Salat Jumat 'Pertama'

Randy Danniswara
Bukan penulis, hanya iseng nulis yang terpikirkan. Seorang product enthusiast yang bekerja sebagai Product Management Lead di kumparan.
Konten dari Pengguna
5 Juni 2020 17:15 WIB
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Randy Danniswara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sajadah penulis.
zoom-in-whitePerbesar
Sajadah penulis.
ADVERTISEMENT
Sudah hampir tiga (3) bulan kita menjalani WFH dan sudah hampir tiga (3) bulan pula saya tidak melaksanakan salat Jumat. Ya, saya tidak menjalankan salat Jumat sejak minggu pertama ada arahan untuk WFH yang didasari oleh adanya respons merah yang menunjukkan adanya suatu bencana. Hingga akhirnya, hari ini, Jumat 5 Juni 2020, saya kembali melaksanakan salat Jumat.
ADVERTISEMENT
Sulitnya mendapatkan informasi secara detail
Sekitar jam 10 pagi, setelah selesai melaksanakan daily meeting, yang menjadi rutinitas baru saya dan tim semenjak menjalani WFH, saya menyempatkan diri untuk mencari tahu terkait pelaksanaan salat Jumat. Informasi pertama yang saya buka adalah notifikasi kumparan berjudul Fatwa MUI soal Salat Jumat di New Normal. Apa yang saya dapat? Informasi bahwa sejumlah masjid di Jakarta akan kembali menggelar salat Jumat setelah PSBB di Jakarta masuk masa transisi. Cukup informatif memang, tapi saya tidak berdomisili di Jakarta. Lalu?
Setelah melakukan beberapa pekerjaan, saya kembali mencari informasi yang lebih detail, yaitu pelaksanaan salat Jumat di kota domisili saya. Sayangnya, saya tidak mendapatkan informasi di kumparan. Akhirnya saya googling dan mendapatkan informasi bahwa ada ratusan masjid di kota domisili saya diizinkan untuk menggelar salat Jumat. Namun membaca informasi tersebut ternyata tidak membuat saya puas. Hingga saya melanjutkan pencarian dan menemukan bahwa ada 15 masjid yang dibuka di kecamatan domisili saya. Walaupun saya belum sepenuhnya puas, tapi saya merasa tidak bisa lagi mendapatkan informasi yang lebih detail. Lalu?
ADVERTISEMENT
Saya yang merupakan silent reader di grup whatsapp bapak-bapak komplek akhirnya memutuskan untuk melontarkan pertanyaan terkait informasi masjid di sekitar rumah saya yang sudah buka dan menerapkan protokol kesehatan. Ternyata ada, masjid terdekat dari rumah saya yang hanya berjarak sekitar 500 meter, informasinya buka dan akan melaksanakan salat Jumat. Oh iya, sebagai tambahan, saya juga mendapatkan informasi bahwa kelurahan domisili saya sudah memasuki zona hijau. Percaya gak percaya sih, karena jika melihat informasi di website resmi pemerintah kota domisili saya, kelurahan domisili saya masih zona kuning. Namun, karena sumbernya cukup jelas yaitu dari aplikasi PeduliLindungi, akhirnya saya memutuskan untuk percaya dan semakin yakin untuk berangkat melaksanakan salat Jumat.
Pelaksanaan salat Jumat
ADVERTISEMENT
Setelah sekian lama kaki ini tidak melangkah jauh, akhirnya saya berjalan ke Masjid. Sepanjang perjalanan yang sangat sepi, saya merasakan keanehan. Deg-deg-an sembari tersenyum ragu. Untungnya, wajah saya dibalut oleh masker, sehingga tidak ada orang lain yang menganggap saya seperti ODMK.
Sesampainya di depan Masjid, senyum saya semakin lebar dengan rasa haru yang menyelimuti perasaan. Ucap syukur tak lupa saya panjatkan karena akhirnya saya kembali melangkah masuk ke dalam Masjid. Serta, karena Masjid yang saya datangi sudah mengikuti protokol kesehatan.
Foto masjid yang diambil penulis setelah selesai melaksanakan salat Jumat.
Sembari mendengarkan khotbah, pandangan saya tidak luput dari jemaah lain. Ternyata, masih banyak dari mereka yang tidak menggunakan masker. Sedih sih, tapi mau bagaimana lagi. Mungkin mereka menganut prinsip "Hirup aing, kumaha aing". Jadi ya sudah lah.
ADVERTISEMENT
Selain itu, seiring jemaah yang semakin banyak, saya teringat pada jarak. Nyatanya, jarak dari setiap jemaah berbeda-beda. Ada yang jauh sekali hingga mungkin dua (2) meter, dan ada juga yang saya kira jaraknya hanya sekitar setengah meter. Mungkin memang setiap orang perkiraannya beda-beda, toh tidak ada meteran di sana.
Setalah jarak, hal yang saya perhatikan adalah kotak amal. Saya sangat terkejut ketika melihat ada kotak amal yang sedang dipindah-pindah keliling. Disentuh oleh banyak jemaah. Padahal, dari rumah saya sudah bertekad untuk tidak menyentuh apa pun selain sajadah milik saya sendiri. Untungnya, nasib berkata lain. Entah bagaimana bisa terjadi, kotak amal itu tidak pernah berada di depan saya.
Terakhir, sebelum saya berdiri untuk melaksanakan salat, saya melirik ke arah jam besar yang berada jauh di dinding depan Masjid. Ternyata khotbah berlangsung hingga hampir 30 menit. Padahal, ketika sedang mencari informasi pelaksanaan salat Jumat, saya membaca bahwa dalam masa pandemi ini khotbah seharusnya dipersingkat.
ADVERTISEMENT
Ya, begitu lah kira-kira pengalaman saya dalam mencari informasi dan menjalankan salat Jumat "pertama". Entah hari Jumat depan bagaimana. Apakah kembali melaksanakan salat Jumat atau memilih untuk salat Zuhur di rumah. Toh, dalam artikel berjudul MUI: Umat Islam Boleh Tidak Salat Jumat Jika Khawatir Tertular Corona, dinyatakan bahwa orang yang khawatir tertular penyakit masih tetap boleh tidak melaksanakan salat Jumat dan tidak dosa.