Kehebatan Perempuan: Kepemimpinan Menlu Retno L Marsudi

Rangga Reyfasya Firmansyah
Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara, Universitas Indonesia
Konten dari Pengguna
14 Juni 2021 14:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rangga Reyfasya Firmansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber gambar : https://www.instagram.com/retno_marsudi/
zoom-in-whitePerbesar
Sumber gambar : https://www.instagram.com/retno_marsudi/
ADVERTISEMENT
Stigma terhadap Perempuan "the glass ceiling"
Seperti kita ketahui, kepemimpinan senantiasa menjadi salah satu topik yang hangat untuk diperbincangkan hingga saat ini. Peran pemimpin yang krusial dalam memengaruhi bawahan telah dapat mendorong fokus sorotan publik terhadap individu seorang pemimpin.
ADVERTISEMENT
Publik seringkali menilai pemimpin dari kemampuan individu berdasarkan berbagai aspek, akan tetapi sebagian publik masih terkadang menilai pemimpin dari aspek gender (jenis kelamin).
Alasan yang mendasarinya, ialah adanya problematika terkait ketimpangan gender yang masih kerap kali ditemukan dan dirasakan di berbagai negara dunia, termasuk juga Indonesia.
"Akar permasalahan dari ketimpangan gender yaitu posisi perempuan yang dianggap lebih rendah dibandingkan laki-laki" Ujar Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati. Hingga pada akhirnya, stereotip yang biasanya menempel pada figur pemimpin sewajarnya adalah seorang pria bukanlah wanita.
Hal ini biasa disebut dengan istilah populer lain, yakni the glass ceiling (langit-langit kaca) yang diartikan sebagai gambaran keterbatasan yang dihadapi oleh para perempuan maupun kelompok minoritas yang kurang memiliki akses dalam menduduki posisi puncak jabatan organisasi.
ADVERTISEMENT
Padahal, sebetulnya perempuan juga punya hak dan potensi kemampuan yang sama dengan laki-laki untuk menduduki posisi sebagai pimpinan.

Melihat Kepemimpinan Retno Marsudi

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, perubahan lingkungan mendorong para perempuan untuk mampu menjalankan kepemimpinan di dalam organisasi seperti halnya seorang pria. Namun, secara praktiknya dalam karakteristik kepemimpinan yang dimiliki oleh perempuan memang mempunyai perbedaan yang cukup menonjol dibandingkan laki-laki.
Stigma ini tidak sepenuhnya dapat dikatakan sebagai hal yang negatif, terdapat juga berbagai figur perempuan hebat yang sukses dalam menjalankan kepemimpinannya karena kepribadiannya.
Salah satu kepemimpinan perempuan yang menarik untuk dibahas, yaitu kepemimpinan ibu Retno Marsudi (Menteri Luar Negara RI). Dalam hal ini, beliau selalu menonjolkan nilai-nilai persamaan, partisipatif, dan demokratis dalam menunaikan tugasnya sebagai seorang pemimpin.
ADVERTISEMENT
Robbin & Coulter (2005) mengungkapkan bahwa perempuan memiliki kecenderungan dalam mengadopsi gaya kepemimpinan yang lebih demokratis atau partisipatif.
Salah satu hal yang dapat dijadikan contoh sederhananya, yakni terkait komitmen Retno Marsudi yang ingin menjaga ekosistem perdamaian dunia melalui partisipasi Indonesia dalam Operasi Penjaga Perdamaian (Peacekeeping Operation/PKO). Bahkan, beliau juga mendorong partisipasi aktif pihak lain dengan berusaha melibatkan dan memberdayakan perempuan dalam forum PKO PBB.
Selain itu, Robbins & Coulter (2005) juga menjelaskan bahwa wanita dalam memengaruhi orang lain seringkali mengandalkan kharisma, keahlian, relasi, dan kemampuan interpersonal.
Hal tersebut juga tercermin pada kepemimpinan Retno Marsudi yang memiliki jurus ampuh dalam membangun relasi dengan perwakilan negara lainnya. Kemampuan interpersonal yang kuat telah diperlihatkan Retno Marsudi yang tidak hanya terlihat dari kharismanya dalam berpidato pada berbagai acara formal.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, beliau juga kerap kali membangun kedekatan dengan partner-nya melalui kegiatan non formal. Dengan adanya obrolan ringan secara personal, Retno Marsudi mampu menjalin hubungan akrab dengan para pejabat tinggi negara lain. Hal tersebut tentunya dapat mendorong kelancaran komunikasi diplomatis dalam sederet forum internasional.

Beragam Pencapaian Retno Marsudi

Keberhasilan Retno Marsudi dalam memimpin Kementerian Luar Negeri selama dua periode dibuktikan dengan berbagai capaian penghargaan yang beliau dapatkan.
Retno Marsudi berhasil mengantarkan Indonesia menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB periode 2019-2020. Setelah itu, pada periode tahun 2020-2022, Indonesia juga mendapatkan posisi sebagai Anggota Dewan HAM PBB.
Hal ini tentunya bukan pekerjaan yang mudah untuk dapat membuat Indonesia menjadi lebih dikenal di mata dunia dengan citra positifnya terkait partisipasi aktifnya pada forum internasional.
ADVERTISEMENT
Retno Marsudi juga mendapatkan berbagai penghargaan bergengsi lainnya, di antaranya: Agen Perubahan Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan dari Badan PBB untuk perempuan dan Partnership Global Forum pada tahun 2017; Elle Style Awards pada tahun 2018 dalam kategori Outstanding Achievement; Anugerah Perempuan Hebat Indonesia pada tahun 2021; dsb.
Dengan kata lain, kepemimpinan Retno Marsudi membuktikan bahwa sebenarnya perempuan juga memiliki kualitas yang sama hebatnya dengan laki-laki dalam memimpin. Jadi, sudah sepantasnya para perempuan juga mendapatkan hak keadilan yang sama dalam berbagai kondisi dan situasi untuk ke depannya.