Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Kapontasu: Jejak Tradisi Sakral Suku Muna, Sulawesi Tenggara
29 April 2025 18:32 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Rafa Aqila Pasha Nurcahyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sekilas Tentang Kapontasu
Indonesia merupakan negeri nusantara yang dikenal dengan keragaman budaya dan tradisi leluhur yang luar biasa dan tak ternilai. Negeri ini juga menyuguhkan mozaik budaya dan tradisi yang memikat. Salah satu warisan kekayaan budaya yang masih dilestarikan hingga saat kini adalah Kapontasu yaitu salah satu tradisi dan ritual adat sakral yang dimiliki oleh suku Muna yang merupakan masyarakat di Pulau Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia yang diwariskan secara turun temurun. Secara filosofis, Kapontasu mencerminkan nilai keharmomisan, rasa syukur dan merupakan bentuk penghormatan serta permohonan kepada leluhur dan kekuatan gaib agar memberikan perlindungan, kesejahteraan, dan keseimbangan hidup bagi masyarakat Muna. Melalui ritual ini, masyarakat berharap mendapatkan perlindungan dari berbagai marabahaya, kelancaran dalam bercocok tanam atau menangkap ikan, serta kesejahteraan bersama. Dengan kata lain, Kapontasu dijalankan untuk menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan leluhur.
ADVERTISEMENT
Makna dan Tujuan Ritual Kapontasu
Ritual Kapontasu berperan penting dalam sistem perladangan masyarakat Muna sebagai bentuk komunikasi transendental atau komunikasi yang mengacu pada bentuk hubungan spiritual antara manusia (masyarakat suku Muna) dengan alam dan kekuatan ilahi. Kapontasu bukan sekedar rangkaian upacara tradisional tapi juga menjadi simbol kuat dari nilai spiritual dan penghormatan kepada leluhur, dimana tradisi ini dilakukan dalam konteks kehidupan agraris masyarakat Muna, sebagai bagian dari sistem perladangan berpindah, terutama dalam rangka memulai musim tanam padi ladang.
Tujuan utama dari ritual Kapontasu ini adalah untuk memastikan keberhasilan panen padi ladang dan menghindari gangguan dari makhluk halus. Ritual ini merupakan bagian dari praktik spiritual dan kepercayaan masyarakat Muna, di mana mereka berinteraksi dengan dunia lain untuk mendapatkan keberkahan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam hal pertanian. Biasanya ritual ini dilakukan untuk menolak bala, menyucikan tempat, atau sebagai bentuk syukur kepada Tuhan dan roh-roh nenek moyang. Jadi dapat disimpulkan secara garis besar tujuan dari Kapontasu antara lain:
ADVERTISEMENT
Melalui makna dan tujuan di atas, Kapontasu menjadi unsur penting dalam identitas budaya masyarakat Muna, yang tidak hanya berfungsi sebagai ritual, tetapi juga sebagai sistem nilai yang membentuk hubungan sosial antarwarga serta keterikatan manusia dengan alam dan kekuatan gaib.
ADVERTISEMENT
Ritual Kapontasu dilaksanakan melalui serangkaian tahapan yang dipandu oleh seorang Parika, yaitu tokoh adat atau pemimpin spiritual yang memahami aturan dan makna setiap proses upacara. Pelaksanaan ritual ini dilakukan secara bersama oleh masyarakat Muna dalam suasana yang penuh khidmat dan kebersamaan. Kapontasu dilaksanakan dengan menggabungkan berbagai elemen adat seperti doa, tarian, musik tradisional, serta persembahan. Bagi masyarakat Muna, ritual ini diyakini mampu menjaga keseimbangan antara alam nyata dan dunia gaib, demi terciptanya kehidupan yang harmonis dan sejahtera. Secara lebih terperinci tahapan ritual Kapontasu terdiri dari:
Lokasi ritual dibersihkan dan disucikan. Masyarakat bersama-sama mempersiapkan perlengkapan seperti sesajen, alat musik tradisional, pakaian adat, serta bahan makanan untuk persembahan.
ADVERTISEMENT
Ritual dimulai oleh seorang Parika (pemimpin adat) yang memimpin pemanggilan roh leluhur dan kekuatan gaib. Doa-doa adat diucapkan dalam bahasa tradisional sebagai bentuk penghormatan dan permohonan restu.
Sesajen berupa makanan tradisional, hasil panen, atau hewan tertentu dipersembahkan kepada leluhur dan roh penjaga. Persembahan ini sebagai ungkapan syukur dan harapan akan perlindungan serta kesejahteraan.
Setelah persembahan, dilanjutkan dengan tarian dan iringan musik tradisional. Tarian ini tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga bagian sakral dari komunikasi spiritual dan penyatuan energi antara manusia dan alam.
Ritual ditutup dengan doa penenang atau penutup oleh Parika. Dalam tahap ini, masyarakat diyakini telah menerima berkah atau energi positif dari leluhur dan alam semesta.
ADVERTISEMENT
Setelah ritual selesai, biasanya diakhiri dengan makan bersama atau perjamuan tradisional sebagai bentuk syukur dan kebersamaan antar warga.
Unsur budaya yang melekat dalam Kapontasu tidak hanya terlihat dari aspek spiritual, tetapi juga dari busana adat, bahasa tradisional yang digunakan dalam doa, serta pola gotong royong saat persiapan dan pelaksanaan upacara. Semua unsur ini memperlihatkan kekayaan budaya Muna dan memperkuat rasa kebersamaan di tengah masyarakat.
Dengan pelaksanaan yang sarat makna dan elemen budaya yang kental, Kapontasu dapat menjadi media untuk mempertahankan identitas budayal serta membangun kesadaran bersama akan nilai-nilai tradisi leluhur.
Pelestarian Tradisi Kapontasu di Tengah Modernisasi
Seiring dengan berkembangnya zaman, tradisi Kapontasu menghadapi tantangan. Dengan adanya arus modernisasi dan perubahan sosial yang pesat serta kurangnya minat generasi muda terhadap tradisi leluhur, pelaksanaan ritual Kapontasu mulai mengalami pergeseran. Frekuensinya kian berkurang dan tradisi ini semakin jarang dilakukan. Gaya hidup modern dan pengaruh budaya asing turut andil dalam memengaruhi cara pandang masyarakat terhadap nilai-nilai adat, termasuk anggapan bahwa ritual seperti Kapontasu sudah tidak relevan lagi dengan kehidupan modern saat ini.
ADVERTISEMENT
Disamping itu faktor urbanisasi dan migrasi masyarakat juga mengurangi keterlibatan masyarakat Muna dalam pelaksanaan ritual, karena banyak anggota masyarakat yang tinggal di luar daerah atau tidak lagi terikat secara langsung pada struktur adat.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, upaya pelestarian Kapontasu tetap dijalankan oleh tokoh adat, pemerintah daerah, dan institusi kebudayaan. Bentuk pelestarian ini meliputi pendokumentasian ritual, penyisipan nilai-nilai tradisi dalam pendidikan di sekolah, serta pengenalan Kapontasu melalui festival budaya dan kegiatan komunitas lokal.
Melalui pendekatan yang adaptif namun tetap berakar pada nilai-nilai tradisi, upaya pelestarian Kapontasu mencerminkan komitmen masyarakat untuk mempertahankan identitas budaya mereka di tengah gelombang arus modernisasi.
Kapontasu Sebagai Warisan budaya
Sebagai warisan budaya, Kapontasu memiliki nilai historis, edukatif, dan sosial yang penting. Nilai-nilai seperti gotong royong, kebersamaan, rasa hormat kepada leluhur, serta keterikatan dengan lingkungan, menjadikan Kapontasu bukan hanya milik masyarakat Muna, tetapi juga bagian dari kekayaan budaya bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, pelestarian Kapontasu tidak hanya menjadi tanggung jawab komunitas lokal, tetapi juga perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, akademisi, dan generasi muda agar ritual ini tetap hidup dan relevan dalam kehidupan masyarakat masa kini dan mendatang.
Dengan terus menghargai dan merawat tradisi seperti Kapontasu, masyarakat tidak hanya menjaga identitas budayanya, tetapi juga ikut serta dalam memperkaya khazanah budaya nasional dan dunia.