Mengapa Tak Ada yang Mengangkat Isu Black Lives Matter di Koleksi Haute Couture?

Rayoga Akbar Firdaus
Fashion is food for thought
Konten dari Pengguna
11 Juli 2020 10:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rayoga Akbar Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Balmai haute couture fall 2020/Balmain
Dunia sedang ramai menyuarakan gerakan anti rasisme dan keadilan bagi para warga kulit hitam lewat Black Lives Matter, namun ternyata gaungnya belum cukup untuk menstimulasi insting kreatif para kreator mode dalam merancang koleksi haute couture musim gugur 2020.
ADVERTISEMENT
Ketika merancang koleksi haute couture musim gugur 2020 ini, beberapa desainer dan creative director rumah mode ini mungkin sedang tinggal di Paris yang kala itu masih memberlakukan lockdown. Situasi yang tak menentu, ancaman lesunya perekonomian dan harus beradaptasi dengan new normal membuat para pelaku industri fashion dari mulai desainer, tim public relation sampai CEO harus mereka ulang strategi bisnis dan kreativitas untuk kedepannya.
Chanel haute couture fall 2020/Chanel
Namun pandemi Covid-19 bukan hanya isu hangat yang menjadi perhatian sekarang ini. Rentetan kasus diskriminasi terhadap warga kulit hitam di Amerika Serikat dan puncaknya pembunuhan terhadap George Floyd menyulut kemarahan publik. Gerakan Black Lives Matter pun lahir. Bukan lagi rahasia bila industri fashion masih bergulat dengan rasisme. Publik meminta para label fashion untuk lebih proaktif dalam menyuarakan dukungan terhadap Black Lives Matter dibanding hanya mengunggah foto hitam di Instagram.
ADVERTISEMENT
Menilik dari timeline, Black Lives Matter baru mulai bergaung di akhir Mei dan awal Juni. Dan koleksi haute couture ini tentu sudah dalam tahap pengerjaan akhir atau sudah selesai dikerjakan. Namun itu bukan menjadi alasan bagi para rumah mode ini untuk tidak merefleksikan geliat sosial sekarang ini dalam rancangannya. Setidaknya dalam konsep presentasi.
Balmai haute couture fall 2020/Balmain

Era Baru Fashion

Dior mempresentasikan koleksi haute couture musim gugur 2020 dalam bentuk film garapan sutradara Matteo Garrone. Berjudul Le Mythe Dior, nuansa whimsical yang terinspirasi dari mitologi Yunani menjadi tema besar dari film tersebut. Akun Instagram Diet Prada mengkritik Dior karena tidak menampilkan model berkulit hitam di film tersebut. Pihak Dior pun memberikan tanggapan atas kritikan tersebut di mana menyatakan bahwa Dior selalu menjunjung nilai-nilai keberagaman dan kesetaraan dan menekankan bahwa tidak ada sentimen rasisme dalam pemilihan model dan Matteo Garrone memiliki kebebasan penuh dalam pengerjaan film tersebut.
ADVERTISEMENT
Alexandre Vauthier haute couture fall 2020/Alexandre Vauthier
Aspek artistik tidak dapat dijadikan alasan untuk tidak peka terhadap isu sosial. Label lain seperti diantaranya Chanel, Balmain, dan Alexandre Vauthier menampilkan model kulit hitam dalam foto koleksinya. Menilik dari rancangan yang dihadirkan, selayaknya koleksi haute couture desainer banyak menawarkan gaun-gaun pesta ketimbang pakaian bergaya kasual. Kehadiran gaun-gaun tersebut menunjukan sikap optimis sekaligus karakteristik fashion dan haute couture yang menawarkan fantasi dan mimpi. Tengok koleksi dari Viktor & Rolf yang banyak bermain dengan warna pastel, detail 3D bernuansa playful hingga motif emoji dalam gaunnya.
Viktor & Rolf haute couture fall 2020/Viktor&Rolf
Viktor & Rolf haute couture fall 2020/Viktor&Rolf
Namun menjadi pertanyaan,di saat dunia sedang menghadapi permasalahan kemanusiaan adakah menikmati fashion yang sarat fantasi menjadi sebuah sikap acuh?
Black Lives Matter tidak hanya soal menuntut keadilan tapi juga kesadaran. Para pelaku media fashion seperti Anna Wintour sampai merilis permintaan maaf dan mengakui bahwa majalah yang dipimpinnya masih jarang mempromosikan pegawai dan desainer kulit hitam dan etnis lainnya. Editor dari media lain seperti Adam Rapoport sampai harus mundur dari jabatannya sebagai pemimpin redaksi Bon Appétit karena tersandung kasus blackface dan diskriminasi terhadap etnis pegawai kulit hitam.
ADVERTISEMENT
Giambattista Valli haute couture fall 2020/Giambattista Valli
Kita memasuki era di mana fashion dituntut untuk terlibat secara aktif dalam menyuarakan perubahan. Konsumen pun menuntut adanya transparansi sejauh mana label favorit mereka mendukung dan memperlakukan pegawai kulit hitam dan etnis lainnya.
Kreativitas akan selalu menjadi denyut nadi dari fashion. Namun kepedulian terhadap isu sosial harus menjadi napas baru dari industri fashion. Keduanya saling terkait dalam menyokong keberlangsungan dari industri kreatif ini kedepannya. Kalaupun koleksi haute couture “belum sempat” merefleksikan geliat isu sosial seperti Black Lives Matter, semoga di ajang Fashion Week September mendatang kita bisa melihat kepedulian desainer dan label fashion terhadap isu-isu sosial sekarang ini dalam rancangannya, bukan hanya sebatas di media sosial semata.
ADVERTISEMENT