Mengamati Aspirasi Politik Desainer di Fashion Week Spring/Summer 2020

Rayoga Akbar Firdaus
Fashion is food for thought
Konten dari Pengguna
7 Oktober 2019 12:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rayoga Akbar Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Finale Fendi Spring/Summer 2020 (IMAXtree)
zoom-in-whitePerbesar
Finale Fendi Spring/Summer 2020 (IMAXtree)
ADVERTISEMENT
Mengamati fashion week spring/summer 2020 yang dimulai di New York dan berakhir di Paris, saya cukup terkejut karena disaat semakin memanasnya situasi politik dunia, justru minim desainer yang menyampaikan aspirasi melalui rancangannya.
ADVERTISEMENT
Lho memangnya harus desainer terinspirasi akan peristiwa politik? Sejatinya fashion selalu merefleksikan geliat sosial masyarakat. Contoh, ketika di era ‘80an wanita mulai menapaki dunia profesional tak lagi hanya menjadi sekretaris, tapi berani untuk menempati posisi tinggi. Desainer pun mempopulerkan setelan jas khusus bagi wanita dengan desain bahu lebar yang dikenal dengan istilah power suit. Atau ketika skandal pelecehan seksual yang dilakukan oleh produser Harvey Weinstein terbongkar dan ketidaksetaraan dalam masalah upah antara tenaga kerja wanita dengan pria, gaung feminisme juga sampai di arena catwalk di mana banyak desainer menampilkan slogan-slogan provokatif dalam karyanya.
Jennifer Lopez berjalan di fashion show Versace (IMAXtree)
Di fashion week spring/summer 2020, desainer kebanyakan berfokus pada unsur hiburan dan tentunya, bisnis. Ada yang mengundang selebriti untuk berjalan di fashion show-nya, membuat taman dan lanskap rooftop khas kota Paris hingga menggelar peragaan di dekat menara Eiffel. Tujuannya tentu agar kian viral sekaligus mengukuhkan statusnya sebagai desainer dan label fashion berpengaruh.
ADVERTISEMENT
Namun mungkin dengan segala gegap gempita dalam hal pertunjukan dan desain, hal tersebut juga dapat menyimpulkan bahwa desainer lebih memilih menyuarakan keprihatinannya pada situasi dunia secara lebih pasif dan positif. Mereka menawarkan kreasi bernuansa imajinatif, whimsical dan juga colorful sebagai simbol pengharapan. Seperti karya para desainer di fashion week spring/summer 2020? Berikut rangkumannya.

Krisis Identitas di New York Fashion Week

Tom Ford Spring/Summer 2020 (Alessandro Lucioni/GoRunway/Vogue.com)
Di New York Fashion Week spring/summer 2020, aspirasi mengenai identitas fashion Amerika menjadi benang merah. Sejumlah desainer menawarkan kreasi gaun malam yang klasik dalam warna-warna terang seperti desainer baru Christopher John Rogers. Yang lain mencoba meredefinisi gaya American Sportswear seperti padanan jeans dengan blazer seperti yang dilakukan Brandon Maxwell. Menampilkan unsur teatrikal juga menjadi pilihan seperti Tom Ford yang menggelar peragaan di sebuah stasiun subway tua. Menjadi kota fashion yang mengedepankan unsur komersial sepertinya kurang pantas lagi karena kota lain pun mulai menuju arah yang sama. Harus diakui New York mulai kehilangan pesonanya, hingga ditinggal sejumlah bintangnya seperti Altuzarra dan Thom Browne yang pindah ke Paris dan Alexander Wang yang memilih menggelar show di luar jadwal. Perbedaan konsep fashion dari setiap desainer seolah menunjukan akan upaya mereka untuk membentuk jati diri baru New York Fashion Week yang baru saja terkena skandal dukungan terhadap Donald Trump. Let’s make American fashion great again!
ADVERTISEMENT

Eksplorasi Craftsmanship di London Fashion Week

JW Anderson Spring/Summer 2020 (Carlo Scarpato/GoRunway/Vogue.com)
Meski deadline keputusan akan brexit semakin dekat, 31 Oktober 2019, desainer Inggris memilih untuk melewatkan topik mengenainya. Tak ada narasi politik atau bentuk pencarian identitas mengenai menjadi warga Inggris jika lepas dari Uni Eropa. Kebanyakan justru menampilkan narasi yang bernuansa romantis dan bereksplorasi dengan craftsmanship. Simone Rocha, J.W Anderson dan Erdem menjadi salah tiga koleksi terbaik. Fokus pada bisnis sebagai bentuk persiapan entah itu yang terbaik atau situasi yang buruk mungkin menjadi pilihan para desainer ini ketimbang hanya sibuk berdebat.

Inspirasi Vakansi di Milan Fashion Week

Prada Spring/Summer 2020 (Filippo Fior/GoRunway/Vogue.com)
Ketika situasi politik dan ekonomi memanas, siapa yang tak ingin liburan sejenak dan menenangkan pikiran? Mungkin hal tersebut yang menjadi ide awal dari sejumlah desainer di Milan. Prada, Marni dan Fendi adalah tiga diantaranya. But business can be mixed with pleasure, and vice versa. Versace menginterpretasi ulang motif tropis dari gaun ikonis yang dikenakan Jennifer Lopez di Grammy Award 1998. Tak hanya motif dan kehadiran J-Lo, highlight dari koleksi ini adalah determinasi Donatella Versace dalam mengemas tailoring menjadi modern dan seductive.
ADVERTISEMENT

Isu Lingkungan di Paris Fashion Week

Balenciaga Spring/Summer 2020 (Filippo Fior/GoRunway/Vogue.com)
Sustainability sedang menjadi isu yang hangat diperbincangkan di industri fashion. Di Paris Fashion Week, tak lagi hanya Stella McCartney yang menerapkan prinsip ini. Givenchy memakai denim bekas dari era 90an pada koleksinya. Begitu juga label Alexander McQueen yang menggunakan material sisa dari koleksi sebelumnya. Dari sekian desainer kenamaan, hanya Balenciaga dan Rick Owens yang menampilkan koleksi terinspirasi situasi politik. Balenciaga menampilkan ragam coat dan dress dengan bahu tegas dan kaku, serta parade gaun klasik di tempat yang menyerupai gedung parlemen berwarna serba biru. Sang desainer, Demna Gvasalia seolah hendak mengomentari bahwa kita memasuki (kembali) era politik yang konservatif. Dan Rick Owens mendedikasikan koleksinya pada tanah kelahiran Ibunya, yakni Meksiko. Owens menutup peragaan dengan gaun lebar yang terasa feminin. Sebuah teritori yang tak pernah disentuh olehnya. Mungkin hal tersebut pula yang ingin disampaikannya. Kita tak perlu menutup dari dunia luar. We don’t need to build the wall. For ourselves and yes, for Mexico.
ADVERTISEMENT