Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
Konten dari Pengguna
Digitalisasi: Kunci Transformasi Energi Global
9 Maret 2023 11:12 WIB
Tulisan dari Rebekka Siswandina Sari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Negara dengan iklim tropis memiliki dua musim yaitu kemarau dan hujan. Siswa sekolah dasar di Indonesia umumnya mengingat bulan yang tergolong berada pada musim hujan dengan istilah 'ember' contohnya November. Namun, apakah hal tersebut masih terjadi hingga saat ini?
ADVERTISEMENT
Tentu tidak, saat ini dalam sehari kondisi panas, gerimis, dan hujan badai dapat dirasakan. Hal ini menandakan perubahan iklim yang sudah sangat mengkhawatirkan dan perlu penanganan khusus. Melansir dari Jurnal Sustainability, perubahan iklim global berubah dengan cepat salah satunya disebabkan oleh emisi karbon. Peningkatan emisi karbon yang begitu signifikan juga telah mengkhawatirkan negara-negara di dunia khususnya para penghasil emisi karbon terkemuka dunia. Emisi karbon berasal dari aktivitas pembakaran senyawa-senyawa yang mengandung karbon misalnya yang berasal dari pembangkit listrik tenaga fosil, pabrik, dan kendaraan bermotor. Negara maju dan setiap negara berkembang yang akan maju apabila ingin mendorong laju ekonomi tidak akan mampu mengurangi laju aktivitas tersebut.
Guna mengatasi perubahan iklim dan tetap mendorong laju ekonomi yang juga berhubungan dengan pertumbuhan yang berkelanjutan maka dilakukanlah transformasi energi. Bahan bakar fosil yang memiliki sisa pembakaran perlahan dihapuskan dengan melakukan transformasi sumber energi yang berasal dari energi terbarukan. Energi terbarukan harus dimanfaatkan untuk sumber elektrifikasi global secara menyeluruh. Direktur Jenderal IRENA, Francesco menyebutkan setidaknya penerapan energi terbarukan harus ditingkatkan enam kali lipat dibandingkan dengan rencana pemerintah sehingga kemajuan dan kebermanfaatannya dapat dirasakan. Pada tahun 2050 diharapkan transformasi energi global telah mencapai 50% sehingga energi terbarukan memenuhi dua pertiga dari konsumsi energi dan 86% dari pembangkit listrik.Transformasi energi fosil menjadi energi terbarukan tentunya akan mengurangi aktivitas dari emisi karbon sehingga target “Net Zero Emission” pada 2060 juga dapat terwujud.
ADVERTISEMENT
Terwujudnya transformsi energi global tersebut tentunya akan berkesinambungan dengan peluang pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, menciptakan lebih banyak lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan sosial secara keseluruhan. Laporan IRENA juga menyebutkan . Pada tahun 2050, transformasi energi akan memberikan peningkatan PDB sebesar 2,5% dan peningkatan lapangan kerja global sebesar 0,2%, dibandingkan dengan bisnis seperti biasa. Namun hal yang perlu diperhatikan setelah tercapainya transformasi energi tersebut adalah penanganan, pemeliharaan dan monitoring pada pembangkitan tersebut.
Selama dua hingga tiga dekade mendatang jumlah yang kian meningkat tersebut akan memiliki kompleksitas yang membutuhkan media yang dapat menangani secara efisien. Inovasi digital adalah salah satu dari sedikit cara yang dapat menghadapi perubahan besar ini. Penggunaan analitik prediktif dengan inovasi digital untuk mengantisipasi masa depan dengan lebih baik, data untuk menginformasikan keputusan saat ini dengan lebih baik, serta digitalisasi dan otomatisasi untuk memanfaatkan setiap kenaikan biaya dan pelaporan secara real-time. Adanya digitalisasi yang dimanfaatkan dalam sistem energi terbarukan akan menjadi kunci yang memungkinkan untuk memperkuat transformasi energi tersebut.
ADVERTISEMENT
Apa saja Bentuk Digitalisasi?
Inovasi cerdas tersebut dapat diwujud nyatakan dengan menggunakan berbagai teknologi digital yang saat ini juga terus dikembangkan. Contoh dari inovasi digital adalah kecerdasan buatan, internet of things, blockchain, autonomous dan masih banyak lagi. Pemanfaatan teknologi ini mampu memberikan efisiensi yang sangat berarti dalam sektor listrik yang memanfaatkan energi terbarukan. Salah satu contoh adalah adanya penggunaan Internet of Things yang memungkinkan adanya pemantauan secara real time dan terintegrasi dengan berbagai gawai sehingga adanya indikasi kerusakan dapat segera ditindak lanjuti. Internet of Things digunakan dengan memanfaatkan jaringan internet yang terhubung untuk dapat mengirimkan data logger yang menunjukkan produktivitas dari energi yang dihasilkan, tegangan, arus dll yang menjadi poin penting dalam sistem ketenagalistrikan.
Pemanfaatan digitalisasi juga sangat dirasakan manfaatnya dalam hal peralihan sumber daya yang dilakukan dengan otomatisasi. Salah satu kelemahan dari energi terbarukan seperti matahari adalah potensinya yang tidak dapat bertahan dalam sehari penuh. Hal ini menimbulkan perlunya peralihan daya dengan memanfaatkan sumber energi lain misalnya dari baterai. Sebelum adanya teknologi, dibutuhkan seseorang untuk dapat mengganti posisi saklar namun dengan adanya teknologi maka pergantian posisi saklar dilakukan secara otomatisasi dengan mikrokontroler contohnya pada penerapan Automatic Transfer Switch.
ADVERTISEMENT
Fleksibilitas antara integrasi sistem kelistrikan yang telah eksisting dan energi terbarukan juga menjadi poin penting yang membutuhkan digitalisasi. Bentuk penerapan fleksibilitas adalah adanya peralihan potensi daya ketika adanya permintaan listrik yang besar. Hal ini diatur dengan menggunakan teknologi digital seperti smart meters, digital networks ataupun interconnected appliances yang berperan dalam hubungan interkoneksi keduanya.