Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengupas Tradisi Siraman dalam Kehidupan Adat Jawa
27 Desember 2024 23:12 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Elrica Reva Labiba P tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Makna Tradisi Siraman
Siraman berasal dari kata "sirami," yang berarti menyiram atau membasuh. Dalam konteks adat Jawa, siraman dimaknai sebagai proses penyucian diri secara lahir dan batin. Air yang digunakan dalam prosesi ini bukanlah air biasa, tetapi sering kali merupakan campuran dari air dari tujuh sumber atau mata air yang dipercaya membawa keberkahan. Selain itu, air siraman biasanya dicampur dengan bunga-bunga harum seperti mawar, melati, dan kenanga, yang melambangkan kesucian dan keindahan.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini tidak hanya membersihkan tubuh secara fisik, tetapi juga diharapkan dapat menghilangkan hal-hal buruk, seperti kesialan atau energi negatif. Dengan begitu, orang yang menjalani siraman dianggap lebih siap secara spiritual untuk menghadapi momen penting dalam hidup mereka.
Tahapan dalam Prosesi Siraman
1. Persiapan Alat dan Bahan
Sebelum siraman dimulai, keluarga mempersiapkan berbagai alat dan bahan. Beberapa yang wajib ada adalah baskom atau kendi untuk menampung air siraman, bunga-bunga wangi, kain khusus (seperti jarik), serta alat-alat doa sesuai tradisi setempat.
2. Pembersihan Simbolis
Biasanya, siraman dilakukan oleh orang-orang yang dianggap penting atau memiliki peran istimewa dalam kehidupan orang yang disiram. Misalnya, orang tua, kerabat dekat, atau pemuka adat. Mereka secara bergantian menyiramkan air ke tubuh orang tersebut dengan doa-doa yang baik.
ADVERTISEMENT
3. Pemakaian Busana Adat
Setelah proses penyiraman selesai, orang yang disiram biasanya mengenakan pakaian adat yang melambangkan kesiapan untuk menjalani kehidupan baru. Dalam prosesi pernikahan, misalnya, ini menjadi tanda bahwa calon pengantin telah siap memasuki tahap rumah tangga.
4. Doa Bersama
Siraman selalu diakhiri dengan doa bersama. Doa ini adalah bentuk harapan dari keluarga dan kerabat agar orang yang disiram mendapatkan kelancaran dan keberkahan dalam perjalanan hidupnya.
Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Siraman
Tradisi siraman tidak hanya sekadar ritual penyucian, tetapi juga mengandung berbagai nilai budaya dan spiritual, seperti:
1. Kebersamaan: Prosesi ini melibatkan keluarga besar dan kerabat, mencerminkan eratnya hubungan kekeluargaan.
2. Kesakralan: Siraman menjadi momen refleksi, mengingatkan orang untuk memulai sesuatu dengan hati yang bersih dan niat yang tulus.
ADVERTISEMENT
3. Pelestarian Budaya: Dengan melestarikan siraman, masyarakat Jawa menjaga identitas budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Siraman di Era Modern
Meskipun zaman telah berubah, tradisi siraman tetap bertahan hingga kini. Banyak keluarga yang tetap melaksanakan siraman, meski dengan penyesuaian tertentu. Di beberapa tempat, siraman bahkan dikemas lebih modern dengan tambahan dekorasi atau musik tradisional. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi ini masih relevan dan terus diwariskan ke generasi berikutnya.
Siraman tidak hanya sekadar ritual adat, tetapi juga menjadi simbol bahwa dalam setiap langkah baru, manusia perlu membersihkan hati dan jiwa agar siap menghadapi tantangan kehidupan. Dengan menjaga tradisi ini, masyarakat Jawa tidak hanya menghormati leluhur mereka, tetapi juga memperkuat jati diri budaya Indonesia.
ADVERTISEMENT