Karena Pandemi, Pendapatan Gucci Turun 22,7 Persen di Tahun 2020

Rayoga Akbar Firdaus
Fashion is food for thought
Konten dari Pengguna
20 Februari 2021 12:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rayoga Akbar Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto iklan Gucci koleksi fall/winter 2020/Courtesy of Gucci
zoom-in-whitePerbesar
Foto iklan Gucci koleksi fall/winter 2020/Courtesy of Gucci
ADVERTISEMENT
Lesunya penjualan karena pandemi COVID-19 membuat pendapatan Gucci turun hingga 22,7 persen di tahun 2020. Berdasarkan laporan keuangan tahun 2020 yang dirilis oleh Kering Group selaku pemilik Gucci, rumah mode asal Italia tersebut mencatat pendapatan sebesar 7,44 miliar Euro. Penurunan yang dialaminya terbilang signifikan bila dibandingkan pada tahun 2019 di mana Gucci berhasil meraup pendapatan hingga 9,62 miliar Euro.
ADVERTISEMENT
Meski hampir semua label fashion mengalami penurunan pendapatan selama tahun 2020 namun beberapa berhasil meningkatkan penjualan hingga dapat meminimalisir kerugian terutama di kuartal ketiga dan keempat. Seperti Dior dan Louis Vuitton yang disebutkan LVMH, selaku pemilik kedua label mewah tersebut, dalam laporan keuangan tahun 2020 nya di mana pendapatan keduanya naik dua kali lipat.
Selain Gucci, label fashion milik Kering Group yang mengalami penurunan pendapatan di tahun 2020 adalah Saint Laurent yakni sebesar 14,9 persen di mana tahun ini tercatat meraup 1,74 miliar Euro sementara di tahun 2019 sebesar 2,04 miliar Euro.
Berikut sejumlah analisis akan penyebabnya penurunan pendapatan Gucci di tahun 2020.

Minimnya produk di akhir tahun 2020

Foto iklan Gucci koleksi fall/winter 2020/Courtesy of Gucci
François-Henri Pinault selaku CEO dari Kering Group mengatakan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi turunnya pendapatan Gucci adalah minimnya produk di tiga bulan terakhir. Di mana koleksi cruise yang semula dijadwalkan dirilis di butik pada awal Oktober mengalami keterlambatan hingga akhir November. “Hal tersebut berimplikasi pada penjualan dan juga harga jual rata-rata, maka tidak relevan untuk menjadikan (performa di kuartal keempat) sebagai evaluasi jangka panjang untuk Gucci, Itu akan sangat salah,” tegasnya seperti dikutip dari situs Women’s Wear Daily. Pada kuartal keempat tahun 2020 pendapatan Gucci turun hingga 10,3 persen.
ADVERTISEMENT

Indikasi perubahan selera pasar

Foto iklan Gucci koleksi fall/winter 2020/Courtesy of Gucci
Kesuksesan yang diraih Gucci sebelum pandemi tidak terlepas dari desain bergaya retro nan quirky dari sang creative director Alessandro Michele. Desainnya yang penuh warna dan motif vibran dalam siluet klasik tidak hanya merefleksikan spirit nostalgia tapi juga memiliki aspek komersial yang kuat. Khususnya dalam hal menjangkau pasar generasi Millennial dan Gen-Z. Desain pakaian dan aksesori Gucci yang sarat statement, berhasil menarik atensi sekaligus membuatnya memorable di internet dan media sosial.
Semenjak Alessandro Michele menjadi creative director di tahun 2015, penjualan Gucci terus meningkat bahkan pada tahun 2017 naik hingga 48,3 persen! Menurunnya pendapatan Gucci di tahun 2020 seolah mengindikasikan terjadinya perubahan selera pasar. Kini konsumen mulai beralih ke gaya minimalis yang lebih sederhana, elegan dan fungsional. Dugaan ini diperkuat dengan kenaikan pendapatan label fashion bergaya minimalis Bottega Veneta, yang juga berada dalam naungan Kering Group, sebesar 1,2 miliar Euro dari di tahun 2019 1,16 miliar Euro di mana naik 3,7 persen.
ADVERTISEMENT
Namun Gucci masih dapat menghela napas lega. Publik masih memiliki minat yang besar terhadapnya. Terbukti, berkat peluncuran koleksi kolaborasi dengan North Face, berdasarkan data situs pencarian Lyst, Gucci menjadi label paling populer di internet selama tahun 2020.

Strategi pemulihan

Foto iklan Gucci koleksi fall/winter 2020/Courtesy of Gucci
Kegiatan interaktif seperti pop-up store menjadi salah satu strategi yang akan dijalankan Gucci di tahun 2021. Mengutip dari situs Women’s Wear Daily, Gucci telah merencanakan 150 Gucci Pin pop-up store di seluruh dunia. Bahkan di China, akan dilaksanakan setidaknya 600 kegiatan baik yang akan dilangsungkan secara langsung maupun digital. Selain kegiatan interaktif, meningkatkan pelayanan secara personal seperti pembelian lewat video call, telepon atau pun consignments, bagi konsumen terutama di regional Eropa juga menjadi prioritas. Penjualan di Eropa yang selama ini mengandalkan lewat turis terdampak paling parah di mana turun hingga 47 persen.
ADVERTISEMENT
“Kami mendapat sambutan yang sangat positif dari para klien di Eropa, menumbuhkan konsumen lokal secara signifikan tahun lalu di seluruh label, berkat sejumlah inisiatif tersebut,” ujar Pinault seperti dikutip dari situs Women’s Wear Daily.