Konten dari Pengguna

Pendidikan Bagi Anak-Anak di Abad 21

Ratri Gita Wulandari
Praktisi Pendidikan di SMP Negeri 1 Bantarkawung, Brebes, Jawa Tengah
19 Januari 2023 13:34 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ratri Gita Wulandari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi piknik bersama keluarga. (doc. pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi piknik bersama keluarga. (doc. pribadi)
ADVERTISEMENT
Saat ini, anak-anak yang lahir di era abad 21 lebih dikenal dengan sebutan generasi Z mulai tumbuh menjadi generasi baru bangsa ini. Terlahir saat globalisasi sedang gencar-gencarnya, generasi ini juga dikenal dengan sebutan generasi menunduk. Julukan itu diberikan karena mereka selalu mengarahkan wajah ke layar smartphone untuk melihat berbagai tayangan seakan-akan tidak bisa lepas dari benda pipih canggih itu.
ADVERTISEMENT
Meskipun demikian, generasi Z ini memiliki peran yang cukup banyak dalam memberikan perubahan dan perkembangan bagi wajah Indonesia. Karena selalu menyerap berbagai informasi dari buku maupun internet, mereka cenderung memiliki pola pikir yang berbeda dari generasi pendahulunya, sekaligus realistis dan fokus pada hasil. Hal itu disebabkan oleh mentalitas mereka yang terbiasa melakukan sesuatu sendiri di lingkungannya.
Karena memiliki karakteristik yang berbeda dari anak-anak '80 maupun '90-an, membesarkan dan mendidik anak-anak generasi Z tentunya memerlukan cara-cara tersendiri yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Berikut ini beberapa cara parenting yang menurut penulis sesuai untuk generasi Z.
Pertama, ajaklah mereka untuk beraktivitas bersama dalam kegiatan agama atau melakukan aktivitas domestik lainnya. Kita bisa mengajak anak-anak untuk salat berjama'ah atau melakukan ibadah lainnya bersama-sama. Terapkan juga jadwal sarapan dan makan malam bersama keluarga, temani mereka saat menonton TV atau tayangan video di media online, dan buatlah suasana kebersamaan yang lebih erat di rumah agar mereka tidak terlalu individualis.
ilustrasi berkativitas bersama : bermain congklak. (doc. pirbadi)
Kedua, ajak mereka mengerjakan berbagai hal dalam satu waktu. Sudah bukan hal baru ketika di sekeliling mereka terdapat orang-orang yang menggunakan laptop, tablet, atau smartphone. Tidak heran jika anak-anak generasi Z sudah piawai dalam menggunakan gawai. Baik itu untuk menonton video, mendengarkan musik, maupun bermain game dengan gawai dalam waktu bersamaan pun sudah menjadi kebiasaan sehari-hari mereka. Hal ini menjadi salah satu kelebihan yang dimiliki oleh generasi Z. Karena itu mengapa kelebihan mereka tidak dimanfaatkan untuk melakukan beberapa pekerjaan sekaligus saja? Misalkan mengajarkan mereka untuk membersihkan rumah bersamaan, mengajak mereka untuk belajar masak bersama, dan masih banyak lagi aktivitas yang bisa dikerjakan bersama dengan berbagai variasi kegiatan. Tapi tentunya kegiatan-kegiatan ini harus proporsional dan tidak membuat mereka kecapekan ya.
ADVERTISEMENT
Ketiga, merangsang keingintahuan anak-anak untuk mempelajari hal-hal baru. Rasa penasaran mereka seringkali menumbuhkan kebiasaan mengutak-atik gawai sendiri untuk memenuhi rasa ingin tahu yang tinggi. Misalnya, ketika seorang anak sudah memegang gawai sejak balita, maka secara tidak sadar ia sudah terasah untuk melihat berbagai aplikasi kemudian mencoba membukanya sendiri. Inilah salah satu potensi yang dapat dikembangkan dari mereka. Rasa ingin tahu yang tinggi membuat mereka senang belajar hal-hal yang baru. Kemungkinan mereka untuk menjadi anak pintar pun semakin banyak. Cobalah sesekali ambil gawai dari tangan mereka lalu pergi ke tempat yang belum pernah mereka kunjungi. Akhirnya mereka bisa melihat hal-hal baru. Malah akan lebih bagus jika kita membekali mereka buku-buku yang bisa menjelaskan tentang hal baru tersebut untuk menjawab keingintahuan mereka yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Keempat, fasilitasi kemauan mereka untuk menabung. Generasi Z memiliki kelebihan yaitu gemar menabung. Lahir dan tumbuh pada era kondisi ekonomi yang tidak stabil, sedikit banyak membentuk pola pikir mereka untuk memiliki kemampuan finansial yang lebih baik daripada generasi sebelumnya. Selain itu, kemudahan persebaran informasi di media sosial juga seringkali memberikan edukasi mengenai pentingnya menabung kepada mereka. Kelebihan yang satu ini harus bisa kita manfaatkan dengan baik. Ajak mereka agar rajin menabung sejak kecil. Mulailah dengan membelikan mereka celengan, kemudian kenalkan mereka pada rekening tabungan dan investasi berupa perhiasan atas nama mereka. Tanamkan pengertian bahwa hidup hemat seperti ini untuk menjamin kemapanan finansial di masa depannya.
Kelima, perlakukan anak dengan lembut dan sabar. Anak-anak yang sudah terlalu biasa dengan gawai menyebabkan mereka menginginkan segala sesuatu yang serba cepat dan instan. Tidak heran jika mereka akhirnya terlihat kurang sabar dan kurang menghargai proses. Jika hal itu dibiarkan mereka yang akan rugi sendiri. Inilah tugas yang menjadi kewajiban bagi orang tua memikirkan cara yang tepat untuk mengurangi sifat buruk pada anak. Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah dengan tetap memperlakukan anak-anak secara lembut dan sabar. Jangan sekali-kali kasar kepada mereka. Ajak mereka dengan aktivitas menggambar, mewarnai, atau menjahit melatih kesabaran mereka memperoleh hasil ingin mereka capai.
ADVERTISEMENT
Keenam, sering-seringlah mengajak anak mengobrol dan berdiskusi. Mengajak anak-anak mengobrol dan berdiskusi banyak hal terutama sesuatu yang mereka sukai akan menumbuhkan kedekatan antara orang tua dan anak. Meskipun mereka tidak bisa diajak mengobrol mengenai hal-hal yang berat tetapi ada banyak sekali hal yang bisa dibicarakan dan diskusikan bersama anak-anak. Orang tua bisa memulainya dengan menanyakan suatu hal yang paling ia sukai dan mengapa ia menyukainya. Atau bisa juga orang tua mengajak anak-anak berdiskusi mengenai aktris atau aktor atau bisa juga tokoh kartun yang mereka gemari. Hal ini tidak hanya membangun kemampuan berkomunikasi tetapi juga akan membiasakan anak untuk terbuka pada orang tua.
Ketujuh, meluangkan waktu luang untuk menemani anak belajar. Kesibukan orang tua dalam urusan pekerjaan tidak boleh membuat orang tua tidak memiliki sedikit waktu luang untuk menemani anak-anak di rumah. Gunakan lebih banyak waktu saat berada di rumah dengan menemani anak-anak belajar. Keberadaan kelas-kelas online saat ini sangat memudahkan orang tua untuk menggantikan peran guru dalam mengajari anak selama belajar di rumah atau di luar sekolah. Melatih anak untuk mampu belajar secara mandiri juga tak kalah penting walaupun orang tua tetap memantau belajar mereka sehingga proses belajar lebih efektif dan kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin.
ADVERTISEMENT
Kedelapan, melakukan aktivitas di luar bersama. Aktivitas outdoor bersama anak bisa memberikan kesan yang berbeda dan lebih mendalam kepada mereka. Jika tidak bisa pergi ke taman kota atau ke objek wisata alam lainnya, melakukan aktivitas sederhana di luar rumah seperti piknik di pekarangan rumah, makan malam bersama di teras rumah ketika suasana terang bulan, hingga bermain bersama di halaman rumah bisa menjadi alternatif yang tidak kalah penting untuk membangun kedekatan antaranggota keluarga.