'Me Time' Bersama Rangkul

Rangkul Keluarga Kita
Rangkul adalah Relawan Keluarga Kita, sebuah program pemberdayaan keluarga yang diinisasi oleh Keluarga Kita dengan dukungan berbagai kalangan di berbagai daerah. Rangkul mendorong orangtua berdaya untuk orangtua lain dengan terus menjadi sumber belajar yang efektif dan berbagi praktik baik pengasuhan untuk mendukung tumbuh kembang anak. Pada akhirnya, tanggung jawab pengasuhan adalah peran kolektif untuk masyarakat dan negara yang lebih baik, bukan hanya dari dan untuk satu keluarga. Cita-cita kami adalah menyebarkan dan menggerakkan Rangkul ke seluruh wilayah di Indonesia dan memberikan dampak bermakna dalam mencapai tujuan pendidikan. Semoga Program Rangkul dapat menjadi wadah yang positif bagi para orangtua di Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat. Salam, Tim Keluarga Kita
Konten dari Pengguna
6 Agustus 2020 19:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rangkul Keluarga Kita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
'Me Time' Bersama Rangkul
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Bagaimana, sih, caranya 'me-time'? Kalau perempuan lain biasanya melakukan 'me-time' dengan cara jalan-jalan ke mal, spa, bahkan liburan bersama teman. Kalau saya, sih, 'me-time'-nya bersama Rangkul. Eh,kok,bisa?
ADVERTISEMENT
Dulu banget, saya adalah orang yang penuh dengan gejolak jiwa. Perasaan itu hanya saya pendam dalam hati. Karena nggak keluar, akhirnya saya hanya bisa marah-marah tanpa tahu sebabnya. Hal ini pernah diungkapkan oleh mama saya. Beliau ingin saya berubah. Mengelola emosi jadi lebih baik. Tetapi, saya nggak pernah tahu caranya.
Waktu berjalan, saya semakin dewasa dan akhirnya berkeluarga. Saya mulai mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua yang baik. Saya mulai sibuk membaca buku dan mengikuti kelas parenting. Ada banyak metode yang saya temukan, mulai dari Montessori sampai Homeschooling. Tetapi kalau kita tidak menarik benang merah atau menentukan polanya, bisa jadi kita akan bingung akan mulai dari mana.
Setelah anak saya berumur 1 tahun, saya baru memutuskan untuk ikut Sesi Bicara Rangkul, sesi yang diadakan oleh Relawan Keluarga Kita. Saya tertarik karena menurut saya kurikulumnya lengkap, mulai dari mengajak kita mencintai lebih baik, selesai dengan diri kita sendiri terlebih dahulu sebelum melangkah ke tahap kedisiplinan dan belajar.
ADVERTISEMENT
Begitu ada pengumuman perekrutan Rangkul atau Relawan Keluarga Kita, tanpa pikir panjang saya langsung bergabung, Niatnya ingin mendapat ilmunya. Untuk itu, saya rela menjalani Kelas Kurikulum, menjalani 3 hari sesi di 3 kota yang berbeda, yaitu Semarang, Solo dan Yogya sambil bawa anak di setiap sesi, tentunya.
Bersama di Kelas Kurikulum
Saya pikir setelah ikut Kelas Kurikulum, saya bisa menyerap semua ilmu, ternyata hanya beberapa persen yang nyangkut di otak saya. Dari sekadar ikut jadi peserta, saya 'naik pangkat' menjadi Relawan Keluarga Kita di Sesi Bicara dan Sesi Nobar Rangkul.
Pada awalnya, saya nggak percaya diri menjadi fasilitator. Bagaimana mungkin? Saya ini lulusan Jurusan Mesin Pendingin yang tidak ada kaitannya dengan pendidikan anak maupun psikologi. Kok, berani-beraninya jadi fasilitator dalam Sesi Nobar maupun Sesi Bicara? Yang benar aja. Tapi, saya berpikir, kalau tidak pernah dicoba, saya tidak akan pernah tahu hasilnya seperti apa.
Ilustrasi Meditasi Foto: Pixabay
Berbeda dengan sebelumnya, setelah menjadi relawan, saya berusaha mendalami setiap materi. Setiap kali bicara, saya seperti mengingatkan diri sendiri untuk lebih baik. Setiap kali mencari contoh permasalahan, saya mengangkat permasalahan yang pernah saya alami. Begitu juga saat saya mendengar cerita dari peserta, rasanya saya seperti mendapat dukungan dan teman senasib.
ADVERTISEMENT
Misalnya di Episode tentang Pola Pengasuhan Masa Lalu dan Sifat Bawaan. Saat peserta berbagi cerita mengenai "hal yang saya ingat ketika orang tua mengasuh saya waktu kecil, baik negatif maupun positif." Jawaban dari peserta menjadi mengharukan. Setelah memahami materi ini, saya juga jadi lebih bisa memaklumi orang di sekitar saya, termasuk kalau sifatnya kurang berkenan di hati.
Lama-lama, menjadi Rangkul semacam candu bagi saya. Mungkin karena perlahan-lahan saya merasa lebih baik. Dulu, saya tidak tahu apa yang terjadi dengan emosi saya dan bagaimana cara mengatasinya. Namun sekarang, saya jadi lebih paham. Saya harus menyelesaikan diri saya sendiri, baru membantu orang lain.
(Bersambung..)
Ingin mengetahui kisah lengkapnya? Yuk, segera unduh #CeritaRangkul (bit.ly/BukuCeritaRangkulVol1).
ADVERTISEMENT
Tertarik ingin jadi Rangkul? cek infonya di (bit.ly/DaftarRangkul2020).