Emosi Ibu saat Mendampingi Pembelajaran Jarak Jauh

Rangkul Keluarga Kita
Rangkul adalah Relawan Keluarga Kita, sebuah program pemberdayaan keluarga yang diinisasi oleh Keluarga Kita dengan dukungan berbagai kalangan di berbagai daerah. Rangkul mendorong orangtua berdaya untuk orangtua lain dengan terus menjadi sumber belajar yang efektif dan berbagi praktik baik pengasuhan untuk mendukung tumbuh kembang anak. Pada akhirnya, tanggung jawab pengasuhan adalah peran kolektif untuk masyarakat dan negara yang lebih baik, bukan hanya dari dan untuk satu keluarga. Cita-cita kami adalah menyebarkan dan menggerakkan Rangkul ke seluruh wilayah di Indonesia dan memberikan dampak bermakna dalam mencapai tujuan pendidikan. Semoga Program Rangkul dapat menjadi wadah yang positif bagi para orangtua di Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat. Salam, Tim Keluarga Kita
Konten dari Pengguna
21 Oktober 2020 15:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rangkul Keluarga Kita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Siswa mengerjakan tugas sekolah di rumahnya di Pekanbaru, Riau, Kamis (16/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Rony Muharrman
zoom-in-whitePerbesar
Siswa mengerjakan tugas sekolah di rumahnya di Pekanbaru, Riau, Kamis (16/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Rony Muharrman
ADVERTISEMENT
Waktu pertama kali sekolah si Boy yang baru menginjak kelas 1 memutuskan untuk melakukan PJJ, reaksi Ibu, “Wah, PJJ! Ya Allah, bareng sama WFH! Gimana cara bagi waktunya untuk bisa dampingi si Boy belajar?” Rasanya, memang campur aduk banget, memikirkan emosi Ibu yang bakalan naik-turun, belum lagi Ibu harus berperan jadi 'guru' selama PJJ. Bagaimana pula dengan kerjaan kantor? Apakah Ibu juga bisa tetap konsentrasi bekerja yang pada saat bersamaan mesti dampingi anak belajar? Ibu bisa nggak, ya, menghadapi itu semua?
ADVERTISEMENT
Hari itu pun tiba, hari pertama si Boy PJJ dan Ibu WFH. Berbarengan dengan si Boy harus mengerjakan tugas sekolahnya, Ibu juga harus menghadiri rapat-rapat daring. Sebagai gambaran, saat awal-awal PJJ, guru hanya memberikan tugas via Google Classroom dan anak-anak harus mengerjakan lalu mengumpulkan melalui GClass. Sama sekali tidak ada pertemuan daring semacam video conference dengan gurunya. Terbayang 'kan betapa Ibu harus membantu si Boy menjelaskan tugasnya serta bagaimana dia mengumpulkannya. Apakah Ibu jadi bisa konsentrasi saaat meeting kantor? Tentu tidak! Hahaha... Harus membagi konsentrasi antara mengikuti rapat kantor dan mengajarkan si Boy supaya dia paham dengan apa yang harus dikerjakan serta tahu bagaimana cara mengumpulkannya. Hari itu Ibu rasanya mau meledak; emosi naik-turun. Sampai akhirnya keluar kata-kata yang Ibu sesali hingga kini, “Ini 'kan harusnya sudah diajarkan guru kamu waktu masih belajar di sekolah kemarin! Kenapa, kok, nggak bisa? Kamu nggak mendengarkan, ya, pas belajar di sekolah?”
Mendampingi PJJ sambil rapat kantor butuh kelola emosi dan ekspektasi
Ketika masuk minggu ketiga, Ibu berpikir, 'Kok, rasanya emosi naik-turun banget selama 2 minggu ini? Kayaknya, ada yang salah, deh? Tapi, apa, ya?'
ADVERTISEMENT
Beruntung sekali Ibu ada dalam jaringan Relawan Keluarga Kita (Rangkul) yang saat awal pandemi memberikan materi pendidikan keluarga seri #belajardirumah. Ibu merasa terbantu sekali dengan salah satu topiknya, 'Manajemen Emosi saat 24 Jam Bersama'. Sambil meresapi materi, Ibu kembali refleksi diri. Hingga akhirnya, Ibu sadar, ternyata manajemen waktu Ibu nggak tepat yang membuat emosi naik-turun. Selama 2 minggu awal PJJ, Ibu ternyata nggak bisa membagi waktu antara menjadi pendamping belajar buat si Boy dan mengurus pekerjaan kantor.
Sebelum masuk minggu ketiga, Ibu menyempatkan diskusi dengan si Boy. Kami pun membuat kesepakatan bersama berkait pengaturan jadwal si Boy belajar dan Ibu bekerja. Pukul 9-12 adalah waktu Ibu untuk bekerja dan si Boy bisa melakukan hal lain di luar mengerjakan tugas sekolah, misalnya membaca. Setelah pukul 12 siang, gantian waktu Ibu menjadi 'guru' bagi si Boy sehingga tugas-tugas sekolah baru bisa dikumpulkan sore hari. Setelah kami bersepakat, Ibu langsung menghubungi guru kelas si Boy dan mengomunikasikan pengaturan waktu tersebut. Alhamdulillah, respons guru sungguh positif.
ADVERTISEMENT
Hal lain lagi yang harus Ibu perbaiki dalam mendampingi PJJ adalah mengelola ekspektasi terhadap si Boy dan tetap memperhatikan kebutuhan dan tahap perkembangannya. Dengan begitu, emosi Ibu jadi bisa lebih terkendali.
Setelah Ibu dan si Boy berhasil menerapkan kesepakatan dan Ibu juga bisa mengelola waktu dan ekspektasi dengan lebih baik, proses mendampingi PJJ pun jadi lebih mudah. Ibu lebih sabar dan tidak gampang emosi. Hasilnya, si Boy jadi lebih bisa belajar dengan lebih baik dan lebih bahagia karena Ibu sudah nggak sering marah-marah. Alhamdulillah sampai saat ini mendampingi si Boy PJJ jadi lebih menyenangkan. Walaupun pasti masih ada saat-saat Ibu mulai bertanduk karena Ibu bukanlah peri yang selalu baik hati dan dalam kondisi waras setiap saat. (edit SNA)
ADVERTISEMENT
oleh Fitri Mohede, ibu 1 putra, Penggerak Rangkul Keluarga Kita