisa kehilangan jati diri karena kita terlalu sibuk memikirkan orang lain. Kita terlalu sibuk memikirkan kemauan orang lain hingga tidak mengetahui apa keinginan diri kita sendiri. Kita terlalu sibuk mewujudkan kebahagiaan orang lain tanpa berusaha untuk mewujudkan kebahagiaan kita sendiri. Hal itu sangat berbahaya jika ada orang di sekitar kita yang berusaha memanfaatkan kelemahan kita sebagai seorang people pleaser.
ADVERTISEMENT
Untuk kalian yang sedang merasa terjebak dengan sindrom people pleasing ini, yuk coba sedikit keluar dari zona nyaman kalian. Mulai dari belajar untuk mengatakan “tidak” ke hal hal kecil. Dengan begitu perlahan kalian akan menanamkan sikap tegas di dalam diri sendiri. Selanjutnya kalian bisa belajar untuk mengenal diri sendiri dengan mengetahui apa yang sebenarnya membuat kalian bahagia, apa yang sebenarnya menjadi prioritas kalian, dan apa yang sebenarnya kalian butuhkan. Karena bahagia kita adalah tanggung jawab kita sendiri. Bahagia itu bukan dari seberapa banyak pujian yang kita terima dari orang lain, bukan dari seberapa banyak ucapan terima kasih dari orang lain, bukan dari pengakuan/validasi orang lain tentang diri kita. Kita tidak bisa terus menerus menggantungkan kebahagiaan kita pada orang lain. Kita bisa mencari kebahagiaan untuk diri kita sendiri dengan melakukan hal hal yang kita sukai serta mengembangkan potensi yang kita punya di dalam diri kita. Seperti kata pepatah, people come and go. Lalu jika orang lain pergi, siapa yang akan membahagiakan diri kita kalau bukan kita sendiri?
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
Cohen, Ilene. (2018). How I Learned to Stop Being a People-Pleaser. Psychology Today.
Newman, Susan. (2005). The Book of No: 250 Ways to Say It—And Mean It and Stop People-Pleasing Forever
Raypole, Crystal. (2019). How to Stop People-Pleasing (and Still Be Nice). Healthline