Konten dari Pengguna

Krisis Perubahan Iklim terhadap Sektor Pertanian di Indonesia

Rega Airlangga
Industrial Engineering of Mulawarman University
27 Februari 2022 19:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rega Airlangga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kawasan Pertanian Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Sumber Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Kawasan Pertanian Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Sumber Pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia sebagai negara agraris mempunyai keunggulan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Menurut Badan Pusat Statistika, sektor pertanian mengalami pertumbuhan dan kinerja ekspor selama pandemi 2020. Sektor pertanian menjadi penopang pertumbuhan ekonomi sebesar 1,75%. Pertumbuhan positif terdapat pada tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan jasa pertanian. Selain itu, ekspor di sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 13,24% tercatat dari bulan Januari 2020 hingga Januari 2021 (year-on-year).
ADVERTISEMENT
Perkembangan sektor pertanian didukung dari kondisi tanah yang subur di Indonesia serta cuaca tropis yang mampu memaksimalkan potensi produksi pertanian terutama dalam menghasilkan padi. Telah banyak usaha pemerintah dalam mendukung perkembangan para petani dalam menunjang peningkatan produksi pertanian.
Demi menunjang permintaan yang ada, upaya pemerintah dengan membantu memberikan penyuluhan akan metode penanaman tumbuhan pangan untuk meningkatkan produktivitas pertanian, memberikan subsidi terhadap pupuk sehingga petani dapat membeli pupuk kualitas tinggi dengan harga terjangkau, membantu dalam pengairan irigasi untuk mendapatkan komponen air yang diperlukan agar hasil panen terjaga dengan baik.
Perkembangan pada sektor pertanian terutama subsektor tanaman pangan menjadi bagian yang paling rentan dalam perubahan iklim, dikarenakan tanaman pangan umumnya adalah tanaman yang semusim sehingga sensitif terhadap cekaman terutama akan kekurangan dan kelebihan air.
ADVERTISEMENT
Menurut Salinger dalam buku Climate variability and change: past, present, and future over view, terdapat tiga faktor yang menjadi poin utama dalam perubahan iklim global yang memiliki dampak pada sektor pertanian :
Berdasarkan The Lancet Countdown on health & Climate Change menunjukkan rata-rata 306 peristiwa bencana yang mengakibatkan cuaca ekstrem tiap tahunnya dari tahun 2007 -2016, dan pada tahun 2017 terdapat 797 bencana iklim didunia yang menyebabkan kerugian ekonomi hingga USD 129 milliar.
Perubahan iklim sebagai akibat dari pemanasan global tidak hanya memberikan dampak pada lingkungan namun juga memberikan kerugian pada kondisi perekonomian dunia. Perubahan iklim memberikan dampak akan kenaikan frekuensi maupun intensitas kejadian cuaca ekstrem, perubahan pola hujan, serta kenaikan suhu dan permukaan air laut.
Ilustrasi Kebakaran Hutan (Sumber.https://environment-indonesia.com/)
Dampak perubahan iklim pada proses pembangunan Indonesia dengan terjadinya kenaikan air muka laut sebesar 0,8 – 1,2 cm/ tahun, sebab dari pemanasan global yang mulai mencairkan es di kutub, kemudian adanya gelombang ekstrem meningkat sampai lebih dari 1,5 meter, dan terjadinya perubahan curah hujan kurang lebih 2,5 mm/hari.
ADVERTISEMENT
Salah satu penyebab terjadinya perubahan iklim dengan terjadinya peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) terjadi akibat aktivitas manusia akan pemanfaatan bahan bakar fosil, pengembangan industri, limbah, usaha pertanian, peternakan dan konversi lahan yang tidak terkendali.
Dengan terjadinya peningkatan suhu dapat menyebabkan peningkatan transpirasi tanaman sehingga konsumsi air meningkat, mempercepat pematangan biji, menurunkan mutu hasil dan mendorong tumbuh kembangnya hama dan pada akhirnya sebab hal-hal tersebut akan terjadi penurunan produktivitas pangan. Sedangkan kenaikan permukaan laut memberikan dampak yang sangat terlihat dengan terjadinya pengurangan lahan pertanian di pesisir pantai dan kerusakan infrastruktur pertanian.
Dalam menghadapi perubahan iklim demi menyelamatkan sektor pertanian di Indonesia ada beberapa upaya yang dapat dilaksanakan dengan menerapkan penggunaan pupuk yang memiliki kandungan yang dapat mengurangi emisi gas metana, menerapkan aplikasi teknologi irigasi intermittent dapat mengurangi emisi gas metana dari lahan sawah, dengan metode ini dapat menghemat air irigasi dengan pengairan berselang yang mengairi lahan secara periodik dalam waktu tertentu.
ADVERTISEMENT
Melakukan penyesuaian pada waktu dan pola tanam, sebuah upaya strategis agar mengurangi atau menghindari dampak perubahan iklim akibat terjadinya perubahan musim dan perubahan pola curah hujan. Menerapkan penggunaan varietas unggul tahan kekeringan, rendaman dan salinitas ketika terjadi iklim kering. Meningkatnya air laut di pesisir pantai berhubungan dengan salinitas pada padi dengan keracunan logam berat. Sehingga adanya varietas unggul ini demi mengantisipasi terjadinya perubahan kandungan yang tidak diinginkan.
Teknologi panen hujan adalah salah satu alternatif yang dapat diterapkan untuk menghadapi musim kemarau dengan menyimpan kelebihan air pada musim hujan untuk di gunakan pada musim kemarau untuk mengairi tanaman, salah satu teknologi yang diterapkan adalah embung dan dam parit.
Demi menjaga produktivitas pada sektor pertanian dalam mendukung pembangunan rendah karbon menuju Indonesia Net Zero Emissions dilakukan mitigasi terlebih dahulu pada sektor lahan dengan melakukan reforestasi hutan, restorasi gambut dan rehabilitasi pada hutan mangrove. Akan menjadi proses yang Panjang untuk mengembalikan fungsi ekologi pada lahan gambut yang terkena dampak degradasi dengan menjaga kandungan air didalamnya.
ADVERTISEMENT
Perlu adanya komitmen antar berbagai pihak untuk merencanakan pembangunan Net Zero Emission dengan kolaborasi pemerintah, mitra pembangunan, akademisi, media, filantropi, serta masyarakat untuk menyelamatkan Indonesia Emas 2045 dari krisis iklim dan Middle Income Trap.