Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Thrifting Menyebabkan Penurunan Daya Beli Produk Lokal
25 November 2023 16:56 WIB
Diperbarui 4 Desember 2023 10:18 WIB
Tulisan dari Revalia Anggiani Maulidina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kegiatan membeli atau menjual baju bekas memang sudah ada sebelumnya, namun baru-baru ini kembali digandrungi oleh kaum milenial. Istilah yang digunakan untuk kegiatan ini adalah thrift shooping atau belanja barang bekas (Haerozi, 2021)
ADVERTISEMENT
Lonjakan penggunaan thrift akhir-akhir ini menjadi perbincangan yang sangat menarik bagi kaum muda. Dimana penjualan thrift terjadi tidak hanya di daerah-daerah saja, tetapi juga terdapat pada kota-kota besar seperti Jakarta yang sudah mulai menjual barang thrift dalam jumlah yang besar. Siapa sih yang tidak kenal dengan barang thrifting? Barang yang dapat dipakai pada semua kalangan terutama pada kalangan muda di Indonesia. Penggunaannya juga sudah mulai banyak ditemui di kalangan masyarakat menengah.
Kata thrift itu sendiri bermula dari kata thrive yang mempunyai arti pertumbuhan atau kemajuan. Kata thrifty bisa diartikan menjadi bagaimana cara yang benar dan efektif dalam menggunakan sebuah uang dan barang lainnya. Thrifting juga dapat diartikan menjadi sebuah aktivitas pembelian barang bekas. Aktivitas thrifting juga tidak hanya untuk membeli sebuah barang bekas, tetapi adanya kepuasan pribadi ketika mendapatkan barang berkualitas atau limited dengan harga yang terjangkau atau murah (Gesha, 2018)
ADVERTISEMENT
Saat ini trend fashion sudah memasuki pola pikir pada kalangan milenial. Mereka melakukan kegiatan thrifting sebagai gaya hidup. Para kalangan milenial menjadikan budaya thrifting sebagai cara untuk membangun dan memperlihatkan identitas pribadi mereka. Kegiatan ini tidak mempunyai bentuk nonverbal, tetapi juga melalui komunikasi antar masyarakat yang melakukan thrifting. Maka hal tersebut terdapat makna dan nilai-nilai yang terbentuk sebagai simbol dan cerminan identitas masing-masing. Gaya hidup ini juga tercermin pada cara berbelanja dan berpakaian pada kalangan milenial saat ini.
Perkembangan barang second branded disebabkan karena adanya fenomena thrifting. Sehingga mulai terjadi pergeseran gaya hidup baru terhadap kalangan milenial. Terjadi nilai pergeseran gaya hidup dalam bentuk pola belanja di pusat perbelanjaan beralih ke pasar, toko, dan tempat-tempat penjualan pakaian bekas. Selain itu, dalam hal berpakaian terlebih dahulu mengenal thrifting dikalangan milenial, sehingga milenial lebih menyukai barang bekas dibanding barang baru (Rifky Ghilmansyah, Siti Nursanti, 2022)
ADVERTISEMENT
Mereka memanfaatkan barang tersebut karena banyaknya produk thrifting yang merupakan barang yang sudah memiliki merk ternama namun dijual dengan harga murah. Dengan memilih barang bekas bisa dianggap lebih berkelanjutan dibandingkan dengan membeli barang baru karena dapat mengurangi keperluan untuk memproduksi barang baru. Kemudian harga yang sangat murah menjadikan barang-barang bekas lebih terjangkau daripada barang baru, sehingga hal tersebut dapat menarik bagi masyarakat terutama di kalangan anak muda Indonesia.
Pada thrifting atau membeli barang bekas menjadi kesempatan untuk mengutarakan gaya pribadinya dengan menemukan pakaian yang tidak ada pada toko biasanya. Adanya thrifting dapat menjadikannya belanja online lebih mudah karena diakses menjadi toko thrifting. Dengan begitu dapat mempermudah berbelanja barang bekas atau yang disebut thrifting.
ADVERTISEMENT
Penggunaan thifting yang terlalu banyak juga menimbulkan dampak-dampak negatif bagi penggunanya. Diantara dampak negatif dari penggunaan thrifting yang berlebihan yaitu terjadinya peningkatan pada persaingan karena banyaknya masyarakat yang berkontribusi dalam thrifting sehingga tidak mudah untuk mendapatkan barang branded tetapi dengan harga yang dapat dijangkau. Tingginya thrifting diartikan dengan terjadinya penurunan terhadap penjualan di industri fashion.
Memakai barang thrifting yang berlebihan pun termasuk dalam dampak negatif bagi masyarakat karena pemakaian atau pembelian barang thrifting yang sebenarnya sangat tidak begitu diperlukan hanya saja tergiur dengan harganya yang sangat murah. Thrifting impor yang ilegal menjadi dampak negatif bagi perekonomian masyarakat, kesehatan masyarakat yang menurun di akibatkan karena barang thrifting yang belum tentu sehat, dan barang thrifting yang tidak terpakai bisa menjadi sampah yang menumpuk.
ADVERTISEMENT
Berbagai macam dampak negatif yang ditimbulkan karena adanya barang thrifting mengharuskan kita sebagai generasi milenial untuk berpikir terhadap hal yang akan memberikan dampak negatif dan mana pula hal yang akan memberikan dampak positif. Selain itu kita juga harus mengembangkan berbagai produk yang dihasilkan oleh masyarakat indonesia dengan cara menghindari pemakaian thrift yang berlebih.
Tingkah laku manusia pada dasarnya dapat terpengaruh dari lingkungan dan manusia bisa tertarik pada keinginan. Maka pada hal tersebut terdapat beberapa faktor serta alasan masyarakat memilih untuk melakukan kegiatan thrifting. Dimulai dari faktor lingkungan pertemanan, karena faktor ini menunjukkan adanya gerakan yang berasal dari lingkungan sekitarnya.
Dimana dengan adanya ketertarikan untuk melakukan thrifting pada kalangan milenial dikarenakan memiliki persamaan minat terhadap thrifting. Hal tersebut menjadikan lingkungan pertemanan dapat melatarbelakangi kalangan milenial untuk melaksanakan kegiatan thrifting.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya faktor hobi dapat melatarbelakangi kalangan milenial untuk melaksanakan thrifting dengan alasan thrifting sudah menjadi suatu bentuk kebiasaan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan perbelanjaan. Selain karena hobi, faktor keluarga juga mendorong seseorang untuk belanja pakaian thrift sehingga bisa menjadikan suatu penghematan pada pengeluaran keluarga.
Dan terjadi pula dalam faktor ekonomi yang mendorong seseorang untuk belanja pakaian thrift, karena terbatasnya ekonomi dan minimnya keuangan keluarga sehingga sebagian masyarakat kalangan menengah yang kurang mampu untuk membeli barang branded akan memutuskan untuk membeli barang thrifting.
Maka dari itu sangat penting untuk berpikir lebih matang lagi pada saat membeli barang thrifting dan meyakinkan diri dengan pasti bahwa barang thrifting tersebut benar-benar dibutuhkan karena banyaknya faktor-faktor yang menghasut pola belanja pada kalangan milenial saat ini, seperti faktor lingkungan pertemanan, faktor keluarga, faktor hobi, dan faktor ekonomi. Serta di balik itu semua kalangan milenial memiliki tujuan saat melaksanakan thrifting ialah mencari barang dengan harga murah, barang yang limited edition, dan mencari barang yang dapat dijual kembali.
ADVERTISEMENT
Referensi
Gesha, G. (2018). Why Do We Thrifting. Cambrige Press.
Haerozi, H. (2021). PERAN KOMUNIKASI DALAM DIFUSI INOVASI USAHA BARANG BEKAS DI DESA PENGADANG. Jurnal Mediakita: Jurnal Komunikasi Dan Penyiaran Islam, 5(2).
Rifky Ghilmansyah, Siti Nursanti, W. U. (2022). FENOMENA THRIFTING SEBAGAI GAYA HIDUP MILENIAL BOGOR. Nomosleca, 8(1), 3.