Konten dari Pengguna

Asyik Main Bersama Anak di Playzone Buatan Sendiri

Rangkul Keluarga Kita
Rangkul adalah Relawan Keluarga Kita, sebuah program pemberdayaan keluarga yang diinisasi oleh Keluarga Kita dengan dukungan berbagai kalangan di berbagai daerah. Rangkul mendorong orangtua berdaya untuk orangtua lain dengan terus menjadi sumber belajar yang efektif dan berbagi praktik baik pengasuhan untuk mendukung tumbuh kembang anak. Pada akhirnya, tanggung jawab pengasuhan adalah peran kolektif untuk masyarakat dan negara yang lebih baik, bukan hanya dari dan untuk satu keluarga. Cita-cita kami adalah menyebarkan dan menggerakkan Rangkul ke seluruh wilayah di Indonesia dan memberikan dampak bermakna dalam mencapai tujuan pendidikan. Semoga Program Rangkul dapat menjadi wadah yang positif bagi para orangtua di Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat. Salam, Tim Keluarga Kita
18 Juni 2020 17:45 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rangkul Keluarga Kita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Asyik Main Bersama Anak di Playzone Buatan Sendiri
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Anak bungsu saya, Dipta, yang saat itu berusia 14 bulan, sesuai tahapan perkembangan, seharusnya sudah bisa berjalan, namun Dipta masih belajar berjalan sambil berpegangan pada perabotan atau furnitur. Apakah Dipta terlambat berjalan?
ADVERTISEMENT
Saya percaya bahwa setiap anak itu unik, masing-masing mengalami proses tumbuh kembang yang tidak bisa begitu saja dicocokkan hanya dengan teori tahapan perkembangan mana pun. Tahapan perkembangan bisa kita jadikan acuan, namun kita tetap perlu mengenali anak kita. Saya dan istri tak menyerah, kami fokus untuk terus-menerus memberikan stimulasi yang diperlukan agar Dipta dapat berjalan.
Dalam kebanyakan keluarga, area kamar atau ruang keluarga sering kali merangkap sebagai area bermain yang aman bagi anak usia 12-18 bulan asalkan perabotan telah diamankan terlebih dahulu. Namun demikian, hal ini tidak serta-merta menjawab persoalan apakah perabotan-perabotan yang tampak tidak berbahaya itu dapat menimbulkan risiko bagi anak.
Sebagai contoh, di depan televisi kita letakkan sebuah sofa yang kita anggap anak usia 12-18 bulan hanya akan berpegangan pada sofa tersebut. Ternyata, anak mengamati orangtuanya yang suka duduk di sofa tersebut. Karenanya, dia pun berusaha untuk naik ke atas sofa itu. Bisa dibayangkan apa yang mungkin terjadi jika kita tidak cermat mengawasi gerakan anak lalu dia kehilangan keseimbangan sehingga jatuh dari sofa ke lantai yang keras, bukan?
ADVERTISEMENT
Belum lagi kekhawatiran orang tua yang tidak bisa menyelesaikan tugas domestik karena harus membagi perhatian untuk menjaga anak yang sedang senang-senangnya mengeksplorasi agar tetap aman. Kita sepertinya tidak akan bisa tenang hingga sang buah hati dalam kondisi tertidur pulas.
Berawal dari keresahan-keresahan tersebut, akhirnya saya dan istri mencari cara bagaimana supaya tetap dapat bekerja dan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dengan tenang, namun tetap dapat membuat anak aman dan nyaman serta mendapatkan stimulasi yang cukup agar Dipta bisa berjalan. Kami pun menempatkan sebuah area main buat Dipta. Area tersebut kami batasi dengan semacam pagar mainan. Produk pagar mainan ini banyak beredar di pasaran atau sering disebut playzone.
Beberapa pertimbangan dalam memilih playzone, antara lain soal harga yang bisa dibilang tidak murah meski ada pihak yang menyewakannya, lalu ukuran yang beredar di pasaran relatif kecil, serta masa pakai yang hanya sebentar. Dari ketiga pertimbangan tersebut, akhirnya kami memutuskan membuat sendiri playzone untuk anak bungsu kami.
ADVERTISEMENT
Berbekal ukuran yang kami pilih sesuai kebutuhan, kami pun meminta bantuan seorang teman yang bekerja di perusahaan furnitur untuk membuat playzone tersebut dengan memanfaatkan material-material sisa. Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya playzone yang dibayangkan istri saya jadi kenyataan.
Dipta jadi bisa bermain di playzone yang sudah kami beri alas empuk serta berbagai mainan yang ia sukai. Selain itu, tepiannya bisa dijadikan pegangan untuk anak berlatih berdiri dan berjalan, menguatkan kuda-kuda, serta pijakan kakinya.
Karena ukurannya dibuat cukup besar sehingga juga dapat menampung kami orangtuanya, kami pun jadi bisa ikut bermain bersama Dipta di dalam area playzone, seperti bermain lempar bola ke dalam keranjang dan mengeluarkan mainan dari dalam keranjang. Jika Dipta sedang asyik main sendiri pun, kami jadi merasa lebih tenang meninggalkannya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lain.
ADVERTISEMENT
Dipta jadi leluasa merambat dan berlatih berjalan sendiri di tempat yang aman dan nyaman. Akhirnya, dia bisa berjalan setelah beberapa waktu kami biarkan bermain di playzone tersebut. Oya, playzone buatan sendiri ini juga bisa diubah konstruksinya untuk dijadikan perabotan lain, seperti rak buku, ketika anak sudah lebih besar dan tidak membutuhkannya lagi, lho. Yuk, selalu cari cara dan asyik main bersama dalam mendukung tumbuh kembang anak kita. #CeritaRangkul
Wijanarko Dwi Utomo, Rangkul Bandung