Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Prediksi Perubahan Selera Fashion Pasca Pandemi di Koleksi Dior & Louis Vuitton
19 Juni 2021 15:31 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Rayoga Akbar Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 memang belum usai namun pada koleksi terbaru Dior dan Louis Vuitton seolah menjadi prediksi akan perubahan preferensi konsumen terhadap fashion pasca pandemi kelak. Kedua rumah mode milik grup fashion LVMH tersebut untuk musim resort 2022 sepakat untuk mengusung gaya sporty yang dinamis, optimis dan fungsional.
ADVERTISEMENT
Secara sederhana inspirasi gaya sporty ini dapat dikaitkan dengan pelaksanaan Olimpiade Tokyo yang dijadwalkan akan berlangsung pada bulan Juli mendatang. Namun kini sebuah koleksi fashion dari sebuah rumah mode sekelas Louis Vuitton dan Dior tidak pernah hanya didasarkan pada pertimbangan artistik semata. Selalu ada alasan ekonomi atau pendekatan dari aspek bisnis di baliknya.
Mitologi Yunani dan busana olahraga ala Dior
Secara tidak langsung Olimpiade yang selain merupakan pesta olahraga, juga memiliki nilai sejarah Yunani, memang menjadi sumber inspirasi koleksi terbaru Dior. Berlangsung di Panathenaic Stadium, Athena, Yunani pada 17 Juni 2021, Dior melangsungkan fashion show yang dihadiri secara terbatas. “Saya memutuskan untuk menggelarnya di sini karena saya tertarik untuk menampilkan pakaian sebagai sebuah medium yang memberi kebebasan,” ujar Maria Grazia Chiuri selaku creative director Dior seperti dikutip dari situs Vogue Runway.
Chiuri menyuguhkan interpretasi gaya mitologi Yunani seperti deretan gaun putih dalam berbagai varian. Dari yang berpotongan seksi dengan detail cut-out, elegan dengan model one shoulder yang juga disinyalir akan menjadi favorit untuk dikenakan sebagai gaun pengantin, serta eksentrik lewat gaun berdetail kepala Angsa yang meski terinspirasi dari kostum Leda yang dikenakan Marlene Dietrich, bagi khalayak ramai lebih mengingatkan akan gaun yang dikenakan oleh Bjork ketika menghadiri piala Oscars pada tahun 2001.
Gaun-gaun tersebut mungkin menjadi sorotan utama, namun elemen lain yang patut diperbincangkan adalah kehadiran busana dan aksesori activewear seperti legging, hoodie, crop top dan sneakers. Kemunculannya seolah menjadi strategi Dior untuk untuk mulai menjajal segmen busana olahraga yang terus berkembang dan menurut prediksi Allied Market nilainya dapat mencapai 547 Miliar USD pada tahun 2024 mendatang. Selain itu pakaian koleksi pakaian olahraga ini terbilang versatile untuk dipasarkan di tiap negara. Mengingat kapasitas tiap negara dalam menanggulangi pandemi ini tidaklah sama yang berujung rumitnya dalam menentukan strategi pemasaran yang tepat.
ADVERTISEMENT
Inspirasi luar angkasa yang ekspresif dari Louis Vuitton
Berbeda dengan Dior, inspirasi gaya sporty dan pendekatan gaya yang fungsional memang tidak terlalu kentara di koleksi terbaru Louis Vuitton. Sang creative director Nicolas Ghesquière mengaku terilhami akan perjalanan luar angkasa untuk koleksi musim resort 2022 ini. Elemen bergaya sporty terlihat pada aksesori topi, jaket varsity dan motif permainan Basket. Bila dibandingkan dengan koleksi musim pre-fall 2021 yang didominasi track pants dan kaus, koleksi kali ini lebih ekspresif dan menampilkan ciri khas desain Ghesquière sesungguhnya yang memang menyukai elemen futuristik dan tak ragu dengan bermain siluet dan volume.
Namun bukan berarti koleksi kali ini hanya diperuntukan bagi selebriti dan mereka yang sudah bisa bebas berpesta saja. Terdapat sejumlah busana sehari-hari yang mudah dipadu-padankan seperti celana high-waisted, rok mini, jaket varsity serta blazer.
Meski terbilang agresif dalam rancangan pakaiannya, Dior bahkan menampilkan 91 looks dalam koleksinya, baik Louis Vuitton dan Dior masih mengandalkan penjualan aksesori seperti tas dan sepatu. Bila Dior menawarkan tas bowling dalam berbagai ukuran serta varian sneakers teranyar, maka Louis Vuitton menghadirkan tas model hobo berhiaskan motif patchwork multi warna dan monogram serta boots.
ADVERTISEMENT
Pandemi dan preferensi fashion konsumen
Pandemi memang tidak pernah menyurutkan minat publik untuk membeli barang mewah fashion. Meski sempat terpuruk di awal, angka penjualan kembali melonjak tajam di paruh kedua 2020 bahkan Louis Vuitton dan Dior dilaporkan penjualannya naik dua kali lipat.
Tren positif ini berlanjut hingga kuartal pertama 2021, di mana pendapatan LVMH dari kategori fashion & leather goods naik 52 persen dibandingkan dengan kuartal sama tahun lalu. Louis Vuitton dan Dior berkontribusi besar dalam angka tersebut. Tidak mengherankan bila keduanya kembali menggelar fashion show dan mulai kembali berani menawarkan desain yang ekspresif.
Meski penjualan di China masih menjadi sumber utama, namun seiring dengan aktifnya pendistribusian vaksin disinyalir menjadi faktor yang membuat para desainer optimis dan mulai kembali bereksperimen dalam hal kreativitas.
Anita Balchandani dari McKinsey dalam siaran The McKinsey Podcast bertajuk The Post Pandemic State of Fashion berujar kebutuhan untuk mengekspresikan diri dari setiap individu tidak sepenuhnya menghilang karena pandemi dan meski gaya glamor mulai kembali tapi terjadi perubahan preferensi. “Kami melihat adanya kecenderungan gaya glamor yang akan lebih mengutamakan kenyamanan. Publik akan menyadari bahwa pakaian yang nyaman, di mana terlihat dengan baik, nyaman dikenakan serta berkualitas tinggi akan menjadi nilai yang lebih diprioritaskan.”
ADVERTISEMENT
Kecenderungan tersebut terlihat dari Dior yang memadukan gaun malam dan setelan jas dengan sneakers alih-alih high heels. Atau paduan atasan sarat statement dengan celana panjang nyaman untuk acara formal dari Louis Vuitton bisa menjadi opsi selanjutnya. Pada akhirnya perubahan preferensi yang terjadi di ranah fashion akibat adaptasi selama pandemi adalah desainer kembali memerhatikan akan kenyamanan dalam rancangannya.