Konten dari Pengguna

Calon Ibu Kota Baru Berpotensi Ancam Lingkungan Palu dan Donggala

Atourin
Layanan Informasi Wisata, Itinerary Creator, Virtual Traveling, dan Academy
27 Agustus 2019 23:06 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Atourin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Desain ibu kota baru Indonesia. Foto: Dok. Kementerian PUPR
zoom-in-whitePerbesar
Desain ibu kota baru Indonesia. Foto: Dok. Kementerian PUPR
ADVERTISEMENT
Rencana pemindahan Ibu Kota sudah semakin mantap dilakukan, Presiden Joko Widodo menetapkan wilayah Kalimantan Timur sebagai lokasi ibu kota baru pengganti Jakarta.
ADVERTISEMENT
Hal ini disambut baik oleh Isran Noor selaku Gubernur Kalimantan Timur. Isran mengatakan dampak dari pemindahan tersebut akan berdampak positif bagi seluruh Kalimantan.
"Posisi Kalimantan Timur berdekatan dengan Sulawesi yang menjadi penghasil bahan bangunan terbaik, suplai bahan bangunan bisa dari sana," kata Isran.
Gambar 1. Lokasi calon ibu kota baru yang dekat dengan lokasi yang memiliki tambang sirtu untuk bahan bangunan terbaik di Sulawesi.
Menelaah kalimat Gubernur Kaltim mengenai suplai bahan bangunan untuk calon ibu kota baru di Kaltim adalah dari Sulawesi. Tapi dari manakah Sulawesi yang dimaksud? Kemungkinan Sulawesi yang dimaksud adalah Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, yang terkenal memiliki tambang galian C atau Sirtu (Pasir Batu) dengan kualitas terbaik. Selama ini banyak hasil tambang sirtu dari Palu dan Donggala dikirim ke wilayah lain untuk keperluan bahan bangunan.
Gambar 2. Kondisi wilayah tambang sirtu di Palu-Donggala yang tidak mementingkan aspek lingkungan
Jika melihat lokasi geografis Kaltim yang berdekatan dengan Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, maka memungkinkan suplai bahan bangunan terbaik dari Sulawesi yang dimaksud oleh Isran adalah dari sana. Kedua tempat yang tertimpa bencana alam gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi pada tanggal 28 September 2018.
ADVERTISEMENT
Namun bagaimana sebetulnya kondisi terkini, serta lingkungan tambang galian C yang berada di Palu dan Donggala saat ini? Simak beberapa kondisinya:
1. Dilansir dari akun Palu Poso kumparan, 99.140 Orang Desak Tambang Galian C di Palu-Donggala Dihentikan. Hal ini untuk kepentingan penyelamatan pesisir dan perlindungan nelayan.
2. Industri pertambangan tidak disertai dengan tata laksana lingkungan yang baik. Sepanjang garis pantai Teluk Palu dapat ditemui bukit-bukit yang terpangkas sebagian. Sementara, di tepian teluk, dermaga-dermaga berdiri kokoh, menjadi sandaran kapal-kapal tongkang pengangkut hasil tambang. Keberadaan dermaga pribadi milik perusahaan pengelola tambang ini menggusur keberadaan lokasi budidaya rumput laut, salah satu potensi sumber daya alam (SDA) kelautan di Donggala.
3. Kerusakan lingkungan di sekitar tambang galian C di Palu dan Donggala menuai kasus penderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Paling tinggi penderitanya yang tinggal di daerah sekitar tambang. ISPA merupakan buah dari polusi udara akibat kegiatan pertambangan.
ADVERTISEMENT
4. Banyak Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang belum Clear and Clean (CnC). Menurut Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Sulawesi Tengah, tercatat hanya sedikit IUP Galian C di Kabupaten Donggala.
5. Rawan Longsor, sering terjadi kecelakaan lalu lintas di lokasi tambang galian C, serta terjadi erosi, dan tanah longsor, sehingga menyebabkan jalanan di sekitar licin. Situasi ini dipicu kerusakan bentang alam yang tidak terkendali, karena eksploitasi tambang galian C.
6. Dilansir dari Ombudsman Brief, Kehadiran pertambangan galian C belum mampu mendonggrak perekonomian masyarakat lingkar tambang. Sebab, angka kemiskinan di Kabupaten Donggala makin meningkat setiap tahunnya.
Sektor Pertambangan justru berkorelasi dengan peningkatan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Donggala. Demikian halnya di kota Palu, peningkatan jumlah pendapatan daerah tahun 2012 sampai 2014, memberikan dampak terhadap penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, pada tahun 2015 peningkatan pendapatan daerah dari sektor pertambangan mineral bukan logam dan batuan juga diikuti meningkatnya jumlah penduduk miskin di Kota Palu.
Gambar 3. Bukit yang terbelah dan berpotensi akan makin terkupas apabila ada kebutuhan sirtu untuk calon ibu kota baru
Melihat semrawutnya kondisi tambang tersebut, pemerintah pusat harus memiliki cara lain agar tidak membuat kondisi lingkungan Palu dan Donggala semakin rusak. Tentunya tidak ada lagi yang dikorbankan dari masyarakat. Pasti ada cara lain untuk mendapatkan suplai bahan bangunan untuk calon ibu kota baru.
ADVERTISEMENT