Kenali TENGs! Inovasi untuk Pemenuhan Kebutuhan Energi Indonesia

Rebekka Siswandina Sari
Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Sebelas Maret yang tertarik dengan perkembangan EBT dan ingin membagikan pengetahuan melalui tulisan.
Konten dari Pengguna
19 Februari 2022 14:54 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rebekka Siswandina Sari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Shutterstock

Kebutuhan Energi

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kebutuhan energi menjadi hal yang primer bagi seluruh lapisan masyarakat seturut dengan perkembangan zaman. Energi listrik sangat dibutuhkan untuk teknologi yang diperlukan dalam pemenhunan segi kehidupan masyarakat tersebut.
ADVERTISEMENT
Segi ekonomi, hampir seluruh industri saat ini telah menerapkan teknologi canggih untuk alat produksinya agar lebih efisien, higenis dan praktis. Pengoperasian teknologi ini tentunya membutuhkan energi listrik sehingga ketika semakin banyaknya alat yang digunakan maka semakin banyak pula energi listrik yang dibutuhkan.
Segi pendidikan dan sosial, saat ini dunia sudah tidak bisa lepas dari teknologi komunikasi, bahkan dalam segi pendidikan setelah adanya pandemi Covid-19 membuat kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring. Hal ini tentunya menuntut kebutuhan energi listrik dapat terpenuhi secara maksimal, tanpa adanya pemadaman sehingga kehidupan dapat berjalan baik.
Kebutuhan energi listrik yang semakin meningkat ini membuat banyak negara mengalami masalah yaitu krisis energi. Energi listrik yang masih bergantung pada minyak bumi dan gas alam pun menjadi masalah utama terjadinya krisis energi tersebut sebab jumlahnya yang kian menipis.
ADVERTISEMENT
Menurut Kementrian ESDM Indonesia, cadangan minyak bumi di Indonesia masih dapat memenuhi kebutuhan untuk 9.5 tahun mendatang , sementara untuk gas bumi Indonesia masih memiliki cadangan untuk 19.9 tahun. Keterbatasan waktu yang cukup singkat ini, membuat begitu banyak inovasi yang telah dilakukan oleh seluruh lapisan baik ilmuwan maupun pemerintahan untuk dapat mengatasi krisis energi.

Energi baru dan terbarukan (EBT)

Energi baru dan terbarukan (EBT) merupakan salah satu wujud nyata yang sedang dikembangkan di seluruh dunia untuk dapat bertahan pada kondisi krisis ini. Bahan bakar fosil perlahan mulai tergeser dari bahan utama pembangkitan listrik sejak adanya EBT.
EBT dianggap menjadi solusi yang paling nyata dan mutakhir karena ketersediaanya yang tak terbatas dan juga lebih ramah lingkungan karena energi ini berasal dari alam itu sendiri. Contoh dari EBT seperti air, angin, matahari, panas bumi, biomass dan lainnya. Pemanfaatan EBT sangat bergantung pada wilayah geografis, kondisi iklim, serta cuaca dari daerah.
ADVERTISEMENT
Menurut Kementrian ESDM Indonesia, potensi dari pengembangan energi surya sangat besar bahkan mencapai 207.898 MW . Potensi besar yang dimiliki energi surya ini membuat pemerintah terus berupaya untuk mendorong pemanfaatan energi surya secara maksimal diseluruh segi kehidupan dengan melibatkan seluruh stakeholder.
Hal ini didukung dengan penggunaan Solar PV yang sangat efisien dalam peletakkannya. Solar PV tidak harus berada pada lahan baru yang dikhususkan untuk pembangungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) namun dapat diimplementasikan pada atap industri, perkantoran maupun perumahan.
Solar PV bekerja dengan memanfaatkan radiasi sinar matahari, itulah mengapa implementasinya pada atap agar tidak terhalang oleh obstacle dan nantinya dengan proses fotovoltaik radiasi sinar matahari dapat ditangkap langsung olehnya. Ketika sel fotovoltaik berhasil menangkap radiasi sinar matahari dengan intensitas yang tinggi maka semakin besar pula daya listrik yang dapat dihasilkan.
ADVERTISEMENT
Potensi energi surya yang besar ini tidak membuat para pejuang energi puas diri. Inovasi juga terus dilakukan agar PLTS dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Inovasi ini dilakukan dengan melihat segala indikator yang membuat keandalan dari PLTS menurun ataupun hasil energi listrik yang dihasilkan tidak dapat maksimal.
PLTS sangat membutuhkan sinar matahari untuk dapat menangkap radiasi sinarnya sehingga daya listrik dapat dihasilkan, untuk itu cuaca, iklim dan wilayah geografis menjadi hal yang paling berpengaruh. Indonesia sebagai negara kepulauan yang berada di daerah katulistiwa membuatnya beriklim tropis dan ada beberapa wilayah yang memiliki curah hujan yang tinggi sesuai dengan musimnya.

Inovasi

Panel Surya Terintegrasi Triboelectric Nanogenerators menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Panel surya yang terintegrasi Triboelectric Nanogenerators (TENGs) memungkinkan untuk menghasilkan daya listrik bahkan pada kondisi hujan, karena dengan diintegrasikan dengan TENGs maka energi mekanik yang terjadi ketika hujan turun dapat diubah menjadi energi listrik.
ADVERTISEMENT
Panel Surya berjenis heterojunction sehingga adanya silikon sebagai semikonduktor untuk mengubah radiasi sinar matahari yang ditangkap menjadi listrik. TENGs disusun dengan adanya penambahan lapisan transparan seperti lapisan reduced graphene oksida atau poly(dimethyl siloxane) yang biasa dikenal dengan PDMS.
Sinar matahari bisa dapat masuk ke PV karena adanya lapisan transparan tersebut. PEDOT:PSS/PDMS berfungsi sebagai TENGs untuk mengkonversi air hujan menjadi listrik. Inovasi ini ditemukan oleh para peneliti di Soochow University namun sayangnya belum banyak diterapkan di Indonesia.
Inovasi yang ada, sangat baik bagi keberlanjutan potensi PLTS di Indonesia dan menjawab kebutuhan energi listrik masyarakat. Adanya TENGs yang dapat menjawab kekurangan dari Solar PV yang banyak dikeluhkan oleh banyak orang.
ADVERTISEMENT