Konten dari Pengguna

Dari Kompromi ke Kontribusi: Mengatasi Dilema Sosial dalam Perubahan Iklim

Raudhah Mutiara Riyandra
Mahasiswa Magister Psikologi Universitas Indonesia
9 Desember 2024 12:16 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raudhah Mutiara Riyandra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gambar dihasilkan serta dimodifikasi menggunakan Canva Pro.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gambar dihasilkan serta dimodifikasi menggunakan Canva Pro.
ADVERTISEMENT
Perubahan iklim adalah salah satu tantangan mendesak yang dihadapi masyarakat saat ini. Masalah ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, mulai dari perubahan suhu, kerusakan ekosistem, hingga ancaman kelangkaan sumber daya alam. Selain itu, perubahan pola cuaca yang ekstrem, naiknya permukaan laut, dan semakin sering terjadinya bencana alam adalah beberapa dampak yang sudah dirasakan dan terjadi di berbagai belahan dunia. Menangani perubahan iklim bukan hanya tugas individu atau sekelompok orang, melainkan membutuhkan partisipasi global dari berbagai sektor. Oleh karena itu, aksi dari pemerintah, organisasi, dan masyarakat secara keseluruhan menjadi sangat penting dan menangani masalah ini dan membutuhkan upaya kolektif dari masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
Salah satu tantangan terbesar dalam menghadapi masalah ini adalah dilema sosial yang muncul dalam aksi lingkungan. Perubahan iklim merupakan salah satu dilema sosial terbesar yang pernah dihadapi manusia (Raihani dan Aitken, 2011). Dilema sosial terjadi ketika kepentingan individu bertentangan dengan kepentingan kolektif (Lange dkk., 2013). Dilema sosial ini ditandai dengan konflik antara tindakan egois individu dan kebutuhan untuk bekerjasama demi mencapai tujuan yang lebih besar.
Dilema sosial membutuhkan kerja sama antar individu, yang mengharuskan individu untuk melepaskan kepentingan pribadi demi kebaikan bersama (Parks, 2018). Setiap individu atau kelompok mungkin merasa tindakan kecil mereka tidak cukup signifikan untuk berdampak pada masalah yang ada. Dalam kasus perubahan iklim, contoh paling umum adalah ketidakpedulian sebagian individu terhadap dampak lingkungannya sendiri. Misalnya, ketika seseorang membuang sampah sembarangan atau tidak peduli terhadap penggunaan energi yang boros, mereka mungkin berpikir bahwa tindakan kecil mereka tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap perubahan iklim secara keseluruhan. Hal ini karena mereka merasa dampak perbuatan mereka terlalu kecil untuk menyebabkan kerusakan lingkungan. Namun, jika perilaku ini diikuti oleh banyak orang, dampak kumulatifnya menjadi sangat besar dan memperparah kerusakan lingkungan secara luas.
ADVERTISEMENT
Tantangan dalam menghadapi dilema sosial terletak pada kesulitan memotivasi individu untuk bertindak secara kolektif demi kepentingan bersama, meskipun tindakan pribadi mereka tampak kecil. Sejalan dengan pendapat Lange dkk., (2013) yang menyatakan bahwa alasan seseorang untuk bekerjasama dan cara mempertahankan atau meningkatkan kerjasama dalam kelompok dan organisasi yang merupakan hal penting dalam dilema sosial. Dalam hal ini, individu mungkin merasa bahwa upaya mereka untuk berperilaku peduli terhadap lingkungan tidak akan memberikan dampak yang begitu besar. Hal ini mengakibatkan free rider problem, dimana banyak orang berharap orang lain yang akan bertindak dan memperoleh manfaatnya, sementara mereka tidak berkontribusi (Oliver, 2013). Jika terlalu banyak orang berpikir demikian, maka aksi kolektif yang diperlukan untuk mencegah atau menanggulangi perubahan iklim tidak akan tercapai, dan dampak buruk terhadap lingkungan akan semakin meningkat.
ADVERTISEMENT
Dalam menghadapi krisis iklim seperti sekarang ini, penting untuk mengatasi dilema sosial ini dengan memperkuat norma peduli terhadap lingkungan, dan membangun kesadaran bahwa setiap tindakan individu sekecil apapun, menciptakan sistem yang dapat mendorong kolaborasi yang dapat berkontribusi pada masalah ini. Seperti halnya Aksi kolektif, kesadaran masyarakat dan kepemimpinan yang kuat dari berbagai sektor diperlukan untuk mengatasi dilema sosial antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama dalam menghadapi perubahan iklim. Di tengah masalah ini, muncul kelompok-kelompok yang mencoba membantu mengatasi dilema sosial tersebut dengan menggerakkan aksi kolektif. Salah satu contoh dari kelompok ini di Indonesia adalah Pandawara Group.
Pandawara Group merupakan sebuah kelompok yang berhasil membangun gerakan kolektif untuk membantu mengurangi masalah lingkungan melalui aksi langsung membersihkan sungai dan kawasan pantai dari sampah. Kelompok ini terdiri dari lima orang dan terkenal di media sosial karena aksinya yang aktif melibatkan masyarakat umum, untuk turun langsung membersihkan sungai dan lingkungan sekitarnya. Mereka menggunakan media sosial sebagai media untuk memperluas jangkauan pesan dan mendorong lebih banyak orang untuk terlibat dalam aksi-aksi lingkungan ini. Pandawara Group dibentuk dengan tujuan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Melalui berbagai kegiatan pembersihan, mereka berhasil menggerakkan ratusan orang untuk ikut serta dalam aksi nyata demi lingkungan yang lebih bersih. Kelompok Pandawara ini merupakan salah satu contoh kelompok yang melakukan upaya yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi dilema sosial mengenai perubahan iklim yang terjadi.
ADVERTISEMENT
Aksi kolektif menjadi salah satu solusi untuk mengurangi masalah lingkungan yang menyebabkan perubahan iklim dengan memotivasi orang untuk terlibat dalam tindakan kolektif dan menggunakannya untuk menciptakan perubahan sosial (Louis, 2009). Dalam konteks lingkungan, aksi kolektif melibatkan partisipasi dari berbagai individu dan kelompok untuk menghadapi masalah bersama. Contoh nyata dari aksi kolektif dalam konteks pro-lingkungan dapat dilihat dalam aksi yang dilakukan oleh Pandawara Group tersebut dengan beberapa aksi bersamanya dalam pembersihan sungai dan pengelolaan sampah.
Aksi yang dilakukan Pandawara Group menunjukkan kekuatan dari aksi kolektif, dimana keberhasilan aksi kolektif dalam menjaga lingkungan tidak hanya bergantung pada seberapa banyak orang yang terlibat, tetapi juga pada keberlanjutan dari upaya tersebut. Gerakan pro-lingkungan perlu dipertahankan dalam jangka panjang agar dampaknya terasa. Gerakan seperti Pandawara Group berhasil mempertahankan gerakannya karena mereka secara konsisten mengadakan aksi pembersihan sungai dan secara aktif mengedukasi masyarakat tentang pentingnya peran individu dalam menjaga lingkungan baik melalui media sosialnya maupun secara langsung.
ADVERTISEMENT