Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Inilah Industri Musik di Generasi Sekarang, Taylor Swift
18 Desember 2021 17:04 WIB
Tulisan dari Randy Ridhova Putra Prasetya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Para penikmat lagu sedih dan galau pasti sudah tidak asing lagi dengan nama penyanyi internasional satu ini, ya Taylor Swift. Seperti yang diketahui, Taylor Swift sangat berperan dalam dunia industri musik. Selain itu, banyak dari penggemarnya menyebut Taylor Swift adalah industri musik. Bahkan, jurnalis terkenal, Barbara Walters, berpendapat juga bahwa Taylor Swift merupakan industri musik yang sesungguhnya.
ADVERTISEMENT
Sebelum membahas lebih lanjut, apa itu industri musik? Mengutip dari Ensiklopedia, industri musik merupakan yang terlibat dalam produksi, distribusi, dan penjualan musik dalam berbagai bentuk serta promosi pertunjukan musik langsung.
Lalu, apa alasan mereka dapat menyebut Taylor Swift sebagai industri musik? Mari kita telaah lebih lanjut aksi Taylor dalam menyejahterakan industri musik.
Aksi Taylor Swift dalam Menyejahterakan Industri Musik
Hal ini berawal pada tahun 2014. Taylor menarik lagu-lagunya dari platform streaming, Spotify, dikarenakan pihak Spotify hanya membayar sedikit untuk pembayaran royalti kepada penyanyi setiap pemutaran lagu. Pihak Spotify pun merevisi peraturan itu agar Taylor dapat kembali ke Spotfy. Musik-musik Taylor kembali lagi ke Spotify pada tahun 2017.
Selain itu, Taylor juga melakukan protes di sosial media yang merujuk ke Apple Music untuk tidak meriliskan album terbarunya, "1989". Alasan Taylor melakukan protes adalah Apple Music tidak membayar pembayaran royalti kepada musisi ketika lagunya diputar oleh pelanggan dalam masa percobaan penggunaan aplikasi yang gratis.
ADVERTISEMENT
Dengan hal ini, Taylor sangat kontra dengan kebijakan Apple Music. Pihak Apple pun langsung merevisi peraturan tersebut.
Dengan peristiwa tersebut, Taylor dapat merubah sistem dari dua aplikasi streaming yang cukup besar. Taylor melakukan aksi tersebut bukan untuk dirinya saja, melainkan untuk musisi lain serta musisi yang baru saja terjun ke industri musik.
Dalam satu tahun terakhir, pelantun "All Too Well" ini telah merilis tiga album, yaitu "Folklore", "Evermore", dan rekaman ulang album lamanya, "Fearless (Taylor’s Version)". Belum lama ini, Taylor juga mengumumkan di sosial medianya bahwa ia merilis rekaman ulang album "Red (Taylor’s Version)" pada bulan November.
Bagi yang kurang gemar dengan Taylor Swift, mungkin akan bingung dengan aksi Taylor yang melakukan rekaman ulang album-album lamanya.
ADVERTISEMENT
Taylor Swift merekam dan merilis ulang enam albumnya sebagai bukti untuk mengklaim bahwa album tersebut sebagai miliknya. Buktinya adalah album tersebut ditandai dengan “Taylor’s Version”.
Lalu, apa yang membedakan dari album lamanya? Rekaman album-album tersebut berisi lagu-lagu lamanya dengan suara Taylor yang sudah dewasa serta ditambahkan lagu-lagu yang belum pernah dirilis sesuai dengan album yang direkam ulang.
Perjuangan Taylor Swift untuk Mendapatkan Haknya
Pada tahun 2005, Taylor menandatangani kontrak dengan Big Machine Records untuk mengeluarkan lagu-lagunya. Kontrak itu pun sudah habis masanya pada tahun 2018 dan Taylor pun pindah ke Universal’s Republic Records, yang di mana Taylor bisa mendapatkan rekaman asli dari album yang telah ia buat di masa yang akan datang.
ADVERTISEMENT
Ketika Taylor ingin membeli master albumnya di label sebelumnya, ia tidak bisa mendapatkannya. Namun, master tersebut dijual kepada grup ekuitas swasta, Ithaca Holdings, yang dimiliki oleh Scooter Braun. Hal ini dilakukan tanpa sepengetahuan dari Taylor Swift ataupun tim manajemen Taylor.
Dengan kejadian tersebut, Taylor tidak memiliki untuk kendali penuh atas karya-karya yang sebelumnya telah dibuat dan tidak diberi kesempatan lagi untuk membelinya. Hal ini sangat disayangkan karena Taylor merupakan penulis dan pembuat enam album tersebut dan tidak dapat memiliki karyanya sendiri.
Di dalam sebuah wawancara, Taylor berjanji kepada publik serta penggemarnya bahwa ia akan merekam ulang enam album asli tersebut dan kali ini rekaman aslinya berada di bawah kendalinya.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, pelantun "cardigan" ini diberi kesempatan oleh kontrak lamanya untuk merekam ulang albumnya mulai dari November 2020. Pada April 2021, Taylor merilis "Fearless (Taylor’s Version) dan album tersebut memenangkan rekor untuk 3 album tercepat yang meraih nomor satu, bersama dengan album Folklore dan Evermore, di UK Chart.
Selain itu, dengan kesempatan yang diberikan, Taylor dapat memecahkan rekor untuk "Red (Taylor's Version)" sebagai rekor album yang paling banyak diputar oleh penyanyi wanita di Spotify. Album tersebut diputar lebih dari 90,8 juta streaming pada hari pertama.
Pada awal tahun 2021, Taylor memenangkan Grammy Awards dengan album "Folklore" pada kategori "Album of The Year".
Dengan kemenangan tersebut, ia memenangkan 3 Grammy Awards pada kategori "Album of The Year" dengan 3 genre album yang berbeda, yaitu "Fearless" (Country), "1989" (Pop), dan "Folklore" (Alternative).
ADVERTISEMENT
Dapat kita lihat bahwa Taylor Swift mempunyai pengaruh yang besar dalam industri musik, yang di mana ia memiliki kendali dan dapat merubah sistem di industri musik. Penggemar atau bukan, kita dapat mengakui bahwa Taylor Swift merupakan industri musik di generasi sekarang.
Sumber: